Di dalam Ibrani 2:17 dikatakan, “Dalam segala hal, Ia disamakan dengan saudara-saudara-Nya.” Tapi jangan mengatakan bahwa Yesus adalah manusia biasa. Dia bukan manusia biasa, tapi Dia manusia Allah, “Man of God.” Kata yang sama dikenakan Paulus kepada Timotius dan dikenakan pada dirinya sendiri, bahwa orang percaya adalah “man of God.” Dunia membentuk kita serupa dengan dunia, tapi Roh Kudus membentuk kita serupa dengan Allah. Betapa luar biasa panggilan kita ini. Kedudukan menjadi seorang walikota, gubernur, menteri, bahkan presiden, tidak ada artinya dibanding menjadi anak-anak Allah yang dimuliakan bersama Yesus.
Sekolah kehidupan yang uang pangkalnya hanya bisa dibayar oleh Yesus dengan darah-Nya. Namun, banyak orang Kristen memahami bahwa masuk surga itu tanpa syarat, karena terpaku dengan kata “karunia” atau “anugerah.” Hal itu benar, namun perlu dimengerti bahwa karunia atau anugerah itu diberikan dengan tanggung jawab. Eden diberikan kepada Adam secara gratis, tapi ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu jangan makan buah di tengah taman, melainkan buah kehidupan. Sekarang kita punya pergumulan yang sama. Makanlah buah kehidupan, bukan buah dari dunia ini. Serupalah dengan Tuhan, bukan serupa dengan dunia. Maka, jangan berhenti berubah.
Hal ini bukan berarti kita mau menjadi Allah yang sejajar dengan Bapa. Kita menjadi Allah dalam arti mengenakan sifat-sifat Allah; bukan superlatif kuasa-Nya, sebab superlatif kuasa-Nya hanya dimiliki oleh Allah. Yesus pun mengajarkan, “Engkaulah yang empunya Kerajaan, kuasa, dan kemuliaan.” Tidak ada yang punya, Yesus pun tidak punya. Tapi ketika Dia mencapai kesempurnaan, maka segala kuasa di surga dan di bumi diberikan kepada-Nya. Dan kalau kita serupa dengan Yesus, Alkitab katakan kita akan dimuliakan bersama dengan Dia. Jadi jangan heran kalau dalam kitab Wahyu dikatakan ada takhta Anak Domba dan takhta raja-raja, yaitu orang-orang yang dimuliakan bersama dengan Yesus.
Hidup kita itu hanya untuk jilid dua. Hari ini kita sedang menjalani jilid satu, namun kita hidup untuk next life, bukan hidup hari ini. Betapa luar biasa panggilan untuk menjadi anak-anak Allah yang harus serupa dengan Allah. Dalam Yohanes 10:34 dikatakan, “Kata Yesus kepada mereka: ‘Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah?'” Jika kita mau menjadi anak-anak Allah, maka kita harus seperti Yesus. Sebab kita tidak dipanggil menjadi manusia biasa, tapi kita dipanggil menjadi manusia Allah. Maka kita mesti penasaran, apakah hidup kita berkenan di hadapan Tuhan atau belum? Sudah serupa dengan Tuhan atau belum?
Kita harus serius mengurusi manusia batiniah kita. Jangan sampai kita terangsang dosa dan merasa biasa saja. Kita memang manusia dengan kelemahan dan kekurangan, tapi apakah kita mau lemah terus sampai mati? Maka, tanggalkan diri kita sampai tidak ada lagi pangkalan dosa. Sehingga Iblis tidak bisa sentuh kita, karena sudah tidak ada akses, tidak ada frekuensi. Caranya bagaimana? Kita harus dibarui dari hari ke hari, supaya kita memiliki pikiran perasaan Kristus. Untuk itu, kita harus tekun berjuang. Berubahlah oleh pembaruan budi kita, cara berpikir kita. Kita harus belajar firman Tuhan dan mengalami perjumpaan dengan Tuhan setiap hari. Setiap peristiwa yang Tuhan izinkan terjadi di dalam hidup kita, harus dimengerti sebagai sarana untuk mencungkil pangkalan kuasa kegelapan atau dosa yang masih ada di dalam diri kita.
Misalnya ada pangkalan kesombongan. Jadi ketika kita dipuji atau mendapat kesempatan dihormati, ada kesombongan. Kesombongan tersebut Tuhan hancurkan lewat sakit parah. Namun, itu pun belum tentu kesombongan tersebut hilang. Tapi lewat kejadian itu baru ia sadar, “Ternyata aku bukan siapa-siapa.” Cara Tuhan merombak keadaan kita itu luar biasa. Terus terang, ini adalah misteri dan rahasia, sukar dijelaskan, dan mungkin tidak perlu orang lain tahu. Tapi kita tahu, di situlah kita mengerti kehadiran nyata Tuhan dalam hidup kita di mana lewat peristiwa demi peristiwa, Allah mengubah diri kita supaya tidak ada pangkalan dosa.
Kita harus memberi diri, harus ada kerja sama antara kita dengan Roh Kudus yang menggarap kita. Itu sebabnya mengapa kita harus berdoa setiap hari, bertemu Tuhan setiap hari. Kita membutuhkan bimbingan-Nya. Itu sebabnya juga mengapa kita harus doa puasa, karena kita perlu untuk lebih fokus bertemu Tuhan dan memberi diri dibentuk. Kita bersyukur, betapa sabarnya Tuhan menggarap kita. Maka selama masih memiliki jantung yang berdetak, artinya Tuhan masih beri kesempatan kita berubah. Jadi, betapa berharganya kesempatan dan waktu yang Tuhan berikan. Harta dunia, kehormatan, dan segala kesenangan dunia itu sementara, yang harus kita berani lepaskan demi supaya kita memperoleh penggarapan Tuhan dan agar kita bisa menjadi manusia Allah yang tidak bisa lagi dipengaruhi oleh dunia.