Firman Tuhan mengatakan bahwa kita adalah mempelai-Nya, dan Ia mau agar kita didapati sebagai perawan suci di hadapan-Nya (2 Kor. 11:2-4). Maksud perawan suci adalah hati yang tidak ternodai oleh percintaan dunia, hati yang betul-betul bulat mencintai Tuhan. Hati yang bisa memenuhi yang dikatakan firman Tuhan, “Baik kamu makan atau minum atau melakukan suatu hal lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Mungkin kita berpikir hal itu rasanya hanya sebuah hiasan, rasanya tidak mungkin dilakukan. Tetapi sekarang, lewat pengalaman hidup bersama Tuhan, kita tahu hal itu harus bisa dilakukan.
Kiranya target kita adalah hidup tidak bercacat, tidak bercela, hidup kita selalu menyenangkan Dia, sehingga kita menjadi anak kesukaan-Nya. Dan nanti, ketika kita ada di hadapan takhta pengadilan-Nya, kita tahan berdiri di hadapan-Nya. Semua kita harus memiliki target ini, bagaimana kita bisa mencapai puncak kesucian setinggi-tingginya yang bisa kita capai selagi kita masih hidup, puncak keberkenanan di hadapan Allah. Itulah sebabnya kalau ada hal-hal yang mengganggu perasaan Tuhan dalam hidup kita, kita minta Tuhan beri tahu, dan kita singkirkan. Hobi-hobi, kesenangan-kesenangan, apa-apa yang kita lihat di gadget yang Tuhan tidak suka kita saksikan harus kita buang.
Semua kesenangan kita, jikalau Tuhan tidak ikut menikmatinya, jangan kita lakukan. Kita mau berjalan bersama Tuhan. Ini bukan muluk-muluk, ini adalah sebuah privilege, hak istimewa untuk bisa berjalan dengan Tuhan. Mari, kita nekat senekat-nekatnya. Kalau dulu kita studi, kita mau dapat indeks prestasi tinggi; kalau kita kerja, kita mau mendapat suksesi jabatan. Kalau kita di lingkungan sebuah instansi, sebuah lembaga keamanan, maka kita ingin punya pangkat setinggi-tingginya. Lalu mengapa untuk Tuhan kita tidak mau sungguh-sungguh mencapai kesucian setinggi-tingginya, keberkenanan di hadapan Allah setinggi-tingginya? Kalau kita menjadikan Dia istimewa, kita juga menjadi istimewa di mata Tuhan. Kita bahkan tidak perlu minta tolong, Tuhan pasti tolong. Kalau kita menyenangkan Tuhan dalam segala hal, Tuhan juga akan menyenangkan kita.
Mengapa kita tidak serius? Tuhan akan datang kembali. Berapa banyak orang yang sungguh-sungguh mendengar suara Tuhan, lalu berkemas-kemas? Membukakan pintu hidupnya menjadi mempelai yang tidak bercacat, mempelai yang setia dan Tuhan akan mendapatkan mempelai-Nya. Tuhan akan makan bersama-sama dengan mempelai-Nya, dan Tuhan akan membawa kita ke tempat di mana Dia berada; yaitu langit baru dan bumi baru. Jangan menunda lagi! Tidak seorang pun di antara kita yang berpikir akan berkhianat kepada Tuhan. KIta akan tetap jadi Kristen, tetap ke gereja, tetap melayani. Tapi, itu semua tidak cukup. Yang dikehendaki Tuhan adalah hati yang benar-benar bersih, kehidupan yang tidak bercacat tidak bercela, yang akhirnya kesenangannya hanya Tuhan.
Ada orang muda yang memberi diri menjadi teroris bunuh diri, usianya masih sangat muda. Ia berani, dan dia yakin bahwa kematiannya tidak membawa bencana, tetapi upah di surga. Kalau orang muda seperti itu bisa, mengapa kita tidak bisa all out untuk Tuhan Yesus? Pasti bisa. KIta tidak akan bisa mengerti sampai kita mengalaminya. Kita harus masuk pergumulan itu, lalu Roh Kudus baru tuntun kita. Ketika segenap hati kita, kita persembahkan bagi Tuhan, dan kita menikmati Tuhan sebagai kebahagiaan kita, baru kita mengerti bahwa kita bisa menikmati damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal (Yoh. 14:27). Ternyata ada wilayah, ada kawasan di mana kita bisa menikmati Tuhan lebih dari kenikmatan berbagai kesenangan hidup.
Kalau kita mau sungguh-sungguh memiliki komitmen dan tekad untuk masuk ke wilayah ini, baru kita bisa mengalami bahwa Allah itu hidup dan nyata. Sukacita, kebahagiaan dalam Tuhan itu bukan fantasi. Allah bukan hanya menjadi pengetahuan, Allah bukan hanya menjadi konsumsi nalar otak pikiran rasio kita, namun Allah kita alami. Kita akan sangat menyesal ketika menutup mata, melihat kemuliaan Allah yang dahsyat kalau hari ini kita tidak berani menginvestasikan hidup kita sepenuhnya bagi Dia.
Salah satu hal yang merusak kehidupan Kristen tanpa disadari adalah kewajaran hidup. Dan banyak orang percaya yang mau hidup wajar seperti orang pada umumnya. Tetap beragama Kristen, ke gereja setiap minggu, bahkan menjadi pelayan Tuhan atau pendeta. Dan mereka merasa cukup. Tapi sejatinya, hati mereka tidak dipenuhi oleh Allah. Mereka masih punya agenda-agenda pribadi di dalamnya. Mereka tidak bisa menikmati damai sejahtera Allah. Mereka tidak memberikan cinta yang bulat dan utuh untuk Tuhan sehingga Tuhan tidak bisa menikmati cintanya.