Skip to content

Mengingat Kebaikan Tuhan

 

Keluaran 33:15
Berkatalah Musa kepada Elohim Yahweh, kepada Allah: “Jika Engkau sendiri  tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.”

Hidup ini tidak boleh spekulasi, walaupun memang kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di depan. Jangankan 10 tahun yang akan datang, tahun depan kita juga tidak tahu apa yang akan terjadi. Jangankan tahun depan, bulan depan pun kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Bahkan besok, apa yang akan terjadi, kita tidak tahu. Setiap saat keadaan bisa berubah. Kalau terjadi sesuatu, kita sudah harus berjaga-jaga, ada yang menopang. Dengan pertimbangan bahwa jalan hidup kita tidak selalu lancar, tidak selalu baik-baik, karenanya kita mengasuransikan kesehatan, perusahaan, mobil rumah, pendidikan untuk anak-anak, dan lain sebagainya. Tetapi, kita tahu bahwa asuransi tidak segalanya. Asuransi kesehatan sebesar apa pun tidak akan bisa menyembuhkan penyakit dan tidak bisa memperpanjang nyawa. 

Kita harus berpikir secara realistis bahwa hidup ini rentan. Jangan sombong. Maka kita mau berkata seperti Musa berkata kepada Tuhan: “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.” Coba berpikirlah seakan-akan—dan ini bisa terjadi—di depan mata kita itu ada bahaya besar. Hanya, sering kita tidak tahu bahwa Tuhan telah melewatkan bahaya itu. Seperti yang dikatakan di dalam firman Tuhan, “Ia menyediakan roti pada waktu kita tidur” (Mzm. 127). Jadi di luar sepengetahuan kita, Tuhan melindungi kita. Lalu kita lupa bersyukur, lupa berterima kasih. Kita harus ingat bahwa kita ada sebagaimana adanya karena Tuhan. 

Mazmur 127 mengatakan, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya. Jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” Tukang yang membangun rumah jangan tepuk dada dan berkata, “Ini hasil karyaku.” Jikalau bukan Tuhan yang membuat seorang tukang bangunan berhasil, tukang itu tidak bisa buat apa-apa. Tuhan sesungguhnya yang membangun rumah. Dan “Jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” Di balik keamanan dan ketenteraman kita, ada tangan Tuhan yang tidak kelihatan yang merajut kehidupan, menjaga, melindungi kita. Orang yang mengakui dan menyadari hal ini akan melekat dengan Tuhan dan Tuhan pasti mendatangkan ketenteraman atas mereka. 

Jangan kita tidak tahu diri, karena kita ada sebagaimana kita ini karena berkat pemeliharaan dan perlindungan Tuhan. Coba kita hitung berkat Tuhan satu per satu. Ingat bagaimana Tuhan meloloskan kita dari bahaya, dari keadaan yang mempermalukan kita, dari keadaan yang bisa membuat kita hancur. Allah yang hidup, yang menopang kita. Ucapkan syukur, karena tangan Tuhanlah yang membuat kita seperti ini. Ke depan, kita percaya saja kepada Tuhan. Kita rendah hati kalau mengakui bahwa kita ada sebagaimana kita ada karena Tuhan. Jangan sombong dan berkata: “Ini semua hasil keringatku.” Ingat, kita bisa keringatan pun karena Tuhan. Maka, mari kita mengingat kebaikan Tuhan. 

Mazmur 27:4 mengatakan, “Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, itulah yang kuingini. Diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati bait-Nya.” Dia menyediakan roti untuk mereka yang dicintai-Nya, yaitu orang-orang yang merindukan Tuhan, yang rindu untuk tetap dalam hadirat Tuhan, dalam persekutuan dengan Tuhan. “Satu hal telah kuminta,” bukan beberapa hal, melainkan satu ini, yaitu diam di rumah Tuhan, artinya hidup dalam naungan, perlindungan Tuhan. Kerendahan hati kita ditandai dengan perasaan bahwa kita tidak bisa hidup tanpa Tuhan. Maka kita akan mulai hari kita dengan doa. Kita akan terus mencari wajah Tuhan dan berkata, “Pegang tanganku, Tuhan, lindungi aku.” Kita bukan cengeng. Kita adalah orang-orang yang kuat karena Tuhan. Jangan menunggu ada masalah, baru kita berteriak-teriak. Sebelum ada masalah, kita sudah berteriak-teriak dan berkata, “Lindungi aku, Tuhan.” 

Yang pada akhirnya, Tuhan bukan hanya menolong masalah-masalah kita yang menyangkut kebutuhan fana dunia, namun Ia akan menuntun kita ke langit baru bumi baru. Memang, pasti ada masalah-masalah yang Tuhan izinkan terjadi dan berlangsung dalam hidup kita yang itu merupakan katup pengaman. Sebab kalau tidak ada masalah itu, kita tidak mencari Tuhan. Dan pada akhirnya, kita mencari Tuhan bukan sekadar penyelesaian masalah itu, tapi masalah kekal. Keberlindungan kita kepada Tuhan bukan sekadar supaya masalah-masalah fana kita dapat ditanggulangi, melainkan masalah keabadian. Kalau orang sudah merasa bisa menyelesaikan masalah-masalah karena uang banyak, relasi, pejabat, dan lain-lain, nanti dia tidak akan memikirkan masalah kekekalan. Karenanya, kepada orang-orang yang dikasihi, Tuhan sering memberi masalah yang dia tidak sanggup selesaikan. Supaya dia memandang Tuhan dan meminta pertolongan Tuhan. Dan ketika dia memandang Tuhan, maka Tuhan mengarahkan dia kepada kekekalan. Tuhan tertarik untuk menolong semua masalah kita, tapi Tuhan lebih tertarik menyelamatkan hidup kekal kita.