Skip to content

Menikmati Tuhan

Bapak/ Ibu/ Saudara sekalian,

Menjadi rahasia kehidupan yang luar biasa jika kita percaya, menerima, dan mengalami bahwa kita harus sungguh-sungguh menujukan hidup kita ke Langit Baru Bumi Baru; dan itu harus seekstrem-ekstremnya, Saudara. Namun ini tidak akan membuat hidup Saudara dan saya menjadi aneh, nyentrik di mata manusia, tidak. Kita akan nampak hidup wajar, tetapi agung mulia. Tahukah Saudara, ketika kita memantapkan hati kita menujukan kehidupan kita ke Langit Baru Bumi Baru, maka:

  • kita akan semakin menghayati bahwa dunia ini bukan rumah kita
  • kita akan semakin bisa menerima keadaan apa saja yang kita alami
  • kita tidak akan menjadi serakah
  • kita akan mensyukuri apa pun yang menjadi bagian kita

Namun hal ini harus terus kita ingatkan terus kepada diri kita sendiri. Kita perintahkan seluruh kesadaran kita—juga yang di bawah sadar kita—dan seluruh saraf-saraf kita bahwa kita menujukan hidup kita ke Langit Baru Bumi Baru. Saya, sebagai yang sering mengutarakan hal ini, sering mengkampanyekan hal ini, dan saya yang berusaha untuk bisa menjadi pelopor.Top of Form Berusaha dengan cara terus mengingatkan diri saya.

Jika tidak demikian, Saudara, besar kecenderungan kita untuk melihat kanan, kiri, dan bisa menoleh ke belakang. Besar potensi kemungkinan kita untuk menikmati dunia seperti anak dunia menikmatinya. Percayalah, Saudara, tidak menjadi miskin, tidak menjadi kekurangan, dan tidak dipermalukan. Percayalah, karena Saudara calon penghuni Rumah Bapa. Bapa pasti pelihara. Kita ingat kita ini musafir, orang yang menumpang di dunia. Jika kita menujukan hidup kita ke Langit Baru Bumi Baru, Saudara, maka akan ada selalu kegentaran terhadap Allah. Kita akan menghadap Allah.

Masalahnya, bagaimana keadaan kita waktu kita ada di hadapan Allah? Tidak ada yang tersembunyi, semua dibuka, dan kegentaran ini, Saudara, akan membuat kita menjauhi segala hal yang dapat melukai hati Tuhan kita. Kita menyiksa daging kita, kita menyiksa ego kita, kita menyiksa manusia lama kita, kita gorok kita, mematikan, agar manusia Allah hidup di dalam diri kita. Karena ketika kita menghadap Bapa di surga, Bapa menginginkan kita memiliki wajah batiniah seperti wajah Tuhan Yesus. Jangan lupa, Langit Baru Bumi Baru adalah satu-satunya tujuan kita, dan kita hanya menumpang di bumi. Jangan ada kegemaran-kegemaran yang menyita perhatian, waktu, tenaga pikiran, apalagi uang kita. Sudah saatnya kita tidak perlu punya hobi apa pun, kecuali sesuatu itu Tuhan ikut menikmatinya. Kita dianggap konyol, terserah, jangan punya hobi apa pun. Hobi kita hanya satu: menyenangkan hati Tuhan. Jadi, kita tidak punya kesenangan?

Tapi ketika kita tidak punya kesenangan, justru Tuhan akan membuat kita senang dengan apa pun yang kita miliki: dengan keluarga, dengan anak cucu, sahabat, teman; percaya, Saudaraku. Semakin kita meninggalkan kesenangan pribadi, semakin kita bisa menikmati Tuhan, sungguh. Dengan menunjukkan perhatian kita ke Langit Baru Bumi Baru, kita akan lebih mudah menanggalkan semua hobi. Dulu punya koleksi ini, dulu punya koleksi itu, sekarang tidak ada lagi. Toh, semua kita akan tinggalkan. Dan firman mengatakan, “Asal ada makanan dan pakaian cukup,” kamu tidak perlu punya yang lain.

Mungkin orang akan menertawakan kita dan mencoba untuk mencela kita, mencari salah kita, bahkan memfitnah kita, tidak apa-apa, tenang. Tuhan yang akan beperkara, kita menantikan pengadilan Tuhan. Maka kita akan berusaha untuk melakukan apa yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan. Jangan kita skip dari hal-hal sederhana setiap hari sampai perkara besar yang menyangkut seluruh hidup dan nyawa kita. Maka kualitas penyembahan kita itu tergantung dari sikap hidup kita. Ya, waktu Saudara berkata,

Aku menyembah-Mu, Tuhan …

Aku memuliakan Engkau …

Seluruh darah dan nyawa kita ikut terangkat

Karena kalau tiap hari kita tidak punya kesenangan selain Tuhan, tidak ada hobi, maka kita rela menyerahkan nyawa kita. Dan itu dimulai dari perkara kecil sampai hal besar yang menyangkut nyawa, hal-hal biasa sampai hal besar yang menyangkut nyawa. Hari ini saya hanya bergantung kepada Tuhan. Makanya, orang yang bersama saya kujanjikan penderitaan, tapi ingat, di balik penderitaan ada kemuliaan. Saudara mau cari apa? Saudara mau tunggu apa, kalau bukan Langit Baru Bumi Baru?

Bahkan kalaupun Saudara punya pendidikan tinggi, gaji besar, usaha bagus, semua akan lenyap. Tapi Tuhan di pihak kita, Saudara. Tuhan pasti menyisakan orang-orang yang masih akan dibawa ke Langit Baru Bumi Baru. Kita mau bekerja keras menyelamatkan jiwa-jiwa.

 

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono

 

Semakin kita meninggalkan kesenangan pribadi, semakin kita bisa menikmati Tuhan