Skip to content

Memikul Beban

 

Kesempatan untuk melayani Tuhan, bisa tidak akan pernah terulang. Kesempatan ini hanya sekali untuk kekekalan. Dibuka kesempatan, ada lowongan untuk iring Yesus, menjadi prajurit-prajurit Tuhan. Yesus, Tuhan kita, lebih dari seorang presiden. Lebih dari seorang raja, lebih dari seorang kaisar. Jangan lari, mari abdikan diri kita untuk Kerajaan Surga. Di Eropa, ada dua negara yang sedang berperang. Dipanggilnya orang-orang muda dan bapak-bapak untuk ikut berperang. Tidak sedikit yang memberi diri masuk dalam medan perang, tetapi ada juga yang pergi ke luar negeri untuk menghindar menjadi serdadu. Itu masih masalah fana dunia. 

Tetapi jangan menolak menjadi prajurit Kristus, atau kita akan sangat menyesal. Sebab orang yang tidak melayani Tuhan Yesus, orang yang tidak bersama-sama dengan Tuhan dalam segala penderitaan, tidak akan mendapat bagian di dalam Kerajaan Surga. Jadi kalau kita masih memiliki kesempatan ini, jangan sampai kesempatan ini berlalu. Berbahagialah orang-orang yang menanggapi seruan ini. Kita dipanggil untuk masuk wajib militer; wajib militer Tuhan, prajurit Kristus. Jangan membuat hidup kita sia-sia. Mulai hari ini, pertanyakan: “Apa  yang harus kulakukan untuk-Mu, Tuhan?” 

Lukas 22:26-30, “Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan. Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.”

Akhirnya, semua kita ada di ujung perjalanan hidup. Yang harus kita pikirkan adalah apa yang kita akan terima di ujung perjalanan hidup kita itu. Hanya orang yang tidak berakhlak yang tidak memikirkan ujung perjalanan hidupnya dan setelah itu. Seperti Paulus berkata, “Kalau hanya berdasarkan pertimbangan manusia, aku ikuti prinsip ini: mari kita makan dan minum sebab besok kita mati.” Ya, jelas mati. Lalu apa yang akan terjadi? Pada dasarnya kodrat manusia itu bekerja, seperti Allah yang menciptakan kita menurut gambar-Nya. Allah kita bukanlah Allah yang diam, Allah yang tidak punya kehendak, tidak punya perasaan, bukan. Dia adalah Allah yang punya kehendak, Allah yang punya inisiatif, Allah yang kreatif. Maka manusia yang diciptakan juga berkeadaan seperti itu. 

Kerajaan Surga bukan sebuah suasana di mana hanya diisi orang menyanyi. Kerajaan Surga bukan hanya suasana liturgi, bukan suasana seremonial, tapi suasana kehidupan. Dan di dalam seluruh kegiatan kehidupan itu semua ditujukan untuk Tuhan. Tentu Tuhan tidak membutuhkan apa-apa, sebenarnya. Tetapi semua dilakukan dalam kasih, melayani satu dengan yang lain. Dan Allah senang, Allah dibahagiakan kalau umat-Nya saling mengasihi, saling memperhatikan. Surga itu sebuah kehidupan seperti yang kita miliki di bumi ini, hanya di sana tidak ada kejahatan. Dan Tuhan merancang kita untuk memerintah bersama dengan Yesus; dimuliakan bersama Yesus. 

Kiranya Tuhan membuka hati, pikiran kita untuk melihat realitas yang luar biasa ini. Kita harus memiliki tugas yang membuat kita tidak nyaman secara manusia demi pekerjaan Tuhan. Sangat sedikit orang mengambil bagian dalam penderitaan Tuhan ini. Kita harus menemukan yang namanya salib kita. Salib yang dipikul Yesus, itu bukan karena dosa kesalahan Yesus, melainkan karena dosa kesalahan kita. Sekarang kita juga akan memikul beban bukan untuk kepentingan kita, melainkan untuk kepentingan orang lain. Selama ini kita hanya memikul beban kita sendiri. Tiada henti-hentinya kita hanya sibuk dengan diri kita sendiri. Kita tidak pernah memikirkan orang lain. Mestinya kehidupan Kristen tidak demikian. 

Tuhan mau keadaan kita baik-baik supaya kita bisa menjadi prajurit Kristus, bisa memikul beban penderitaan, kesulitan untuk kepentingan Kerajaan Surga. Seperti Yesus menangisi Yerusalem, Yesus menangisi jiwa-jiwa yang sekarang sedang meluncur menuju kegelapan abadi, termasuk banyak orang Kristen di situ. Sebab yang harus dicapai oleh orang Kristen adalah sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus. Kita yang harus menyambut, merespons panggilan itu. Sementara kita merespons dan berproses, kita membawa orang untuk ikut masuk proses ini. Tentu bukan sekadar membawa orang ke gereja, menjadi anggota gereja itu, tapi harus menjadi anggota Kerajaan Surga.