Saudaraku,
Dalam Yakobus 2:19 dikatakan, “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” Dalam teks aslinya kata setan lebih tepat diterjemahkan roh-roh jahat (dari kata daimonia). Jadi, sebenarnya yang gemetar adalah roh-roh jahat. Mengapa mereka gemetar? Sebab mereka mengalami kedahsyatan Allah. Kata gemetar dalam teks aslinya adalah phrisso (φρίσσω), yang artinya to shudder, extreme fear, to be horrified (bergetar, sangat ketakutan). Kata takut di sini berbeda dengan takut dalam Injil Matius 10:28, dimana kata takut di ayat itu adalah phobeo (φοβέω). Kata phobeo juga berarti direbut atau disita atau ditangkap dengan alam atau tanda peringatan (to be seized with alarm). Kalau takutnya roh-roh jahat karena tidak tahan berdiri di hadapan Tuhan Yang Maha Kudus berhubung mereka telah memberontak kepada-Nya.
Tetapi sebagai anak-anak Bapa, kita takut karena sebuah alarm atau tanda peringatan. Tanda peringatan di sini bisa menunjukkan pengenalan akan siapa Tuhan. Pengenalan akan Tuhan bisa menunjukkan tanda bahaya, atau peringatan agar seseorang bersikap waspada. Sikap waspada inilah yang membuat seseorang tidak berani berbuat sembrono. Kalau seseorang mengenal Tuhan, maka pasti ia memiliki alarm sehingga tidak berani berbuat sembarangan. Lebih baik kita menrasakan phobeo sekarang daripada nanti menjadi phrisso seperti roh-roh jahat. Tetapi untuk membangun perasaan ini tidak mudah, karena untuk memiliki perasaan takut yang kudus (phobeo) terhadap Tuhan, harus dibangun melalui sebuah perjalanan yang panjang. Hal ini tidak bisa dicapai dengan mudah dan dalam waktu yang singkat.
Jika seseorang mengenal Tuhan dengan benar dan mengalami Tuhan secara riil maka ia akan mengerti arti kedahsyatan Tuhan. Kedahsyatan yang dialami seseorang tersebut akan membangun takut akan Allah secara benar akan membangkitkan kesucian hidup yang murni dan natural. Takut akan Tuhan yang benar juga akan membakar hati seseorang mengasihi Tuhan dan berusaha membuktikan kasihnya dalam tindakan yang konkret. Betapa bahagianya kalau seseorang dapat menemukan ruangan hidup di mana ia bisa memiliki kegentaran akan Tuhan dari kedahsyatan-Nya yang agung, kudus dan menakjubkan tersebut. Takut akan Tuhan yang benar ini merupakan kekayaan abadi yang tidak dapat ditukar dengan apa pun. Dari takut akan Tuhan ini dapat diukur kedewasaan rohani seseorang di hadapan Tuhan. Sekaligus hal ini menjadi ciri kedewasaan seseorang.
Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono
Jika seseorang mengenal Tuhan dengan benar dan mengalami Tuhan secara riil, maka ia akan mengerti arti kedahsyatan Tuhan.