Skip to content

Menghormati Tuhan

 

Firman Tuhan mengatakan, “Orang yang menghormati Tuhan akan dihormati.” Allah membuat dia terhormat. Siapakah mereka yang menghormati Tuhan? Yang pertama, orang yang hidup tak bercacat tak bercela. Ketika kita berbuat dosa, ketika kita melakukan kesalahan, sejatinya itu sikap tidak menghormati Allah. Karenanya di dalam renungan hati kita, di dalam pikiran kita, tidak boleh ada sesuatu yang Tuhan tidak berkenan. Supaya hati, pikiran kita bersih, kita tidak boleh menonton, menyaksikan, menikmati tayangan, tontonan apa pun yang Tuhan tidak menghendaki kita menyaksikannya. Karena hal itu merusak pikiran dan jiwa kita. 

Kadang-kadang kita tergoda mau melihat dan itu di gadget kita yang bisa mempengaruhi pikiran dan perasaan kita menjadi tidak bersih. Itu sudah merupakan sikap tidak menghormati Allah. Demikian juga dengan perkataan yang sia-sia, ucapan yang sia-sia, itu tidak menghormati Allah. Apalagi dengan perbuatan, lebih lagi. Kita minta ampun atas semua dosa yang telah kita lakukan dan jangan berbuat dosa lagi. Itulah sikap menghormati Allah. Tanpa kesucian, kita tidak bisa dipandang sebagai orang yang menghormati Allah. 

Maka orang yang tidak hidup suci, tidak akan layak di hadapan Tuhan. Ini bukan satu hal yang mudah, ini juga bukan satu hal yang sederhana. Tetapi tidak bisa tidak, karena Allah Bapa yang berkata, “Kuduslah kamu, sebab Aku Kudus.” Di Perjanjian Lama setiap kali Allah mau bertemu dengan umat-Nya, Allah berkata kepada hamba-hamba-Nya, “Kuduskan umat-Ku.” Mereka tidak bisa dan memang tidak boleh menghampiri Allah dengan keadaan yang tidak kudus. 

Yang kedua, orang yang tidak berharap pertolongan manusia. Ketika kita di dalam persoalan, masalah, atau kebutuhan, kita memikirkan seseorang dan berharap orang itu menolong. Sejatinya, kita menghina Tuhan seakan-akan Tuhan tidak bisa diharapkan. Jangan melirik siapa pun ketika kita dalam kesulitan, tapi pandanglah Tuhan. Lebih baik kita jatuh hancur daripada kita berharap pertolongan manusia.  Sebab kalau kita berharap pertolongan manusia, maka yang terjadi adalah kita tidak menghormati Tuhan, tidak memuji Dia dengan baik. 

Kita tidak bisa memuja, menyembah dan menghormati Tuhan secara patut kalau kita berharap pertolongan manusia. Kita harus memandang, mengharapkan pertolongan kepada manusia itu kenajisan. Sebab firman Tuhan mengatakan, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia.” Jadi, ketika kita ada di dalam pergumulan, di dalam persoalan berat, kita harus memandang Tuhan. Kita belajar memercayai bahwa Dia adalah Allah yang hidup, Allah Yang Maha Kuasa dan sekaligus Allah yang setia, Allah Yang Maha Baik. Jangan membuka celah sekecil apa pun untuk mengintip manusia. 

Ketika kita ada dalam ruangan gelap di mana semua pintu tertutup, baiklah kita menutup mata dan memandang Tuhan saja. Jangan mencari celah atau lubang untuk mengintip kalau-kalau ada manusia atau siapa pun yang dapat menolong kita di ruang gelap itu. Tidak usah lihat. Kenyataannya, banyak di antara kita yang sekarang sedang berada di ruangan gelap seperti itu. Jangan takut! Tetap percaya kepada-Nya walau saat ini kita tidak melihat pertolongan-Nya. Tuhan juga membawa orang-orang besar seperti Musa, Yusuf, Daud masuk di ruang gelap. Ruangan yang di dalamnya tidak ada pengharapan, tidak ada pertolongan. 

Tapi di situ kita harus bersabar menunggu pertolongan dari Tuhan. Harus bersabar menantikan Tuhan. Jangan mencari celah sekecil apa pun, mengintip cari lubang sekecil apa pun, untuk menangkap siapa-siapa yang bisa menolong. Tidak boleh. Kita tidak akan bisa memuja Tuhan, memuji Tuhan, menyembah Dia dan tidak akan bisa menghormati Tuhan secara patut kalau kita berharap pertolongan manusia. Tuhan bisa membuat semua pintu tertutup. Namun ternyata Tuhan mau mengajar kita bagaimana memuliakan dan meninggikan Tuhan. Memercayai Pribadi-Nya dan tidak mencurigai Tuhan sekecil apa pun. 

Yang ketiga, orang yang menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya kesenangan dan kebahagiaan. Bukan salah satu, melainkan satu-satunya! Jangan memperhitungkan apa pun sebagai kesenangan. Jangan memperhitungkan apa pun sebagai kesukaan. Hanya Tuhan kebahagiaan kita. Dengan demikian kita akan terarahkan ke langit baru bumi baru, terarahkan untuk merindukan Tuhan, karena hanya Dia kesukaan kita. Hanya Dia kebahagiaan kita. Dengan demikian kita bisa berkata, “I adore You, my Lord. I adore You my beloved Father. Aku memuja-Mu.”