Hal kesucian bukanlah sesuatu yang membuat kita jadi orang aneh, kehilangan kesenangan, bukan juga berarti kita tidak bisa bahagia. Keinginan-keinginan wajar manusia yang dipimpin Roh Kudus itu membahagiakan hidup kita. Makan dengan keluarga, wisata dengan keluarga, menikmati makan minum bersama, itu tidak dilarang Tuhan. Tetapi semua kita lakukan dengan hati yang terikat kepada Tuhan. Di Keluaran 21 ada satu klausal yang hebat. Kalau seorang budak sudah waktunya dibebaskan merdeka, tapi dia berkata, “Aku mencintai tuanku, aku tidak mau jadi orang merdeka,” maka dia akan tetap tinggal bersama majikannya. Dia ditindik, lalu jadi milik tuannya sampai selamanya. Pertanyaan untuk kita hari ini, siapa pemilik hidup kita yang kepadanya kita mengikatkan diri selamanya?
Jangan sampai dunia mengikat kita sampai kita tidak layak masuk ke dalam pesta perjamuan Anak Domba. Namun kita harus putuskan sekarang, kepada siapa kita mau mengikatkan diri. Sejujurnya, banyak orang Kristen yang belum berani untuk menjadi orang yang terikat dengan Tuhan, karena masih mau merdeka. Apalagi jika secara umur masih lumayan muda, belum tua bangka. Maka kita bersyukur kalau selama ini kita dihajar Tuhan, sebab kalau Tuhan tidak menghajar kita, mungkin kita tidak sampai ke wilayah ini. Hidup kita sangat singkat dan tragis. Mau ke mana kita setelah meninggal nanti? Sementara dunia tambah rusak, perang dan gempa di sana sini. Kalau sampai kita tidak merindukan Tuhan, pasti ada yang salah. Bagaimana Tuhan mau menyambut orang yang tidak merindukan Dia?
Kita harus hidup suci. Apa ruginya hidup suci? Yang jahat itu setan, yang berkata: “Kalau kamu hidup suci, kamu tidak bahagia. Boleh, tapi jangan sekarang. Urusan kamu itu banyak. Kalau kamu suci, tidak beres urusanmu.” Penebusan tidak membuat kita kehilangan kehendak bebas. Penebusan tidak otomatis membuat sistem berpikir kita berubah menjadi sistem berpikir Allah atau berpikir seperti Tuhan. Tidak mengubah otomatis selera dosa kita. Maka, kita harus berubah, belajar, berubah, belajar, sampai tak bercacat tak bercela. Untuk itu kita harus terus memandang wajah Tuhan. Namun, apakah kita sudah memandang wajah Tuhan? Sejujurnya, lebih memandang yang lain waktu di dunia, yang berarti kita tidak mencintai Dia. Kalau tidak menghormati Tuhan, lalu hidup kita untuk siapa dan mau apa? Pengharapan apa yang kita miliki kalau kita tidak menghormati Tuhan? Maka lebih dari sekadar memiliki pikiran, nalar, belajar firman, harus ada perjumpaan dengan Tuhan.
Dan karena kita berlatih terus tiap hari sejak dulu, jadi kita mulai belajar menjaga kesucian dalam segala hal. Ayo, kita benar-benar suci. Kita yang harus mengondisi hidup kita untuk menjadi kudus dalam segala hal. Harus bisa dilewati, lulus seperti Yusuf. Maka Tuhan angkat dia, Tuhan pakai dia. Tidak ada orang yang tidak lulus yang dipakai Tuhan. Gereja harus jadi jalan untuk membuat jemaat berubah. Jangan menjadi Kristen palsu. Kalau kita mau pura-pura kudus, mau pura-pura benar, terlalu mahal tiap pagi harus bangun untuk doa, dan sering kita puasa. Kita harus sungguh-sungguh berusaha untuk memiliki gaya hidup anak-anak Allah. Kalau kita menyebut diri sebagai anak-anak Allah, tapi kita tidak punya kodrat Allah, berarti kita bohong.
Efesus 1:4 mengatakan, “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan,” di dalam Yesus kita dipilih sebelum dunia dijadikan, “Supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” Jadi di dalam rencana, dalam pikiran Allah Bapa itu ada nama kita. Kita ini diadakan oleh Allah. Kenapa aku ada? Aku diadakan oleh Allah, dirancang untuk menjadi anak-anak Allah. Ayat yang ke-5, “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.” Menjadi anak-anak-Nya itu bukan sekadar kita berstatus anak, namun berkeberadaan sebagai anak. Makanya harus diproses. Kita harus bertobat dan berubah! Kasihan anak-anak kita sebagai orang tua tidak bertobat; bagaimana anak-anak kita selamat? Kalau orang tua tidak bisa melihat Kerajaan Surga, maka anak-anak di dunia yang rusak ini juga tidak bisa melihat surga. Ayo, kita bersiap-siap untuk pulang, sebab dunia bukan rumah kita.