Kalau seseorang tidak tahu bahwa Bogor dari tempat ini berjarak 60 km, sementara dia tidak bisa kerja keras dan tidak akan mau kerja keras, karena dia pikir Bogor hanya berjarak 4 km, maka bisa dipastikan dia tidak akan pernah sampai di Bogor. Tanpa bermaksud mengganggu damai sejahtera kita masing-masing, namun hal ini harus dibukakan. Jadi kalau selama ini orang berkata, “Keluar dari zona nyamanmu,” sejatinya, apa sih artinya zona nyaman itu? Satu-satunya cara untuk keluar dari zona nyaman adalah ketika kita dibukakan pengertian untuk melihat bahwa orang percaya harus menjadi Man of God, manusia Allah. Di sinilah kita baru tahu, ternyata menjadi orang percaya itu berat dan perlu kerja keras. Angkatan yang tidak lurus, yang tidak jujur dan yang bengkok ini adalah orang-orang Yahudi yang beragama. Mereka adalah orang-orang beragama yang tidak selamat, sebab keberagamaannya adalah usaha kecil untuk bisa selamat. Padahal yang dikehendaki Tuhan adalah usaha besar untuk keluar dari kubangan dosa.
Jadi, di sini agama itu bisa berbahaya sekali. Agama dengan segala atributnya—seperti datang ke rumah ibadah, memberi perpuluhan, memberi persembahan—membuat orang percaya merasa sudah memenuhi target yang harus dicapai. Menjadi rusak dan sesat karena mereka dikunci disitu. Mereka dikurung hanya menjadi orang percaya yang tidak terlibat dalam skandal dosa, korupsi, perzinaan, pembunuhan, menjadi anggota gereja yang baik, memberikan persembahan, perpuluhan, bahkan menjadi bagian dari kegiatan rohani. Padahal yang dikehendaki Tuhan adalah menjadi Man of God. Sekarang baiklah kita berpikir, mau diteruskan jadi Kristen atau tidak? Hitung dulu anggarannya.
Ketika Tuhan membebaskan Lot, dalam Kejadian 19:17 dikatakan, “Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap.” Sebenarnya Tuhan bisa pakai cara lain untuk menyelamatkan Lot dan keluarganya. Demikian pula Nuh, ia harus membangun bahtera dengan ukuran tertentu. Demikian pula dengan pembebasan bangsa Israel, yang harus mengalami kejaran-kejaran yang dramatis. Setelah melewati sepuluh tulah, baru mereka dapat keluar dari Mesir. Namun harus menyeberangi Laut Kolsom, dan harus berjalan 40 tahun. Apa sebenarnya yang Tuhan kehendaki di sini? Yang Tuhan kehendaki adalah respons terhadap anugerah itu. Tidak sederhana dan tidak mudah, tapi respons terhadap anugerah jangan diperitungkan sebagai jasa, sebab keselamatan tetap only by Christ.
Seseorang yang hidup 1000 tahun dan selalu berbuat baik pun tidak akan bisa menyelamatkan dirinya. Keselamatan hanya oleh anugerah yang dikerjakan Tuhan Yesus di atas kayu salib. Masalahnya, yang dimaksud dengan keselamatan itu apa? Yaitu, usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya semula. Dan orang yang menyambut keselamatan harus memberi diri diubah, dibentuk, dibaharui. Ibrani 5:9 mengatakan, “Dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.” Kata ‘pokok’ dalam teks aslinya bahasa Yunani aitios (aitiov) bisa berarti author, penulis, penggubah, composser. Sedangkan kata ‘taat’ di sini digunakan kata hupakouo (ὑπακούω) yang artinya dengar-dengaran, memperhatikan sangat.
Ayat 10, “Dan Ia dipanggil menjadi imam besar oleh Allah menurut peraturan Melkisedek.” Jadi kalau Dia telah sempurna, maka Dia menjadi penggubah orang-orang yang mau diselamatkan, yakni mereka yang dengar-dengaran. Sehingga, kalau mau selamat, harus mendengarkan. Ingat! Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Karena itu, orang tidak mungkin memiliki Yesus tanpa ajaran-Nya. Jadi, kalau orang merasa menjadi Kristen dan punya Yesus, tapi tidak mengerti ajaran-Nya, pasti orang itu binasa. Sebab, dia tidak tahu fokus hidupnya.
Dalam Lukas 13:23-24 tertulis, “Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.” Yesus mau kita berjuang secara optimal sebagai bentuk respons dari anugerah yang diberikan-Nya. Maka pertanyaannya, bagaimana respons yang optimal itu? Ini sama dengan, bagaimana percaya yang benar itu? Ini tergantung dari apa yang diajarkan kepadanya, dan tergantung dari apa yang dia lihat. Lalu, bagaimana respons kita terhadap anugerah Tuhan? Jadi untuk mengerti akan hal ini, orang harus menemukan tujuan akhir hidupnya, sebab manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.