Mengikut Tuhan Yesus pada akhirnya yang paling prinsip, yang harus semua kita capai, adalah mengekspresikan perasaan Allah, mengekspresikan perasaan Bapa. Inilah maksud dari Allah menciptakan kita. Seandainya, Adam tidak jatuh dalam dosa, kehidupan tetap bergulir seperti ini. Manusia menyelenggarakan hidup, mengelola alam semesta ini, menciptakan teknologi, menikmati dan membangun seni, dan lain sebagainya. Tetapi semua terselenggara sesuai dengan sifat-sifat Allah. Hubungan antar manusia itu media, di mana perasaan Allah diekspresikan, dan tentu hal ini menyenangkan hati Allah yang menciptakan manusia. Tidak ada perbuatan manusia yang konflik dengan sifat Allah. Betapa indahnya kehidupan seperti itu. Tidak ada orang yang menyakiti sesamanya. Yang ada adalah saling menolong, menghibur, menguatkan, dan membahagiakan.
Sejatinya, manusia diciptakan untuk mengekspresikan perasaan Allah dalam segala peristiwa dan keadaan. Namun Roma 3:23 firman Allah mengatakan, “Semua manusia telah kehilangan kemuliaan Allah.” Sebenarnya kata kehilangan di situ dalam bahasa aslinya hustereo, artinya, kurang (lack of). Manusia yang jatuh dalam dosa itu tidak selalu menjadi biadab seperti binatang. Manusia bisa berbuat baik. Manusia bisa melakukan hal-hal yang santun dalam ukuran tertentu. Karenanya, Allah memberikan 10 hukum. Walaupun tentu tidak ada manusia yang bisa melakukan dengan sempurna, tetapi dengan 10 hukum Allah atau Dasa Titah atau Dekalog diisyaratkan bahwa manusia masih mampu melakukan kebaikan. Dan ternyata, manusia tidak bisa melakukan dengan sempurna. Namun, manusia bisa minta ampun kepada Tuhan.
Kedatangan Tuhan Yesus bukan hanya menghapus dosa manusia dalam tataran hukum, melainkan juga mau memulihkan keadaan manusia. Supaya manusia dapat menjadi manusia sesuai dengan maksud Allah menciptakan manusia itu; yaitu menjadi manusia yang dalam seluruh perbuatannya sesuai dengan sifat-sifat Allah, sehingga manusia bisa mengekspresikan perasaan Allah. Dan Yesuslah Adam kedua atau Adam terakhir yang berhasil mencapai kehidupan seperti itu. Maka, di dalam firman Tuhan kita membaca, bahwa Yesus adalah gambar Allah yang tidak kelihatan. Jadi kalau kita mau melihat sifat-sifat Allah, ada dalam diri Yesus.
Dia lebih utama dari segala yang diciptakan; maksudnya, lebih dari semua manusia yang pernah hidup. Adam pertama gagal, seluruh keturunannya kurang kemuliaan, tidak mencapai kehidupan yang sesuai sifat-sifat Allah. Padahal maksud Allah menciptakan manusia itu, agar manusia bukan hanya segambar (memiliki pikiran dan perasaan seperti yang terdapat dalam diri Allah), melainkan juga memiliki kualitas serupa dengan Allah. Manusia bukan hanya memiliki pikiran, perasaan, kehendak, dan kebebasan bertindak seperti yang terdapat dalam diri Allah, namun juga memiliki kualitas dalam bertindak tersebut. Yesus, Adam kedua atau Adam terakhir yang bisa menampilkan sifat Allah.
Kata “yang sulung” ini penting sekali. Ini sangat fundamental di dalam kekristenan karena “yang sulung,” artinya Dia memulai dan mengisyaratkan ada yang lain. Di Roma 8 juga dikatakan, “Dia menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” Dan ini sebenarnya berita yang indah, kabar baik. Baiknya adalah manusia dapat dikembalikan menjadi manusia sesuai dengan rancangan Allah semula. Maka, ada pelayanan, ada gereja. Yang tujuan utamanya adalah menyelamatkan manusia. Menyelamatkan itu bukan hanya nanti kalau mati, masuk surga atau terhindar dari neraka. Melainkan sejak di bumi mengalami proses perubahan, supaya nanti kalau meninggal masuk Rumah Bapa.
Keselamatan jiwa bukan hanya menyangkut surga-neraka saja, melainkan menyangkut proses peningkatan dari manusia yang kurang kemuliaan Allah menjadi manusia sesuai rancangan Allah semula. Maka definisi keselamatan adalah usaha Allah mengembalikan manusia ke rancangan Allah semula. Namun, banyak orang tidak mengerti atau tidak mau mengerti. Jangankan jemaat, aktivis, bahkan pendeta pun ada yang tidak mau mengerti. Maka kelakuannya jadi jahat. Betapa sulit dan betapa berat menjadi orang yang punya sifat-sifat Allah atau berkodrat ilahi. Yang berjuang saja masih saja mengalami kemelesetan, apalagi yang tidak berjuang. Jika kita mati tanpa punya pengalaman mengekspresikan perasaan Allah, maka Bapa tidak kenal kita. Sebab jika kita mengaku sebagai anak-anak Allah berarti sifat kita harus seperti Allah. Maka, kesempatan hidup ini mahal sekali.
Dalam rentang waktu 70-80 tahun umur manusia, ada peristiwa-peristiwa yang terjadi. Dan Allah menggunakan sarana peristiwa hidup sebab Allah membutuhkan peristiwa-peristiwa untuk mengasah kita. Setiap peristiwa itu disebut momentum. Dan Tuhan menggarap setiap orang dengan sempurna. Setiap orang didesain Tuhan dengan desain kurikulum yang berbeda, tidak ada yang sama. Namun dengan segala masalah yang timbul, bisa membuat orang hilang fokus; tidak memandang Tuhan, tapi tenggelam dengan masalah hidupnya. Iblis membuat banyak orang gagal fokus. Sejatinya, Tuhan mau beri tahu bahwa kita adalah makhluk yang memiliki kekekalan. Maka, kalau kita hidup hanya karena roti, celaka. Seperti yang dikatakan dalam Lukas 12, walaupun dia kaya raya secara materi, sejatinya, dia miskin. Karena dia tidak mau memiliki firman, nasihat, suara, dan didikan Tuhan. Jadi, jangan sampai kita miskin di kekekalan dan menjadi sampah abadi. Karena Tuhan mau kita mengekspresikan perasaan-Nya.