Apa pun yang kita lakukan, haruslah dapat dilakukan bersama Tuhan. Setiap langkah dan keputusan kita seharusnya membuat Tuhan merasa nyaman hadir di dalamnya. Bila kita melihat sesuatu yang membuat Tuhan tidak nyaman, jangan melihatnya. Bila kita bergaul dengan seseorang yang membuat Tuhan tidak nyaman, hentikan pergaulan itu. Keputusan ini harus diambil sekarang — jangan menunda. Jangan berpikir bahwa kita masih punya waktu. Itu berbahaya. Kuasa kegelapan dengan licik menipu manusia agar terus menunda, sampai akhirnya seseorang tidak lagi punya waktu untuk berubah, bahkan tidak mampu lagi untuk berubah. Pikiran menjadi tumpul, hati mengeras, dan seseorang kehilangan kemampuan untuk mengerti kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna.
Kita harus berani mengambil keputusan untuk menjadi anak-anak Allah yang menyukakan hati-Nya setiap saat. Jalan ini bukan jalan yang mudah; penderitaannya besar, tanggung jawabnya pun berat. Yesus sangat menyukakan hati Bapa, dan karena itu Ia harus menanggung penderitaan sampai mati di kayu salib. Tuhan pun akan mengizinkan kita melalui berbagai situasi hidup yang menuntut keputusan: kesempatan untuk berbuat dosa, untuk korupsi, untuk membalas kejahatan dengan kejahatan, bahkan untuk berzinah. Namun, ketika kita menolak semua itu dan memilih untuk hidup benar, di sanalah kita sedang memanggul salib kita. Sampai akhirnya kita bisa memberikan segalanya untuk kepentingan Kerajaan Allah.
Kelak di pengadilan Tuhan, kita akan melihat seluruh “investasi” hidup kita — bagaimana kita telah menggunakan waktu, tenaga, dan kesempatan. Karena itu, mulai sekarang kita harus memiliki perasaan krisis. Dunia ini sudah rusak: gempa bumi, tsunami, erupsi gunung, krisis ekonomi, kemerosotan moral, dan kebudayaan yang runtuh. Dunia ini bukan lagi tempat yang nyaman untuk dihuni. Karena itu, ayo, kita akhiri jalan hidup yang salah, sebelum terlambat.
Betapa berharganya waktu sisa yang masih Tuhan berikan untuk berprestasi dalam Kerajaan Surga. Kita tidak melayani karena ingin kehormatan atau upah, tetapi karena kita ingin menyenangkan hati Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Kita berutang nyawa kepada-Nya. Mulailah dari hal-hal yang sederhana: lakukan yang baik, dan jangan lakukan apa yang kita tahu salah. Dari situ, Tuhan akan menuntun kita semakin memiliki kecerdasan rohani untuk mengerti kehendak-Nya dalam segala hal. Lalu kita akan menemukan penderitaan kita masing-masing — salib yang harus kita pikul. Namun dari salib itu, akan lahir kemuliaan.
Roma 8:17 mengatakan, “Hanya orang yang menderita bersama Kristus yang akan dimuliakan bersama Dia.” Karena itu, fokus hidup kita harus hanya satu: Kerajaan Surga. Jadilah manusia hari esok. Jika hari ini kita bekerja dan beraktivitas, arahkan semua itu untuk proses pembaharuan hidup agar makin serupa dengan Yesus dan berguna bagi Kerajaan Allah. Jangan hidup sewajar orang dunia. Selagi masih ada kesempatan, carilah Tuhan. Mari kita pulang bersama ke surga! Fokuskan hati sepenuhnya kepada Tuhan. Pencarian kita akan Allah tidak akan mengurangi tanggung jawab kita sebagai anak, pasangan, pegawai, atau warga negara yang baik. Justru orang yang hidup hanya untuk Tuhan akan menjadi pribadi yang paling bertanggung jawab.
Kita harus hidup dengan pikiran dan perasaan Kristus, agar setiap keputusan yang kita buat selalu selaras dengan hakekat Allah yang kudus. Keputusan yang benar tidak akan melanggar kesucian dan keadilan-Nya, melainkan dipenuhi kasih sayang, kelemahlembutan, dan ketentraman. Tidak ada keputusan yang dimaksudkan untuk merugikan orang lain. Jika pun ada yang merasa dirugikan, sesungguhnya tidak pernah ada niat jahat di dalamnya.
Allah tidak menghendaki seorang pun binasa. Namun, bila seseorang tidak taat, namanya dapat dihapus dari Kitab Kehidupan. Sungguh mengerikan jika hal itu terjadi. Mestinya kita menjadi warga Kerajaan Surga, anggota keluarga Allah yang dikenal di surga. Tetapi karena ketidaksetiaan, banyak orang tidak pernah dikenal di sana. Inilah tragedi besar kekristenan masa kini. Kekristenan telah merosot menjadi sekadar agama formal. Banyak orang Kristen terparkir di tempat yang salah — merasa sudah memilih Tuhan, padahal tidak pernah memilih-Nya. Mereka menjadi Kristen karena keturunan, bukan karena keputusan pribadi.
Ingatlah, mengikut Kristus tidak bisa ikut-ikutan. Kalau memilih Yesus sungguh-sungguh, seseorang harus berjumpa dengan-Nya secara pribadi, dimuridkan, dan dibentuk oleh-Nya. Harus ada hubungan yang nyata antara Allah sebagai Bapa dan kita sebagai anak-anak-Nya. Karena itu, jangan menunda lagi. Selagi Tuhan masih memberi kita waktu dan kesempatan, ambillah keputusan hari ini juga: pilihlah Tuhan, dan hiduplah hanya bagi Dia.