Ukuran kita mengasihi Tuhan tidak bisa menggunakan standar manusia, tapi standar Tuhan, yaitu apa yang dirasa Tuhan. Sejatinya, Tuhan harus sampai mengakui: “Aku rasakan engkau mengasihi Aku.” Atau sebaliknya, Tuhan bisa berkata, “Aku tidak merasa engkau mengasihi Aku. Engkau hanya memberi sebagian dari hatimu.” Sebab Tuhan menghendaki seutuhnya hati kita. Ini masalah nasib kekal kita. Ini bukan sekadar kelangsungan hidup di bumi. Tidak masalah kita pria atau wanita, miskin atau kaya, cacat atau utuh. Tidak masalah, apa pun keadaan kita di bumi. Tapi kalau bicara soal kekekalan, itu mutlak. Jangan main-main.
Bagi mereka yang hidup ceroboh, mungkin hari ini mereka merasa aman-aman saja. Apakah mereka akan aman selamanya? Tunggu waktunya mereka dipermalukan. Kalau tidak di bumi, akan dipermalukan di kekekalan. Ada orang yang ketika meninggal, baru ketahuan ternyata dia punya wanita simpanan dan sudah punya anak. Banyak orang menganggap remeh dan setan menipu dengan berkata, “Masih ada kesempatan nanti.” Kita mestinya berpikir bahwa tidak akan ada kesempatan. Jangankan besok, siang dan sore ini pun mungkin kita akan diakhiri.
Jadi, kita tidak perlu takut berkata: “Aku tidak akan berbuat dosa lagi.” Ini yang akan menghindarkan kita dari kehidupan yang melukai Tuhan. Jangan anggap remeh. Ini bukan menakut-nakuti atau mengintimidasi kita. Tapi kiranya ini menjadi peringatan akan realitas yang mengerikan. Betapa indahnya kalau kita sudah membangun hubungan dengan Tuhan, karena kita gentar terhadap realitas kekekalan. Itulah sebabnya di Lukas 16:9-10 dikatakan, “Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan mamon.” Mamon hanya menjadi alat. Kita harus mengikat persahabatan dengan Tuhan, bukan dengan mamon. Mamon kita pakai untuk bersahabat dengan Tuhan. Tapi manusia biasanya pakai apa saja untuk kepentingan sendiri.
Setiap kita pasti punya masalah, dan mungkin sangat berat. Tapi kalau kita menghormati Tuhan, ada dua hal yang kita harus lakukan. Pertama, jangan berbuat dosa. Kedua, jangan mencurigai Tuhan. Sebab Allah yang sama yang disembah Daniel, adalah Allah yang kita sembah. Maka kita tidak boleh takut sama sekali, selama kita hidup dalam kesucian. Kalau kita meyakini Allah yang hidup, kita menghormati Dia, kita juga mempersiapkan diri terhadap kekekalan. Masalahnya, kita tidak mencari hadirat-Nya. Seseorang boleh kaya dengan pengetahuan, keahlian, uang, kedudukan, atau gelar, tapi kalau ia tidak kaya dalam perjumpaan dengan Tuhan, ia lebih miskin dari orang miskin.
Jadi, perkayalah diri kita dengan perjumpaan dengan Tuhan. Maka, ketika kita berada di ujung maut, kita baru tahu betapa berartinya menjumpai Allah. Sebab ketika kita tidak terbiasa menjumpai Allah, maka di ujung maut kita akan meraih-raih, meraba-raba, dan tidak akan pernah menemukan tangan-Nya. Tidak bisa dadakan begitu. Tapi kalau kita sudah terbiasa mencari Tuhan, maka kita tidak perlu meraba, karena tangan Tuhan menggenggam tangan kita. Persoalkan dengan Tuhan, Dia punya perasaan, Dia tahu kita mengasihi Dia atau tidak. Allah itu Maha Besar, Maha Dahsyat, Maha Mulia. Siapa kita? Kita hanyalah seonggok tanah liat, bagaimana kita bisa sombong?
Tapi kalau kita memperkarakan kekekalan, Allah berjanji semua ditambahkan kepada kita. Bagi yang sudah senja, hari tua kita jangan disia-siakan karena sebentar lagi redup di mana kita tidak mampu mencari Tuhan karena sudah terlalu lama terpisah dari Tuhan. Mumpung masih ada waktu, cari Tuhan. Kita tidak akan menyesal. Dia bukan salah satu yang penting, namun Dia satu-satunya yang terpenting. Dia bukan prioritas, karena tidak ada yang lain. Hanya Tuhan yang kita cari. Maka, sebelum kesempatan ini berlalu, kita harus bertobat. Ingat panggilan hidup kita. Jangan hilang. Selagi masih punya kesempatan, jangan menunda. Apa yang kita miliki hari ini, semua untuk Tuhan, bukan untuk diri kita. Dan Tuhan akan menambahkannya.
Maka, bertobatlah, carilah Tuhan dengan sungguh-sungguh sebelum waktu kita berlalu dan kita tidak pernah punya kesempatan mengulang. Kalau kita mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, sesuai dengan janji-Nya, maka anak cucu kita akan dipelihara Tuhan. Kita tidak bisa menjagai mereka 24 jam sehari. Allah itu hidup, nyata. Terbukti dalam sejarah, kita melihat gerak Tuhan, tanda tangan Tuhan. Berubahlah dan carilah Dia!