Skip to content

Mendengar Suara Tuhan

Kenyataan yang kita temui, sangat sedikit orang yang benar-benar mengikut Yesus dan mendengar suara-Nya, karena memang tidak mudah. Roh Kudus itu lembut, tidak memaksa. Jadi, kalau seseorang dari muda hidup benar-benar dalam penurutan, maka dia bisa mendengar suara Roh dengan jelas, dan semakin jelas. Ironis, kebanyakan orang lebih mendengar suara dunia dengan segala filosofinya yang melahirkan, menelurkan, membuahkan, menciptakan gairah, menciptakan selera. Mereka pasti tidak bisa mendengar suara Roh Kudus dengan baik. Mereka lebih sensitif terhadap suara dunia dan seleranya. 

Sejujurnya, kita ini orang-orang yang pernah tersesat, tetapi Tuhan memanggil kita melalui berbagai peristiwa hidup, lalu kita mengambil keputusan untuk mengikut Tuhan Yesus. Tuhan memberikan firman-Nya, kita juga menyediakan diri menghampiri Tuhan dalam doa. Di situ Tuhan mengubah kita. Di dalam proses itulah kita menemukan bagaimana kembali kepada jalur yang benar. Ternyata untuk bisa mendengar suara Tuhan dan mengikut jejak Tuhan Yesus, kita harus mematikan semua keinginan. Namun, di sisi lain, inilah yang membuat orang curiga terhadap ajaran seperti ini, karena dianggap menyalahi kodrat kehidupan. 

Argumen yang sering kita dengar, “Namanya juga manusia, pasti punya keinginan” atau “Hiduplah wajar seperti manusia pada umumnya, yang penting tidak melanggar hukum.” Padahal ketika kita ditebus oleh darah Tuhan Yesus, kita bukan milik kita sendiri (1Kor. 6:19-20). Ayat-ayat lain yang senada, misalnya: “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup dalam aku. Bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan. Kalau Dia sudah mati bagi kita, kita semua sudah mati. Kalau kita hidup, kita hidup untuk Dia.” Berarti kita tidak berhak untuk punya kesenangan dari diri sendiri. Kita harus berani mengambil keputusan untuk tidak punya keinginan. Kalau ada keinginan di dalam diri kita, maka harus kita persoalkan dengan Tuhan, Tuhan mengingininya atau tidak. 

Percayalah, kalau kita berani melakukan itu, hidup kita menjadi limpah. Kita bisa menikmati apa saja dan kita tidak akan dipermalukan. Sebab kita menjadi bagian dari Tuhan. Tuhan membela kita tanpa batas, karena kita juga memberi hidup tanpa batas kepada Tuhan. Sampai kita bisa berkata, “Apa pun yang Kau kehendaki, kulakukan, Tuhan. Aku mematikan semua keinginan, aku hanya melihat apa yang Kau kehendaki untuk kulakukan.” Inilah puncak dari pertobatan seseorang; yang dalam bahasa Yunani disebut metanoia atau perubahan pikiran yang ujungnya adalah hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa. 

Ketika pola berpikir kita diubah, maka selera jiwa kita berubah, sehingga kita benar-benar hidup hanya untuk mengerti kehendak Bapa dan melakukannya. Orang-orang seperti inilah yang memenuhi Yohanes 6:56, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.” Tuhan benar-benar tidak mau diduakan. Maka, kita tak dapat mengabdi kepada dua tuan. Tuhan saja, atau tidak usah sama sekali. 99% pun tidak cukup, harus 100%. Jadi, tidak ada kata “kelimpahan” di luar Tuhan. Kelimpahan itu kita alami ketika kita hanya menginginkan Tuhan saja. Apa yang kita ingini harus berguna untuk pekerjaan Tuhan. Jangan ada kebanggaan apa-apa, senangkan hati Tuhan saja.

Maka, perlu perjumpaan dengan Tuhan. Kita bisa dipojokkan sampai bisa memahami ini, karena kita duduk diam di kaki Tuhan. Hal ini tidak bisa diajarkan oleh siapa pun; harus Tuhan sendiri, yaitu melalui Roh Kudus. Maka, kalau sampai kita berbuat dosa, itu sudah keterlaluan. Tidak berbuat salah secara hukum, secara moral umum saja, itu belum memenuhi standar Allah, apalagi sampai kita melanggar. Kita bukan hanya tidak melakukan kesalahan, tetapi kita mau masuk di hati Tuhan dan merogoh hati-Nya. 

Kalau kita mengikut Yesus, kita ikuti juga ucapan-Nya di Yohanes 4:34, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Lalu, makanan kita apa? Sering kali, makanan kita adalah keinginan dan kesenangan kita sendiri yaitu pengaruh dunia di sekitar kita. Mari, berjuanglah untuk mulai menanggalkan, merontokkan, meluruhkan segala keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Ubahlah selera hidup kita, supaya kita bisa dipisahkan dari dunia ini. 

Mulai hari ini berjuanglah untuk tidak punya keinginan di luar kehendak Tuhan. Semua yang kita ingini harus sesuai dengan kehendak Tuhan supaya kita bisa mendengar suara Roh Kudus; yaitu bagaimana kita menyelenggarakan hidup sesuai dengan kehendak Allah. Jangan berpikir anugerah membuat hidup kita mudah. Masuk surga, mudah. Dapat berkat, mudah. Mengalami mukjizat, mudah. Keliru! Konsekuensi anugerah adalah kita harus mengikut jejak Tuhan, karena anugerah itu diberikan supaya kita bisa mengikuti jejak Anak Allah, agar kita menjadi anak-anak Allah yang berkualitas Anak Allah. 

Untuk bisa mendengar suara Tuhan dan mengikut jejak Tuhan Yesus, kita harus mematikan semua keinginan.