Skip to content

Menebus Kembali

 

Efesus 5:15-17

“Karena itu, perhatikanlah dengan seksama bagaimana kamu hidup. Janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif. Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu, janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.”

Harus disadari bahwa waktu adalah anugerah yang tidak ternilai. Waktu tidak dapat dibeli dengan uang, dan tidak dapat ditukar dengan apa pun. Ketika seseorang ada di ujung maut, maka ia baru menyadari betapa berharganya waktu yang dia miliki. Satu menit saja berharga, apalagi satu jam, satu hari, satu minggu, dan satu tahun. Ketika seseorang berada di ujung maut, mau memperpanjang hidupnya satu menit, kalau Tuhan berkata, “Tidak!” maka tidak ada yang bisa membantu kita. Jadi, kalau kita memiliki waktu yang begitu limpah hari ini, kita harus gunakan ini sebagai kesempatan untuk belajar. Ada kairos-kairos (peristiwa atau kesempatan) yang tersusun dalam kronos (urutan peristiwa) yang begitu sempurna untuk membangun kodrat ilahi di dalam diri kita. Sejatinya, inilah inti Injil atau berita kabar baik itu. 

Di dalam Efesus 5:15, ada dua kata yang luar biasa, yaitu peripateiteεριπατετε), kata ini menunjuk keadaan diri seseorang dalam kehidupan setiap hari atau kebiasaannya.  Dan kata akribos (κριβς). Tuhan menghendaki agar kita bijaksana. Jangan seperti orang tidak bijaksana, jangan seperti orang yang asofos (σοφος). Asofos merupakan kebalikan dari sofos (σοφος) atau sofia. Tentu, pengertian bijaksana di sini kita pahami sebagai kecerdasan roh. “Janganlah kamu tidak bijaksana, tetapi jadilah bijaksana.” Dalam hal ini, kecerdasan roh inilah yang dimaksud dengan kebijaksanaan. Hal ini dimaksudkan agar segala sesuatu yang kita lakukan dapat selalu sesuai dengan kehendak Bapa; berarti menjadi sempurna seperti Bapa. Semua harus lewat proses. 

Seperti orang belajar matematik, dimulai dari soal-soal sederhana. Dan nanti akan lebih sulit lagi, sampai kita bisa menyelesaikan semua, baru sempurna. Dan masing-masing orang punya porsi kesempurnaan yang berbeda. Makanya masalah hidupnya juga berbeda. Kalau seseorang mengasihi Tuhan, berarti dia siap menghadapi soal apa pun dan menyenangkan hati Bapa dengan segala persoalan yang terjadi. Jangan pernah berkata, “Tuhan, aku tidak sanggup lagi menghadapi masalah ini.” Sebab Tuhan tidak mungkin memberikan persoalan yang kita tidak bisa tangani. Hanya guru yang jahat yang memberi soal yang murid tidak bisa menjawab. Ujian diberikan supaya diuji, menguji sekaligus meningkatkan kualitas. 

 

Yang kedua, jangan sekali-kali berkata, “Sampai kapan, Tuhan?” Kita serahkan pada waktu dan cara-Nya Tuhan. Makanya kita harus teguh dan kuat. Sebaliknya kita harus berkata, “Tuhan, ajar aku mengerti lewat masalah ini apa yang Tuhan mau ajarkan padaku?” Manusia seperti kita ini, Tuhan izinkan masuk sekolah kehidupan yang cukup panjang. Jadi, kalau kita punya masalah hari ini, hadapi tanpa bersungut-sungut. Nanti kita tahu betapa Tuhan sayang, Ia membantu kita untuk membangun kodrat ilahi yang adalah harta kekal.

Dikatakan dalam ayat 15, “Pergunakanlah waktu yang ada.” Kata ‘pergunakanlah’ merupakan terjemahan dari kata exagorazomenoi (ξαγοραζόμενοι), dari akar kata exagorazo (ξαγοράζω). Kata ini berarti menebus, redeem. Juga bisa berarti buy back, membeli kembali. Jadi, karena kita pernah memiliki waktu yang kita jual murah dengan melakukan berbagai kesibukan dan kesenangan yang tidak membawa kita mengalami perubahan dalam mengenakan kodrat iIlahi, maka Tuhan berkata, “Tebus kembali. Redeem!” Alkitab itu luar biasa. Semua kejadian demi kejadian yang berlalu tanpa ada dampak membangun kodrat ilahi dalam hidup kita, harus kita tebus kembali. Sekarang kita baru sadar ada yang salah dalam hidup ini. Kita belajar dari perkara-perkara kecil. Jangan sombong. Ketika kita menutup mata, baru kita melihat kenyataan betapa menyesalnya orang-orang yang di singkat umur hidupnya tidak membangun kodrat ilahi, sehingga di singkat umur hidupnya tidak dihasilkan sesuatu yang bernilai.

Di ayat 17 dikatakan, “Sebab itu, janganlah kamu bodoh.” Kata bodoh di sini terjemahan dari kata afrones (φρονες), yang berarti tidak peduli atau sembarangan, atau sembrono. Sejujurnya, seringkali kita sembarangan meresponi peristiwa-peristiwa hidup yang di dalamnya mengandung pelajaran rohani, yang mestinya bisa membangun kodrat ilahi, tetapi karena kita tanggapi secara sembarangan, secara ceroboh, sehingga tidak membangun manusia Allah. Maka kita mesti berubah. Selanjutnya dikatakan, “Tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.” Jadi betapa berharganya menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari, di mana ada momentum-momentum yang tersusun seperti kurikulum untuk membentuk dan membangun kita.