Skip to content

Menjadi Sahabat Tuhan

Ketika seseorang mau sungguh-sungguh mengikut Tuhan Yesus, sering kali ekonomi hidupnya tidak kunjung pulih, kesehatannya juga tidak kunjung disembuhkan, masalah pun tidak kunjung selesai, bahkan tidak jarang keadaannya tidak berbeda dengan mereka yang tidak sungguh-sungguh bertekun mencari Tuhan. Sejujurnya, hal itu menjadi satu alasan yang membuat seseorang menjadi lemah, lalu berhenti bertekun. Padahal, ada satu pengertian yang sangat penting dan berharga dalam mengikut Tuhan. Seseorang tidak dapat mengerti kebenaran ini bahwa kalau ia mencari Tuhan dengan tekun, lalu ekonominya segera pulih, kesembuhan dia peroleh, masalah segera selesai, maka orang akan berduyun-duyun mencari Tuhan dengan motif yang salah; bukan Tuhan. Sehingga, pasti meleset. 

Sebab yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita adalah bagaimana kita mengenal Tuhan, mengenal hati-Nya, dan dari pengenalan akan Tuhan tersebut, kita kenakan dalam hidup kita. Sebab Allah menghendaki kita menjadi anak-anak-Nya, memiliki keintiman dengan-Nya. Maksudnya, agar kita berkarakteristik, bersifat, berkodrat seperti Dia. Entah kita miskin atau kaya, sehat atau sakit, hidup dalam masalah atau tidak. Maka, jangan kita menjadi lemah. Sebab Tuhan layak dan pantas kita percayai walaupun tidak ada tanda-tanda lahiriah kehadiran-Nya, tidak ada perlakuan istimewa Tuhan terhadap kita; kita tetap memilih Tuhan. 

Kalau proses pendewasaan itu berlangsung dengan baik, berlangsung dengan benar, dan kita bertumbuh dewasa, pasti kita akan dijadikan Tuhan sahabat-Nya. Yesus berkata, “Kamu tidak lagi menjadi hamba-Ku, tetapi sahabat-Ku. Karena hamba tidak tahu yang dilakukan Tuannya.” Sebagaimana dalam kehidupan ini, kita juga kadang-kadang menemukan majikan yang menerima dan menganggap bawahannya sebagai sahabat, karena kesetiaan dan pembelaan bawahan itu. Maka ketika kita menjadi sahabat-Nya, di situlah Tuhan akan memberitahukan kepada kita rencana-rencana-Nya dalam hidup kita pribadi, keluarga besar, masyarakat yang dekat dengan kita, sampai rencana Allah atas dunia ini. 

Namun, Allah mau kita punya kualifikasi tinggi untuk bisa menjadi sahabat Allah; yaitu hanya untuk mereka yang memilih Tuhan, hidup di dalam kekudusan setiap hari, tidak terikat dengan percintaan dunia, tidak menyalahgunakan pelayanan untuk kepentingan pribadi. Yang terakhir ini menakutkan, karena godaan, potensi dan kesempatannya besar. Maka, kita harus sungguh-sungguh mengarahkan diri kepada Tuhan dan meyakini Allah yang hidup. Kita harus belajar membawa diri seakan-akan kita hidup di zaman Musa, di mana Tuhan mau mengentaskan bangsa Israel dari Mesir. Kita menjadi Musa-Musa itu. Ayo, kita keluar dari Mesir. 

Kita juga bisa terkadang membayangkan diri seperti Nuh yang sedang membuat bahtera dengan ukuran, model yang tepat seperti yang Allah kehendaki, dan bahtera itu adalah hidup kita. Dan kita mengajak orang untuk masuk ke bahtera yang kita buat. Kemurnian, ketulusan, pelayanan seperti ini akan membuat kita berbeda dengan dunia. Kita tidak mengatakan diri paling benar atau paling baik, tetapi kita lihat di pengadilan Tuhan nanti. Tetapi petanya jelas. Betapa jahatnya dunia ini. Untuk itu, kiranya Tuhan membukakan mata kita untuk melihat proyek-proyek pekerjaan Tuhan, yang melaluinya akan ada orang-orang yang diselamatkan; dari anak-anak, remaja, pemuda, sampai orang tua. Terutama sekarang generasi muda, anak-anak yang dari kecil sudah disemai oleh kuasa kegelapan. 

Mungkin keadaan kita saat ini sudah nyaman, tetapi marilah kita mengambil apa yang menjadi kesenangan keluarga kita dan kesenangan kita, untuk pekerjaan Tuhan. Mungkin ada orang yang meragukan, tetapi hal itu tidak masalah. Kita tidak perlu bertanggung jawab kepada siapa pun. Jadi, jangan pikirkan pandangan buruk atau negatif tentang kita. Kita dapat melihat bagaimana orang-orang dituai oleh Iblis. Di daerah-daerah, di pelosok-pelosok di mana narkoba sudah masuk, juga seks bebas, dan ini tidak main-main. Jadi, satu, hidup suci. Dua, hidup sehat. Tiga, kerja keras. Kita harus selamatkan generasi muda ini. Untuk itu, kita harus kerja keras untuk kemuliaan Tuhan.

Kalau proses pendewasaan itu berlangsung dengan benar, dan kita bertumbuh dewasa, pasti kita akan dijadikan Tuhan sahabat-Nya.