Skip to content

Menjadi Cermin Allah

 

Manusia diciptakan dengan keadaan terkunci, tersandera dalam tatanan, hukum, dan kodrat yang manusia tidak boleh dan memang tidak bisa sangkali, yaitu manusia tidak mungkin hidup tanpa persekutuan dengan Tuhan. Sehingga kalau dia sangkali, maka manusia harus dibinasakan. Tetapi, manusia bisa melepaskan diri dari kuncian itu dan manusia bisa membebaskan diri dari penyanderaan. Ibarat lampu, tidak mungkin bisa terpisah dari sumber tenaga listrik. Di dalam Injil Yohanes 4, dalam dialog Tuhan Yesus dengan wanita Samaria di perigi Yakub, Tuhan Yesus mengatakan, “Engkau minum air ini,” air dunia maksudnya, “Engkau akan haus lagi. Tetapi kalau kau minum air yang Kuberikan kepadamu, kamu tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya, air yang akan Kuberikan kepadamu akan menjadi mata air di dalam dirimu yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”

Manusia harus terhubung dengan Allah, yang akhirnya nanti manusia harus menjadi cermin Allah yang dapat dilihat karena memancarkan hakikat, sifat Allah. Memancar dari kehidupan makhluk ciptaan-Nya, yaitu manusia. Allah menciptakan banyak ciptaan, yang dari ciptaan-ciptaan tersebut nampak kecerdasan dan kemuliaan Allah. Keindahan ciptaan Allah yang begitu sempurna menunjukkan kecerdasan Allah dengan nilai-nilai estetika atau keindahan yang tiada tara, tetapi tidak bisa menandingi makhluk yang disebut manusia, yang bisa memancarkan kemuliaan Allah. Keselamatan dalam Yesus Kristus harus mencapai ini, di mana seseorang benar-benar memancarkan sifat Allah. Jika belum atau tidak, maka kita harus meratapi diri dan terus memberi diri kita diubahkan terus, diubahkan seturut gambar-Nya. Allah mau menciptakan makhluk yang dapat mengekspresikan pikiran dan perasaan-Nya.

Siapakah makhluk yang bisa mengekspresikan pikiran dan perasaan Allah ini? Tentu makhluk yang sudah menyerap sifat-sifat Allah, walau tentu lewat proses. Itulah sebabnya Tuhan berfirman kepada Adam, “Jangan kamu menyerap buah pengetahuan yang baik dan jahat, sebab kalau kamu menyerap buah pengetahuan yang baik dan jahat, engkau mengonsumsi buah ini, kamu memancarkan pengetahuan dari buah ini.” Mestinya manusia mengonsumsi pohon kehidupan supaya bisa menyerap pikiran dan perasaan Allah, dan bisa memancarkan kemuliaan Allah dalam perilaku dan perbuatannya. Itulah sebabnya, Alkitab berkata di Injil Matius 4:4, “Manusia hidup bukan hanya dari roti, tapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (rhema).” Jadi, kita harus meneguk air kehidupan yaitu firman atau logos. Kalau seorang bergaul dengan Tuhan dan selalu mendengar suara Tuhan, itulah kehidupan yang dimaksud oleh Allah yang membuat manusia bertumbuh. 

Banyak orang Kristen yang sama sekali tidak menunjukkan perbedaan dengan orang non-Kristen. Bahkan ironisnya, banyak orang Kristen yang lebih buruk dari orang non-Kristen. Padahal betapa hebat nilai kurban Tuhan Yesus. Dengan pengurbanan Yesus di kayu salib, maka kita bisa dibenarkan atau dianggap benar walau belum sungguh-sungguh benar. Lalu manusia bisa menjumpai Allah, menerima meterai Roh Kudus. Roh Kudus adalah roh Allah sendiri yang terus berbicara untuk menumbuhkan kehidupan ilahi di dalam diri orang itu, sehingga orang itu bisa berkodrat ilahi. Ini hebatnya kehidupan sebagai anak-anak Allah. Waktu yang Tuhan berikan adalah anugerah, sebab di dalam waktu ada perjumpaan dengan Tuhan, di mana Tuhan terus mendewasakan sampai titik tertentu, lalu bisa dikatakan kita lahir dari Allah. 

Ya, untuk seorang anak manusia lahir perlu waktu 9 bulan. Tapi, kalau seorang anak manusia untuk menjadi anak-anak Allah perlu waktu 10, 30, 50, 70 tahun, atau bisa lebih. Yang ketika kita meninggal dunia, kita menjadi orang yang sungguh-sungguh telah layak disebut sebagai anak-anak Allah. Jadi, mengapa Allah menghendaki kita menjadi seorang yang segambar dan serupa dengan Allah? Karena kita dikehendaki untuk menjadi cermin-Nya yang memancarkan pikiran dan perasaan-Nya. Dan ternyata, itulah kesukaan Allah, karena dengan demikian Allah bisa bersekutu dengan kita. Allah bisa berdialog dengan kita. Pernahkah kita memikirkan betapa indahnya pergaulan Allah dengan Adam dan Hawa di Eden? Tetapi ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, tidak memenuhi kualitas yang pantas bergaul dengan Allah, apa yang terjadi? Mereka diusir. 

Allah memilih orang-orang tertentu untuk menjadi sahabat-Nya—seperti Abraham, Ayub, Nuh—yaitu mereka yang punya kapasitas. Jadi hebat sekali kalau kita menjadi umat pilihan yang ditebus oleh darah Yesus Kristus. Lalu, kita bisa menjadi anak-anak Allah yang bisa berdialog dengan Tuhan, bisa bersekutu dengan Tuhan. Allah menciptakan berbagai benda dan setiap benda pasti memiliki keunikan. Di setiap benda itu pasti memancarkan kecerdasan Allah yang berbeda satu dengan yang lain. Pernahkah kita berpikir, berapa jumlah manusia dan ternyata tidak ada satu pun yang sama? Allah menghendaki setiap insan dengan keberadaannya yang unik memancarkan kemuliaan-Nya, menjadi cermin-Nya.