Kalau kita membaca Injil, apa yang diajarkan Tuhan Yesus, kekristenan itu sangat membahayakan dan mengancam kehidupan normal manusia. Tapi inilah kekristenan yang benar. Sebab ketika seorang menjadi pengikut Yesus, dia mengakhiri jalan hidupnya. Semua prinsip hidup, filosofi, cita-cita, kesenangan, keinginan itu harus disalibkan bersama-sama dengan Yesus. Yang Alkitab katakan bahwa kita mati bagi dunia dan hidup bagi Kristus. Perhatikan, di dalam Injil, Yesus tidak membaptis dengan air, tetapi membaptis dengan Roh Kudus. Baptisan itu lambang kematian. Seperti yang dikatakan di dalam Roma 6:4, “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”
Bicara mengenai baptisan, sejatinya itu bukan tradisi Kristen. Sebelum zaman Yesus lahir di Betlehem dan juga sejak zaman Yesus sudah lahir di Betlehem, ada baptisan yang disebut baptisan proselit. Orang yang bukan orang Yahudi, atau orang non-Yahudi, jika menjadi warga Yahudi, mereka harus dibaptis. Dengan baptisan itu, maka orang non-Yahudi tersebut harus hidup dengan cara hidup orang Yahudi. Dan kita tahu, betapa uniknya kehidupan orang Yahudi itu. Harus disunat, bukan hanya makanan, pakaiannya pun juga harus terbuat dari bahan-bahan yang dikategorikan halal. Mereka harus hidup menuruti Taurat, memberi perpuluhan, dan lain sebagainya.
Hidupnya berubah 180 derajat, jadi asing di lingkungan orang-orang non-Yahudi.
Lalu, kita mengenal baptisan Yohanes. Yohanes diutus Tuhan untuk membaptis orang-orang supaya hidup menurut hukum, sesuai dengan jiwa hukum itu. Baptisan Yohanes, anak Elisabet, adalah baptisan pertobatan agar manusia atau orang Israel waktu itu bermoral baik, hidup sesuai dengan Hukum Taurat secara konsekuen dan konsisten. Dan itu sebagai persiapan untuk mendengar Injil yang memiliki kualitas lebih tinggi dari Hukum Taurat; Injil yang menekankan batiniah. Jadi, kalau dikatakan bahwa Yohanes mempersiapkan jalan bagi Tuhan, artinya manusia-manusia yang tidak menghasilkan buah-buah pertobatan yang baik harus menghasilkan buah-buah pertobatan yang baik. Itulah sebabnya, orang-orang yang datang, ditantang oleh Yohanes Pembaptis untuk menghasilkan buah pertobatan.
Tetapi, baptisan Roh Kudus, beda. Orang harus masuk dalam kehidupan baru, kehidupan sebagai anak-anak Allah, kehidupan orang-orang yang dikategorikan sebagai berasal dari atas. Dan Tuhan Yesus memberi teladan bagaimana hidup sebagai anak-anak Allah. Itulah sebabnya firman Tuhan mengatakan agar kita menjadi serupa dengan Yesus. Dan itu merupakan satu hal yang mutlak, harus serupa dengan Yesus. Dengan kalimat lain, harus melakukan kehendak Bapa. Sebab orang yang tidak melakukan kehendak Bapa, tidak akan masuk Kerajaan Surga. Dalam Matius 7:21-23 Yesus berkata, “Enyahlah kamu daripada-Ku, kamu yang berbuat jahat, karena bukan orang yang berseru kepada-Ku, Tuhan, Tuhan, yang masuk surga, tapi orang yang melakukan kehendak Bapa.”
Untuk melakukan kehendak Bapa, seseorang tidak bisa lagi melakukan kehendak diri sendiri, sebab prinsipnya adalah: “Baik kamu makan, minum, atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Menjadi orang percaya itu menjadi orang yang hidupnya direnggut 100%, dan itu dikatakan Tuhan Yesus di Matius 6:24, “Kamu tak dapat mengabdi kepada dua tuan.” Namun kekristenan telah mengalami kemerosotan selama berabad-abad, dan itu ditandai dengan pertikaian antar orang Kristen sampai pada bunuh-membunuh, kucil-mengucilkan, hal mana sama sekali tidak diajarkan oleh Yesus. Sampai sekarang kita melihat warisan dari orang-orang Kristen yang kerasukan setan, walaupun mereka orang baik-baik. Mereka sekolah teologi, bergelar doktor, tapi ucapan mereka bukan ucapan anak-anak Allah. Sikap mereka terhadap orang lain bukan sikap anak-anak Allah. Itu sikap pembunuh; membunuh nama baik, membunuh karakter orang, menghina, merendahkan orang, dan lain sebagainya.
Kalau kita membaca Injil, semua yang dipanggil untuk mengikut Yesus, itu orang yang benar-benar telah kehilangan hidup dan sepenuhnya mengikut Yesus. Tapi kekristenan menjadi rusak oleh kompromi-kompromi kehidupan wajar yang dimiliki manusia. Bangsa Israel itu bukan model hidup kita. Mereka memang menyembah Allah yang benar, Elohim Yahweh, tetapi fokus hidup mereka masih pada pemenuhan kebutuhan jasmani. Proyeksi mereka masih tanah Kanaan dunia ini. Sedangkan orang percaya harus hidup baru sebagai anak-anak Allah, yang mana itu bisa terjadi atau berlangsung kalau ia dipimpin Roh Kudus. Maka kita dibaptis, ditenggelamkan di dalam Roh Kudus. Jadi, kalau kita memberi diri dibaptis, itu bukan karena sekadar kita sudah punya umur cukup untuk dibaptis, seakan-akan syarat untuk menjadi Kristen yang lebih aman.