Skip to content

Mengibarkan Bendera Kristus

 

Kalau kita membaca Alkitab, sejak gereja mula-mula orang Kristen itu unik, dan mungkin juga dipandang awkward, aneh atau bisa dinilai tidak wajar. Dan itu tidak bisa dihindari. Yesus sendiri dipandang kerasukan Beelzebul, atau dianggap gila. Paulus sendiri juga dianggap gila. Bagaimanapun, kalau kita mengikuti jejak Tuhan Yesus secara konsekuen dan konsisten, kita menjadi tidak sama dengan dunia ini. Seperti yang dikatakan dalam Roma 12:2, yang dimulai dengan mempersembahkan hidup sebagai korban yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kemudian, berubah oleh pembaruan budi. Sejatinya, kekristenan yang kita miliki adalah kekristenan yang bisa diterima oleh masyarakat sekitar kita, karena kita bisa konformistis—artinya menyesuaikan—dan lebih parah lagi, kemudian kita kompromi, artinya kita tidak berani menampilkan jati diri yang sesungguhnya sehingga kita kehilangan kekristenan yang orisinal dan kita berkhianat kepada Tuhan. 

Kita harus berani memilih Tuhan sebagai satu-satunya kebahagiaan, memilih Tuhan sebagai satu-satunya kesenangan. Ini akan membuat kita berbeda dengan dunia sekitar. Namun, ini yang kemudian membuat kita tertolak oleh dunia karena kita tidak satu chemistry dengan dunia. Kita harus terus mengalami perubahan, metamorfosa. Kita harus berani kehilangan kesenangan, di mana kita berprinsip hanya Tuhan itu kesenangan dan kebahagiaan kita. Kalaupun kita studi, berkarier, mencari nafkah, berkeluarga, apa pun yang kita lakukan, kita lakukan semua untuk kemuliaan Allah. Jadi, kita tidak memiliki bagian apa pun dalam hidup ini. Hidup ini harus sepenuhnya untuk kesukaan Tuhan. Jadi kalau kita masih punya kesenangan-kesenangan yang Tuhan tidak ikut menikmatinya, pasti kita tidak hidup untuk kemuliaan Allah. Di sini dibutuhkan latihan terus, dan Roh Kudus menuntun kita terus. 

Orang akan menilai kita lebai, hiperbola, berlebihan. Sejatinya, inilah standar kekristenan. Paulus mengatakan dalam Filipi 1:21, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Pemazmur mengajarkan kepada kita di dalam mazmurnya, Mazmur 73:25-26, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi.” Jadi, kita harus terus membenahi diri. Selalu ingatkan pada diri kita sendiri bahwa life is short, life is tragic, so prepare your life for everlasting life. Ayo kita persiapkan hidup kita untuk kekekalan. Sehebat, sekaya, semewah bagaimanapun, semua akan berakhir, dan semua kita akan menghadap takhta pengadilan Allah. Lalu apa yang kita mau banggakan? Apa yang kita andalkan? 

Tuhan harus menjadi satu-satunya kebahagiaan kita, satu-satunya kesenangan kita. Jika demikian, kita tidak bisa membanggakan diri karena apa pun yang kita miliki tidak bisa menjadi kesenangan atau kesukaan. Apa pun, jangan menikmati apa pun. Kalaupun kita menikmati sesuatu, karena kita menikmatinya bersama Tuhan atau karena Tuhan. Kalau kita punya keluarga dan kita menikmati keluarga, namun keluarga bukan menjadi kerajaan kita. Kalau kita memiliki kedudukan, bukan kita nikmati, melainkan karena kita ditaruh Tuhan di situ untuk melakukan pekerjaan-Nya. Roh Kudus akan menolong kita bagaimana kita menempatkan diri secara presisi atau tepat. 

Jadi intinya, jangan punya kebahagiaan selain Tuhan. Praktik, implementasi dari semua ini, baru kita mengerti ketika kita melangkah dan masuk ke dalamnya. Kalau hanya mendengar atau membaca, ini abstrak. Sebab Allah itu bisa dinikmati sebagaimana seorang pria menikmati wanita, atau sebaliknya. Sebagaimana istri bisa menikmati suami, atau sebaliknya. Sebagaimana orang tua bisa menikmati anak-anak, atau sebaliknya. Kita harus menghayati hal ini dengan satu pemikiran, untuk apa kita hidup, untuk apa kita punya napas dan darah kalau kita tidak hidup dalam persekutuan yang harmoni dengan Dia? Bagaimana kita bisa memiliki persekutuan yang harmoni dengan Tuhan kalau tidak menjadikan Dia kesukaan kita? Tuhan berkata, “Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan, 100% untuk-Ku atau tidak usah sama sekali.” 

Memang ini bukan hal yang mudah, tapi kita harus melangkah dan belajar, juga Roh Kudus akan menolong kita. Jadi, yang pertama, bukan hanya fantasi. Yang kedua, seiring dengan Tuhan menjadi satu-satunya kebahagiaan kita, kita hidup suci. Kalau Tuhan menjadi kebahagiaan kita satu-satunya, maka kita sulit berbuat dosa sampai tidak bisa berbuat dosa. Takut akan Allah jelas, tapi hal yang kita benar-benar menjadi trauma tak bisa digambarkan. Sebab itu adalah pengalaman batin, pengalaman hati ketika Tuhan menjadi kebahagiaan kita, lalu kita berbuat sesuatu yang melukai Dia, sakit sekali kita.  Mari kita membangun masyarakat Kerajaan Surga yang berbeda dengan lingkungan dan manusia lain. Inilah kehidupan orang Kristen yang orisinal, yang sejati, yang asli. Gerakan ini akan membuat kita menjadi manusia yang berbeda dengan orang di sekitar kita. Dan ini membutuhkan perjuangan yang tidak mudah, perjuangan yang berat. Dimulai dari diri kita sendiri. Kita mau mengibarkan bendera kekristenan yang sejati, bendera Kristus, yaitu dengan cara mengenakan hidup Kristus dalam hidup kita.