Skip to content

Menjaga Diri dan Sesama

Tuhan memanggil agar kita menjaga orang yang seharusnya kita jaga, melindungi orang yang harus kita lindungi; sebab pasti ada orang yang kita lindungi, pasti ada orang yang harus kita jaga. Di dalam Alkitab, kita menemukan orang-orang yang dipakai Tuhan menjaga orang lain. Misalnya, Yusuf. Yusuf dipakai Tuhan menjaga keluarganya, bahkan kemudian orang-orang kafir, orang-orang yang bukan umat pilihan di Mesir ikut terlindungi. Juga Daud. Ketika bangsa Israel gemetar menghadapi Goliat, tidak ada seorang pun yang berani tampil. Sampai akhirnya, Daud, gembala domba, yang tidak akrab dengan pedang, perisai, tombak, dan pakaian zirah perang, maju menghadapinya. Dia akrab dengan umban dan bergaul dengan domba-domba, tetapi di balik itu dia bergaul dengan Allah. Dan itu nyata dari Mazmur yang ditulisnya, dia bergaul karib dengan Allah. 

Mordekhai dan wanita hebat yang bernama Ester, menyelamatkan seluruh bangsa Israel di negeri pembuangan itu. Sungguh menakjubkan kisah-kisah nyata ini. Goresan sejarah dari orang-orang yang dipakai Tuhan menjadi penjaga sesama. Hal ini memberi pelajaran bagi kita supaya kita sadar bahwa ada orang-orang yang harus kita jaga. Ada orang-orang yang harus kita lindungi dan itu bentuk dari ekspresi kasih Allah. Karena Allah mau melindungi, Allah mau menjaga orang-orang yang Dia kasihi melalui kita. Jangan kita seperti Kain yang ketika ditanya TUHAN keberadaan adiknya, ia berkata, “Apakah aku penjaga bagi adikku?” Mungkin kita tidak mengucapkan kalimat seperti itu, tetapi sikap hidup kita seperti itu. Di mana kita tidak peduli atas orang-orang yang harus kita jagai atau orang-orang yang harus kita lindungi.

Di media sosial, kita menemukan banyak orang yang menjagal sesamanya, gosip-gosip yang mereka lemparkan dapat menjagal atau membunuh sesama; bisa membunuh karakter, membunuh masa depan dan lain sebagainya. Mungkin hari ini kita tidak tahu siapa yang kita harus jaga. Dan Tuhan tidak memercayakan orang-orang yang harus kita jaga. Mengapa? Karena ternyata kita tidak bisa menjaga diri kita sendiri. Kalau kita tidak bisa menjaga diri kita sendiri, maka Tuhan tidak akan memercayakan orang lain untuk kita jagai. Yusuf, dari muda dia menjaga dirinya dari dosa, dia tidak ikut terlibat dosa kakak-kakaknya. Karenanya dia bisa mengadukan perbuatan jahat kakak-kakaknya karena dia tidak ikut terlibat. Yusuf menjaga dirinya dari cobaan Nyonya Potifar, dia menjagai dirinya. Dia berkata, “Bagaimana aku dapat melakukan dosa sebesar ini?” walaupun karena itu dia harus masuk penjara. 

Ingat, kalau kita bisa menjaga diri kita dari dosa, Tuhan akan menjagai kita dan memercayakan kepada kita orang-orang yang harus kita jagai. Kenapa Kain membunuh Habel? Karena ia tidak dapat menjagai dirinya. Tuhan berkata, “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya” (Kej. 4:6-7).

Kita harus menjadi tuan, bukan jadi budak atau hamba dosa. Kita harus menguasainya, kalau tidak, kita yang akan dikuasai. Dia mengintip, tapi kalau kita tidak menjaga diri, kita diterkamnya. Karena musuh kita itu seperti singa yang mengaum. 

Masalahnya, orang lebih menjagai martabat, nama baik, kehormatan, uang dan lain sebagainya, tapi tidak serius minta tolong Tuhan untuk menjaga kesucian hidupnya. Padahal, kalau kita tidak menjagai batin dan kesucian hidup kita, Tuhan juga tidak bisa menjagai kita. Tuhan tidak bisa menjagai orang yang tidak menjagai dirinya sendiri. Kain tidak menjaga dirinya, dia membiarkan hatinya panas. Makanya, firman Tuhan mengatakan, “Hiduplah dalam ketaatan. Jangan turuti hawa nafsumu pada waktu kebodohanmu.” Ada banyak anak hancur karena suami istri tidak bisa menjagai dirinya sendiri. Sembarangan mengucapkan kalimat, memaki pasangan, memukul, KDRT. Coba kita bayangkan, kalau ayah ibu berkelahi, anak melihat potret keluarga macam apa? Dan itu yang setan mau, ia memang mau banyak orang hancur. 

Jangan menjadi manusia yang tidak bisa dipercayai Tuhan. Karena kita berkejar-kejaran dengan waktu, sementara Iblis menarik sebanyak mungkin orang masuk ke dalam neraka. Kita harus kerja keras, bukan mencari uang untuk diri sendiri. Kita memikirkan orang-orang yang bisa kita selamatkan. Kita tidak usah minta Tuhan pakai kita, sebab kalau Tuhan melihat kita bisa dipercaya, kita akan menjagai orang lain. Jadi, orang yang dipakai Tuhan menjagai orang lain adalah, pertama, orang yang menjaga dirinya sendiri. Yang kedua, orang yang bisa menjagai orang dari perkara-perkara sederhana. Tidak usah muluk-muluk menjadi pendeta besar, tapi jadilah penjaga sesama yang kita mulai dari orang-orang di sekitar kita.