Salah satu ciri orang sukses adalah tidak suka menunda dalam banyak aspek. Dan ini paralel dengan hidup rohani. Maka, jangan menunda. Jadi kalau Tuhan masih memberi kesempatan, ayo kita mau sungguh-sungguh. Sejarawan Yahudi, Josephus Cicero, di dalam tulisannya menunjukkan betapa tragisnya Yerusalem ketika dihancurkan Jenderal Titus. Mayat bergelimpangan di jalan-jalan, bait Allah yang megah dihancurkan, padahal bait Allah merupakan lambang persatuan bangsa Yahudi. Tragis. Tapi ini belum seberapa dibandingkan tragisnya ketika seseorang terpisah dari hadirat Allah selama-lamanya. Bukan mengintimidasi dan menakut-nakuti, tapi Alkitab berkata bahwa orang yang najis tidak masuk Yerusalem Baru. Maka kita tidak boleh hanya menjadi orang Kristen baik-baik; kita harus suci.
Jangan takut mendengar kata “suci,” karena itu adalah habitat kita, kodrat kita. Itu yang perlu untuk damai sejahtera kita. Dan Tuhan mau melawat kita agar kita mencapai kesucian seperti yang Allah inginkan. Jangan berpikir ada standar ganda; standar pendeta dengan awam, jemaat. Standar kita sama: sempurna seperti Bapa. Sebab kita ini adalah hamba-hamba Tuhan, dari hamba dosa menjadi hamba Tuhan. Semua kita adalah imam, hulubalang Kerajaan Surga, putri Kerajaan Surga yang harus berkeadaan sebagai anak-anak Allah. Setan membuat hal kesucian menjadi begitu sakralnya, seakan-akan hanya bisa dijangkau oleh orang-orang tertentu.
Padahal Tuhan berkata di 1 Petrus 2:9, “Kamu bangsa yang kudus, kamu orang suci.” Kita dikuduskan dan harus menjadi benar-benar kudus. Setan menipu dengan menunjuk orang-orang tertentu saja yang layak menyandang sebagai hamba Tuhan, yang lain tidak. Kalau kita bukan hamba Tuhan, hamba siapa? Peringatan Tuhan harus kita perhatikan dengan serius dan jangan main-main. Ini penting, jangan kita menunda. Hidup kita harus kita warnai dengan kehidupan sebagai anak-anak Allah. Atmosfer Kerajaan Surga harus kita hadirkan dalam hidup kita. Kita yang menciptakan atmosfer itu, karena kita yang harus membuka pintu atau jendela, supaya atmosfer Kerajaan Allah masuk dalam rumah hidup kita, mengisi taman hidup kita.
Mengapa ada orang nampak rohani, begitu melekat dengan Tuhan, yang lain tidak? Ini bukan hak istimewa orang tertentu, dan yang lain tidak. Ini hak setiap kita. Kita yang harus menciptakan atmosfer itu. Isi ruang kamar tidur, ruang tamu dengan pujian dan penyembahan. Isi ruangan hati kita dengan pujian dan penyembahan, dengan kehadiran Allah di dalam hidup kita. “Carilah Aku,” kata Tuhan, “Selama Allah berkenan ditemui.” Itu artinya ada saat di mana Tuhan tidak bisa ditemui. Ketika orang mengetuk pintu, lalu ada suara dari dalam, “Enyahlah kamu dari hadapan-Ku! Aku tidak kenal siapa kamu.” Mengerikan. Apa yang kita cari dalam hidup ini?
Kita makan hari ini, 12-14 jam terbuang. Kita punya barang, bisa rusak, bisa kecelakaan, bisa haus, usang. Kita punya uang hari ini, dalam sekejap juga bisa lenyap. Tetapi kekayaan surgawi—yaitu kehidupan yang bersekutu dengan Allah, kehidupan yang menjalin hubungan intim dengan Tuhan—adalah harta yang tidak bisa diambil oleh siapa pun. Harta abadi. Kita harus jadi begitu bersemangat hidup, karena kita melihat dinamika hidup berjalan dengan Tuhan. Dan kita harus berani melangkah. Jangan menunggu waktu yang sempurna. Waktu itu tidak perlu kita tunggu, karena sudah ada di hidup kita. Sekarang masalahnya, bagaimana kita mengubah waktu hidup kita menjadi nyata, yaitu dengan menghadirkan Allah di dalam hidup kita.
Bangunlah pagi, berdoa. Jangan melihat apa yang tidak perlu di gadget. Miliki waktu khusus menghadap Allah, dengarkan firman Tuhan. Selagi masih ada kesempatan untuk mencari Tuhan, carilah Tuhan. Mintalah kepada Tuhan sesuatu yang baru, yang mengubah kita. Dibutuhkan keberanian untuk mengubah atmosfer hidup kita, sebab tidak mudah untuk keluar dari kebiasaan dan cara hidup kita yang salah. Tidak mudah untuk mengubah atmosfer kehidupan rohani kita. Tapi bisa kita ubah, kalau kita mau. Kita bisa hidup suci, dan tidak ada yang bisa menghalangi, karena Allah menolong. Dan itu kabar baik. Tidak ada takdir yang bisa mengubah hidup kita, kecuali kita sendiri.
Mengapa hubungan kita dengan Tuhan tidak harmoni? Sementara kita lebih harmoni berhubungan dengan dunia ini. Kita ditipu oleh dunia, diikat oleh dunia, dan kita merasa itu kehidupan wajar karena hampir semua orang memiliki cara hidup seperti itu. Itu adalah cara hidup orang-orang yang dipersiapkan masuk api kekal. Sadari bahwa kita berharga karena kita memiliki kekekalan dan Tuhan tidak inginkan jiwa kita binasa. Sementara kuasa kegelapan berusaha menarik kita keluar dari persekutuan dengan Allah. Sekarang kita diperebutkan oleh dua kuasa ini. Kita mau menjadi orang yang selamat atau binasa, tergantung kita. Namun untuk bisa berjalan dengan Tuhan, tidak bisa tidak, kita harus hidup dalam kekudusan.