Kita percaya, Tuhan tidak pernah memberi perintah yang tidak bisa kita lakukan. Roh Kudus pasti akan menolong kita untuk bisa mencapainya. Kesucian jangan dipikir secara mistik, karena nanti jadi kacau, absurd, dan tidak bisa diurai. Kesucian harus dipahami secara praktis dan natural. Waktu kita ada dalam satu keadaan di mana kita rasanya mau mengucapkan kalimat sumpah serapah, tetapi kita tidak mengucapkannya, itu kesucian. Kita diam saja, karena kita mau menjaga perasaan Bapa, menjaga perasaan Tuhan. Walaupun tidak kita ucapkan, Tuhan bisa membaca hati kita.
Jadi, jangan ada kata “biadab, persetan,” tidak boleh ada. “Matilah kau,” tidak boleh. Kita harus mengampuni dan biarkan menjadi urusan masing-masing individu dengan Tuhan. Bukan hak kita untuk menghakimi, apalagi menghukum. Serahkan saja di dalam tangan Tuhan. Ini yang kita harus lakukan. Waktu kita memiliki kesempatan untuk tidak jujur, jangan lakukan. Jangan tidak jujur. Waktu kita memiliki kesempatan untuk berbuat dosa, apa pun bentuknya, sekecil, sehalus apa pun dosa itu, jangan lakukan. Di situ Roh Kudus pasti menolong, karena memang mustahil bagi manusia. Tanpa Roh Kudus, mustahil.
Kalau hanya melakukan hukum secara moral umum, itu pun juga tidak mudah; tetapi manusia pada umumnya bisa. Tetapi kalau kesucian sampai tingkat batin, ini sudah melampaui kekuatan manusia. Kita harus minta pertolongan Roh Kudus. Harus ada tekad dulu di dalam diri kita, ada komitmen dulu. Kalau sudah ada tekad, ada komitmen, pasti Roh Kudus akan menolong kita. Firman Tuhan mengatakan di Roma 8:28 dan 29, “Allah bekerja dalam segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.” “Yang mengasihi,” berarti bukan untuk semua orang.
Keselamatan dalam Yesus Kristus adalah anugerah keselamatan yang tidak menghilangkan pilihan, apakah orang mau mengasihi Tuhan atau tidak; apakah orang mau hidup suci atau tidak. Jangan heran kalau suatu hari Tuhan berkata, “Aku tidak kenal kamu,” walaupun orang itu mengaku sudah percaya kepada Tuhan Yesus, bahkan sudah berprestasi dalam pelayanan. “Banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih.” Tuhan Yesus juga mengerti bahwa setan bisa menampi seseorang, dan gugur imannya. Jadi, kita harus berjuang! Berkali-kali Alkitab berkata bahwa kita harus berjuang. Harus ada tekad dari diri kita untuk hidup suci. Harus ada tekad yang kuat dari diri kita.
Jadi, kita mengucapkan janji, sumpah, bukan hanya tekad atau komitmen. Kemudian kita minta, “Tolonglah aku ya Tuhan, untuk dapat melakukannya.” Seperti orang yang terkena kanker di dalam dirinya. Dia bertekad, “Aku mau operasi. Aku bersedia dioperasi,” padahal hati kecilnya takut, dan dia tahu bahwa operasi ini operasi besar. Ini juga tidak mudah, sebab bisa mendatangkan sakit. Tetapi kalau memang orang mau sembuh, pasti apa pun dia lakukan. Kita juga harus berpikir logis, bahwa kita pasti mati. Ketika kita mati, kita harus mempertanggungjawabkan keadaan kita di hadapan Tuhan. Kita pasti mati, dan kita tidak tahu kapan deadline hidup kita; kapan hari akhir hidup kita. Kapan detak jantung kita berhenti, kita tidak tahu.
Kapan kita terakhir menarik nafas, menghembuskan nafas terakhir? Kita tidak tahu. Maka, yang kita harus lakukan sekarang adalah bertekad dengan tekad sekuat-kuatnya untuk hidup suci sampai menjadi janji, nazar kepada Tuhan. Maka, hidup kita akan disibukkan di situ, akan diarahkan untuk mengurusi hal ini. Di situlah kita memenuhi firman Tuhan “Mendahulukan Kerajaan Allah.” Dengan cara demikian, kita sebenarnya memuliakan, menghargai, atau menghormati Tuhan.
Bodohnya banyak orang, mereka masih sibuk, ribut dengan masalah-masalah yang dia sendiri juga tidak sanggup hadapi. Kalau kita memiliki masalah, harus kita hadapi dengan tanggung jawab. Tetapi, kita juga memiliki keterbatasan. Kita memiliki keterbatasan yang kita tidak akan bisa menyelesaikannya dengan kekuatan sendiri. Siapa yang menolong kita kalau bukan Tuhan? Masalahnya, kita layak tidak, mendapat pertolongan Tuhan? Kalau kita baru menjadi Kristen atau Kristen yang dianggap belum dewasa karena memang belum waktunya dewasa, maka Tuhan itu mudah menolong, apa pun keadaan kita.
Seperti anak kecil walaupun nakal, tetap ditolong, tetap dibantu, tetap ditopang oleh orang tua. Tetapi kalau sudah usia 30, 40 tahun, apakah harus ditopang terus? Hal ini harus serius kita perhatikan. Seperti ilustrasi, kalau usia 2 tahun, 1 tahun setengah, 1 tahun masih mengompol, tidak perlu orang tua marah. Tetapi kalau sudah umur 15 tahun, tentu sudah tidak benar. Jadi, bagaimana kita merajut kesucian dalam segala hal? Itu jawaban dari semua masalah kita. Kalau kita mengistimewakan Allah, maka Allah juga mengistimewakan kita.
Kalau kita mengistimewakan Allah, maka Allah juga mengistimewakan kita.