Skip to content

Merasa Berharga

 

Seseorang yang biasa dihargai orang, selalu mendapatkan respons dan sikap positif dari lingkungan, dapat membuat seseorang menjadi begitu percaya diri dengan keadaan yang mana membuatnya memiliki nilai lebih di mata manusia. Namun, jangan merasa karena hal itu maka kita merasa diri menarik di mata Allah. Jangan sombong. Justru ketika kita merasa layak di hadapan Allah dengan nilai-nilai lebih di mata manusia, sejatinya kita meremehkan Allah seakan-akan Allah bisa dibayar dengan kelebihan yang tak ada nilainya di mata-Nya. Setan mau membinasakan banyak orang dengan cara membuat manusia merasa dirinya tidak bernilai. Lalu bagaimana dia bisa menjadi bernilai? Dia akan berusaha untuk studi dan meraih gelar sebanyak-banyaknya. Bukan tidak boleh punya gelar; setiap kita harus memaksimalkan potensi. Di sisi lain, ia akan mengumpulkan kekayaan dan harta, supaya orang lain bisa menundukkan diri dan menghormatinya. Dan dengan cara ini, mereka merasa bernilai. 

Betapa sesatnya pikiran-pikiran semacam ini. Jangan merasa kita berharga di mata manusia lalu otomatis juga berharga di mata Allah. Dan sebaliknya, jangan kita merasa tidak berharga di mata Allah karena kita tidak berharga di mata manusia. Hari ini bangkitlah, pandanglah ke atas. Allah Bapa yang penuh belas kasihan justru mencari orang-orang yang terpuruk, yang jatuh, yang mengalami brokenness; kehancuran, karena Tuhan mengangkat orang-orang seperti ini; “Buluh yang terkulai tidak akan dipatahkan. Lampu yang pudar tidak akan dipadamkan.” Allah justru membelaskasihani orang-orang yang terbuang. Seperti Yesus ketika datang, Dia menghampiri pemungut cukai yang menjadi kelompok outcast di mata orang Yahudi, kelompok yang terbuang, kelompok orang yang dianggap berdosa, menjadi manusia-manusia yang di-persona-non-grata-kan (artinya: Orang yang tidak disukai).

Justru Tuhan menyentuh perempuan-perempuan berdosa dan menyelamatkan mereka, yang mana orang-orang moralis pada waktu itu mencela, mengkritisi Yesus seakan-akan Dia bukan nabi yang baik karena bergaul dengan orang berdosa. Tapi Yesus berkata, “Bukan orang sehat yang membutuhkan tabib. Orang sakit yang butuh tabib.” Bukan orang sehat yang perlu dokter, tapi orang sakit. Ironis, ada di antara orang percaya yang tidak terlalu merasa membutuhkan Tuhan, dan itu penipuan agama. Agama membuat orang menjadi baik, melakukan kegiatan agama untuk kepentingan agama itu sendiri. Apalagi kalau itu menyangkut kepentingan pemimpin agamanya, atau kelompoknya, sampai-sampai Tuhan dijual. 

Perhatikan, kalau kita tidak merasa membutuhkan Tuhan atau rasa butuh kita tidak memenuhi kuota di mata Allah, bertobatlah. Jangan sampai pada waktunya Tuhan berkata, “Aku tidak kenal kamu” karena kesombongan kita. Sebaliknya, kita yang terpuruk, yang merasa terbuang, ingatlah ucapan Tuhan Yesus, “Aku mencari kamu. Aku mencari kamu.” Tuhan mau menemukan kita, lalu bisa membangun sebuah fellowship. Dalam fellowship itu ada warna yang istimewa, yang tidak pernah ada di muka bumi selain antara Allah dan kita, dan hanya Allah yang tahu, tapi kita pun bisa merasakannya. Dan itu yang harus ditemukan, karena itulah yang menjadi harta abadi kita. 

Jangan sampai ketika kita meninggal, Tuhan tidak menemukan warna itu. Sebab kita dilahirkan, dirancang sebagai manusia yang luar biasa dengan keunikannya. Dan Allah mau menemukan warna itu, yang Allah sendiri juga nikmati. Jangan kita merasa sudah bertuhan karena kita beragama, ke gereja, beribadah, memberi persembahan uang, lalu kita merasa sudah menyelesaikan tugas kita dan berkata, “Done.” Mengerikan. Masalahnya, banyak orang tidak berambisi untuk menemukan Tuhan dan memiliki hubungan yang personal itu. Waktu kita itu berharga sekali. Waktu adalah satu hal yang tidak bisa dibeli, tidak bisa ditukar. Alkitab katakan, “Sehasta saja kita tidak bisa menambahkan umur hidup kita” (Luk. 12:25). Maka betapa bernilainya waktu ketika kita berjalan dengan Tuhan setiap saat; bukan hanya setiap hari.