Skip to content

Menyerahkan Diri

 

Tuhan mau kita berkapasitas. Kalau kita sekarang ini sungguh-sungguh berurusan dengan Tuhan dengan berusaha untuk mengerti kehendak Allah untuk kita lakukan dan rencana-Nya untuk kita penuhi sampai menjadi orang yang benar-benar menyenangkan Tuhan, itu kapasitas. Sampai kita tidak akan bahagia kalau tidak membahagiakan Tuhan. Kita tidak akan memiliki kesukaan kalau tidak menyukakan Tuhan. Dan kita melepaskan, menanggalkan hak memiliki kesenangan hidup demi kesenangan Tuhan. Itu yang dimaksud dengan kapasitas. Setiap hari kita mencari wajah Tuhan, kita doa puasa, kita mau menyelami hadirat Tuhan sampai kita masuk ke pikiran dan perasaan Tuhan. Ada bagian di dalam pikiran Tuhan mengenai kita, dan kita mau tahu apa yang Dia pikirkan mengenai kita, apa yang Dia kehendaki mengenai kita, dan apa yang Dia rencanakan mengenai kita. 

1 Korintus 6:17, “Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.” Itu sebuah persekutuan yang luar biasa. Berarti kita bisa mengerti pikiran perasaan Tuhan. Maka, kita harus belajar ada di hadirat Tuhan, menghampiri Tuhan, lalu masuk ke pikiran dan perasaan-Nya. Namun, sedikit sekali orang yang punya optimisme bisa ada di hadirat Tuhan dan masuk ke pikiran dan perasaan-Nya. Menangkap apa yang Dia kehendaki untuk kita lakukan, mengetahui apa yang Dia rencanakan untuk kita penuhi. Di situ orang punya kapasitas dan bisa dipercaya Allah. Sebab memang setelah kita ditebus menjadi milik Tuhan, seluruh hidup dan hak kita diambil. Bahkan dalam Lukas 16:12 dikatakan bahwa harta kita sendiri itu nanti di langit baru bumi baru, bukan sekarang. Semua yang ada pada kita hari ini bukan milik kita, tapi milik Tuhan. 

Kalau di bumi kita membuka hati untuk kesenangan yang disuntikkan dunia, binasa kita. Jadi, ketika kita dibawa kepada keadaan yang sulit yang tidak membahagiakan, bahkan semua pintu kesenangan tertutup, tidak apa-apa, yang penting kita mengerti kehendak-Nya untuk dilakukan dan rencana-Nya untuk kita penuhi. Di situasi hidup kita yang rumit, susah, dan seakan-akan Tuhan tidak peduli, tapi di situ pasti ada kesempatan di mana kita mengerti kehendak Allah untuk kita lakukan dan kita harus menemukan apa yang direncanakan Allah untuk kita penuhi. Setiap kita belum mencapai titik sempurna, tapi kita terus melangkah ke arah ini. Bagaimana hidup kita disita sepenuhnya, sehingga semua yang kita ingini itu adalah fotokopi dari semua keinginan-Nya.

Menyangkal diri adalah bagaimana membunuh semua kemanusiaan kita untuk bisa mengenakan kehendak Tuhan. Maka, kita berusaha mengerti pikiran perasaan Tuhan. Namun, tidak mungkin kita bisa mengerti kehendak dan rencana Tuhan tanpa berlama-lama ada di hadirat Tuhan. Hidup ini bukan tentang diri kita, namun tentang diri-Nya. Dengan cara ini, kita bisa menyelamatkan diri kita. Sampai di sini, orang baru berkapasitas. 

Jadi sebenarnya, keadaan kita yang kelihatannya biasa-biasa saja, di situ Allah sedang menggarap kita. Satu hal saja, kita mengerti apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan di tempat kita berada, apa rencana Tuhan dalam hidup kita. Tidak perlu dulu bicara tentang rencana besar, namun di tempat kita masing-masing kita presisi melakukan yang Allah mau, itu memuaskan hati Tuhan. Sebesar apa pun, sedahsyat apa pun yang Tuhan bisa lakukan, yang penting kita punya kapasitas; mengerti pikiran perasaan Allah dan melakukan kehendak-Nya. Mulailah di rumah tangga kita, mulailah dari hal-hal sederhana di dalam hidup kita. Temukan dan lakukan itu. Ambisi kita harus kuat, yaitu bagaimana bisa sepikiran dan seperasaan dengan Allah. 

Dari hal inilah hidup kita disita. Dulu kita memahami menyangkal diri itu terlalu sederhana. Ternyata menyangkal diri itu ketika seluruh hidup kita disita Tuhan, diambil seluruhnya. Dan karena memang kita bukan milik diri sendiri. Ini tidak mudah. Ini sama seperti binatang korban yang disembelih. Kita disembelih, supaya Yesus hidup di dalam diri kita. Kalau manusia lama kita tidak mati, maka Yesus tidak bisa hidup di dalam diri kita karena kita tidak bisa mengabdi kepada dua tuan. Jangan tunggu mati, karena yang mati bangkai, yang Tuhan mau adalah persembahan yang hidup. Jangan takut menyerahkan diri untuk Tuhan. Jangan dengar suara setan dan dunia, karena satu-satunya penyelamatan kita adalah ketika kita menyerahkan diri dalam tangan Tuhan.