Skip to content

Memetakan Hari

 

Pilihan kita untuk atau kepada Tuhan, haruslah merupakan pilihan yang setiap hari kita perbarui. Kita jangan merasa sudah memilih Tuhan, lalu merasa sedang ada dalam pilihan terhadap diri-Nya. Kita harus koreksi setiap hari, apakah benar kita telah dan tetap memilih Dia. Memilih Tuhan berarti meletakkan kepentingan Tuhan di atas segala kepentingan. Memilih Tuhan berarti kita mencintai Tuhan lebih dari mencintai siapa pun dan apa pun. Memilih Tuhan berarti kita menujukan seluruh aktivitas kegiatan kita untuk kemuliaan-Nya. Untuk kemuliaan Tuhan artinya kita melakukan segala sesuatu untuk kesukaan hati Tuhan, demi kepentingan pekerjaan-Nya. Kepentingan pekerjaan Tuhan adalah menyelamatkan jiwa-jiwa, yaitu bagaimana kita bisa membuat orang sadar terhadap dosa, bagaimana kita membuat orang bisa menghayati adanya Allah, bagaimana kita bisa membuat orang melihat surga dan mengarahkan diri ke surga. 

Dan memang dengan pilihan itu berarti kita mengarahkan diri ke surga. Dan sesuai firman Tuhan di dalam Injil Matius 5:14, “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.” Berarti lewat hidup kita, surga dikenali dan ditemukan. Maka, kita harus selalu mempertanyakan: apakah kita benar-benar memiliki keadaan hidup mengasihi Tuhan lebih dari segalanya, tidak mencintai dunia, segala sesuatu yang kita lakukan untuk kemuliaan dan kesenangan hati-Nya, mengarahkan diri ke surga dan membuat orang-orang di sekitar kita terbawa, terpengaruhi, serta menemukan surga? Kalau jawaban kita iya, itu berarti kita tetap di dalam pilihan kepada Tuhan, kita hidup tak bercacat, tak bercela. 

Misalnya bagi seorang pendeta, setelah hari Minggu sibuk melayani, maka hari Senin dianggap sebagai me-time; waktu untukku. Seharusnya kita tidak punya me-time untuk diri kita. Me-time kita adalah untuk Tuhan dan bersama Tuhan. Jangan setelah hari Minggu, kita merasa boleh melakukan sesuatu yang tidak terkait dengan pelayanan supaya kita mendapatkan kesegaran. Itu menyesatkan. Dan itulah yang membuat kita meleset, menyimpang, dan mulai melakukan hal-hal yang tidak patut di hadapan Tuhan. Maka yang kita lakukan sekarang adalah bagaimana kita hidup di dalam kekudusan serta kesucian, dan terus membuat hati kita membara dan berkobar untuk mengasihi Tuhan. Kita hidup di hadirat Allah, dan tetap hidup di hadirat Allah; apakah itu hari Sabtu, Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu lagi, Minggu lagi, kita tetap hidup di hadirat Allah, tidak kendur. 

Jadi, kita petakan hari kita setiap hari, bukan sembarangan menapaki menit ke menit, jam ke jam. Karena pilihan kita Tuhan, maka waktu yang Tuhan berikan harus benar-benar kita petakan untuk Tuhan. Jangan kosong dengan berkata, “Bagaimana nanti sajalah.” Tidak boleh. Memang ada hal-hal spontan yang mendadak kita lakukan, tetapi semua harus tertuju untuk kepentingan dan kemuliaan Allah sehingga hal ini menjadi irama hidup kita yang tetap. Jadi, petakan hari ini. Pagi bangun, sebentar olahraga, lalu apa yang mau dilakukan? Pergi ke kantor, mengerjakan tugas dan seterusnya. Dan hidup kita menjadi begitu indah dan bergairah, sekaligus menjadi simple, tidak rumit, tidak kompleks, karena kita mengarahkan hidup kita kepada Tuhan. Hidup yang tidak diarahkan kepada Tuhan menjadi rumit, kompleks, dan ruwet karena tidak memiliki tujuan. 

Sedangkan kita sebagai anak-anak Allah yang telah dipilih, kita mengarahkan hati kita hanya kepada Tuhan. Hanya satu tujuan hidup kita, yaitu Tuhan! Hanya satu masalah kita, yaitu Tuhan! Hanya satu pergumulan kita, yaitu bagaimana menyenangkan hati Tuhan! Dan itulah pilihan. Mari, kita update dan perbarui pilihan kita. Tidak ada pilihan yang lain kecuali Tuhan, Tuhan dan Tuhan saja! Hal itu membuat kita hidup bergairah dan kuat. Dan hidup menjadi simple, tidak kompleks, tidak rumit, karena tujuan kita hanya satu, Tuhan!