Skip to content

Menemukan Tuhan

 

Kita tidak bisa bersekutu dengan Tuhan secara benar kalau kita tidak mengerti apa yang Dia inginkan. Jika kita masih jalan sendiri atau maunya sendiri, itu menutup jalan untuk bisa bersekutu dengan Tuhan. Tentu tidak dalam satu hari kita bisa mengerti kehendak Tuhan. Perlu waktu. Seiring dengan pemahaman dan pertumbuhan pengertian kita akan kebenaran, maka persekutuan dengan Tuhan juga akan bertumbuh. Dan inilah yang harus jadi fokus hidup kita. Jangan merasa kita sudah menemukan Tuhan hanya karena kita beragama, atau karena rajin ke rumah ibadah atau tempat di mana kita bisa melakukan upacara agama atau seremonial atau liturgi.

Seseorang dikatakan telah menemukan Tuhan apabila ia telah menemukan kehendak-Nya untuk dilakukan. Dan di situ kita bisa berinteraksi secara benar dengan Tuhan. Namun kuasa jahat berusaha untuk menarik manusia agar tidak menjadi sekutu Tuhan. Itu berbahaya bagi dia. Sebab kalau seorang Kristen menjadi sekutu Tuhan, dia akan terus mendapatkan impartasi dari Tuhan. Sehingga karakter Tuhan terimpartasi dalam hidupnya dan ia akan bisa menjadi manusia seperti Tuhan Yesus. Dengan demikian ini berarti dia menjadi corpus delicti. Ketaatan Tuhan Yesus selama mengenakan tubuh daging seperti kita dan sampai mati di kayu salib itulah yang membuat Ia dibangkitkan. Kebangkitan-Nya itu menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa. Itu sebabnya Alkitab mengatakan, “Dengan ratap tangis Dia berdoa kepada Dia yang berkuasa menyelamatkan dari maut, dan oleh karena kesalehan-Nya, Ia didengar.” Jadi, kebangkitan Tuhan Yesus itu bukan karena sekadar Bapa di surga hebat berkuasa, melainkan karena Tuhan Yesus taat.

Dengan demikian, kalau Tuhan Yesus tidak taat, Ia tidak akan bangkit. Sebab ketaatan-Nya itulah yang menjadi landasan kemenangan dan kebangkitan-Nya. Melalui ketaatan dan penghormatan-Nya kepada Bapa di surga, maka terbuktilah Lucifer telah berbuat salah. Seakan-akan Allah Bapa mau berkata, ‘Mestinya, Lucifer, kamu seperti Putra-Ku ini.’ Jadi sesungguhnya, orang-orang percaya juga dipanggil untuk itu, bukan sekadar menjadi orang baik. Kalau hanya orang baik, banyak orang tidak beragama pun baik. Seorang sopir taksi yang mengaku tidak beragama bisa mencari kita di hotel untuk mengembalikan barang kita yang tertinggal di taksinya. Dan dia tidak mau menerima imbalan. Ironi, ada orang yang mengaku bertuhan, namun kelakuannya tidak jujur.

Jadi, kalau hanya untuk menjadi orang baik, tidak harus beragama. Banyak orang yang tidak beragama berkelakuan baik bahkan sangat baik dalam ukuran etika umum. Ada bangsa atau masyarakat yang tidak jelas agamanya apa dan hanya punya filosofi, namun filosofi itulah yang menjadi agamanya. Dia tidak menyembah Allah Yang Maha Kuasa atau Allah Yang Esa, akan tetapi kelakuannya baik. Kekristenan yang diajarkan Tuhan Yesus tidak hanya menghendaki orang menjadi baik, namun harus menjadi sempurna seperti Bapa. Kesempurnaan ini bisa terjadi atau bisa berlangsung kalau seseorang mengenal kebenaran Tuhan secara kognitif dan benar-benar mengalami perjumpaan dengan Tuhan. 

Karena itu, pengertian akan firman Tuhan harus benar dulu, logosnya harus benar dulu, agar dapat menerima atau mendengar rhema setiap hari dari pengalaman hidup yang dihadapi. Rhema inilah yang menjadi sarana seseorang memahami Tuhan. Sebab, manusia hidup bukan hanya dari roti, tapi dari setiap rhema, bukan logos. Iman datang dari pendengaran akan rhema, bukan logos. Jadi, jangan heran kalau orang punya logos atau pengetahuan Alkitabnya banyak, namun kelakuannya tidak menunjukkan bahwa Tuhan itu ada. Sebab hanya, dari pengertian yang benar akan firman dan persekutuan dengan pribadi Tuhan setiap hari, kita akan memperoleh impartasi spirit, gairah dan karakter Tuhan. Inilah yang membuat seseorang dapat memiliki karakter Kristus. Sejatinya, orang-orang seperti inilah yang layak atau pantas disebut Kristen.

Namun di satu sisi, kuasa jahat berusaha menarik manusia menjadi sekutunya. Salah satu cara jitu yang digunakan adalah membuat manusia tidak menemukan Tuhan. Kekristenan diajarkan sebagai agama; yang penting beragama cukup. Hal ini membuat banyak orang Kristen tidak bisa menjadi militan seperti orang-orang Kristen abad mula-mula. Ini kepalsuan, yaitu ketika seseorang beragama Kristen, tapi tidak memiliki hubungan intim dengan Tuhan. Merasa sudah menemukan dan memiliki Tuhan, padahal belum sama sekali. Dan ini yang sering terjadi dalam kehidupan orang Kristen. Sangat menyedihkan!