Mutiara kehidupan atau berkat yang termulia, termahal, yang dapat ditemukan oleh seseorang adalah petualangannya berjalan dengan Tuhan. Petualangannya dalam perjumpaan dengan Tuhan; perjumpaan pada waktu di rumah dan di luar rumah. Perjumpaan Tuhan bukan hanya pada waktu berdoa, melainkan juga perjumpaan dengan Tuhan pada waktu bekerja. Perjumpaan dengan Tuhan pada waktu menghadapi persoalan-persoalan, atau saat kita dilukai, pada waktu kita merasa kecewa, perjumpaan dengan Tuhan pada waktu kita dihormati, dipuji, memiliki kedudukan, pada waktu kita ada di dalam kelimpahan materi, juga perjumpaan dengan Tuhan atau berjalan dengan Tuhan pada waktu ada di dalam kemiskinan.
Tuhan tidak pernah sedetik pun atau kurang dari sedetik meninggalkan kita, Tuhan selalu menyertai kita. Dan di setiap pengalaman hidup yang kita jalani, pasti ada perjumpaan. Jika kita sungguh-sungguh mengalami hal itu, kita memiliki kekayaan yang tidak ternilai. Perjumpaan yang berkualitas antara suami dengan istri bukan hanya pada waktu di ranjang, di meja makan, atau pada waktu wisata, melainkan juga dalam segala hal yang dialami. Dan itu adalah nilai-nilai kehidupan yang bisa diteguk, dimiliki dalam kebersamaan dengan pasangan hidup. Dan mestinya, jika kebersamaan itu adalah kebersamaan yang benar, kebersamaan yang ideal sesuai dengan firman Tuhan—kasihilah istrimu seperti kamu mengasihi tubuhmu, dan istri menghormati suami—maka nilai persekutuan dengan istri makin berkualitas tinggi, sampai tidak terpisahkan.
Demikian pula hubungan kita dengan Tuhan. Kebersamaan dengan Tuhan yang terjalin terus-menerus akan membangun kualitas hubungan kita dengan-Nya. Seperti yang dikemukakan Tuhan Yesus di Yohanes 17:20-21, “Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Tentu, Allah memiliki eksistensi atau keberadaan yang bisa dikenal oleh semua orang. Jadi, kalau kita membaca kitab Kejadian sampai Wahyu, kita akan memiliki pengenalan akan Allah secara umum. Tetapi, untuk setiap individu, Allah memiliki “wajah khusus.” Sehingga setiap orang bisa bertanya kepada Allah, “Bagaimana aku harus menempatkan diri di hadapan-Mu, Bapa, yang tidak sama dengan orang lain? Bahkan, tidak sama dengan pasangan hidupku.”
Karena masing-masing kita memiliki pengalaman hidup yang tidak sama. Dan seiring dengan pengalaman hidup itu, Tuhan berurusan dengan setiap individu dan dikenali. Setiap orang memiliki bukan saja karakteristik, sifat-sifat, watak, kepribadian yang berbeda-beda, melainkan juga pengalaman yang berbeda-beda. Seorang suami yang berdagang, perjumpaan dengan Allah dialami pada waktu ia dagang. Seorang ibu rumah tangga berjalan dengan Tuhan dalam keberadaannya sebagai ibu rumah tangga, yang tidak akan dikenali oleh suami. Bagaimana wajah Tuhan untuk istrinya sebagai ibu rumah tangga, istri tidak tahu bagaimana wajah Tuhan bagi suaminya yang bekerja atau mencari nafkah sebagai pedagang.
Jadi, setiap orang memiliki mutiara yang tidak sama. Dan ini adalah kekayaan luar biasa, karena Tuhan mau berurusan dengan setiap individu. Sebelum kita ada di bumi ini, Tuhan sudah merancang ada pria atau wanita dengan karakteristik DNA ini. Kita bukan ada dengan sendirinya, namun kita diciptakan by design, by planning. Betapa luar biasa. Jadi, menjadi tidak penting apakah kita seorang pria atau wanita, bakatnya apa, apa pun keadaan kita sekarang. Sebab yang penting adalah apakah kita mengalami kebersamaan dengan Tuhan di tempat di mana kita berada sekarang. Apakah kita sendiri atau punya pasangan hidup? Apakah bekerja sebagai pedagang, praktisi hukum, aparat sipil negara, pendidik, tenaga medis, atau apa pun, di situ kita berjalan dengan Tuhan dan mengalami pengalaman dengan Tuhan dalam kasus hidup masing-masing.
Dalam setiap pergumulan atau masalah di tempat kerja, keluarga, atau pelayanan, Tuhan harus dihadirkan. Di situlah setiap orang bisa menemukan rancangan Allah yang indah untuk hidupnya pribadi dan hidupnya untuk orang lain. Karena kita mau dijadikan Tuhan sebagai representasi, wakil-Nya atau utusan-Nya bagi dunia ini. Kita dikhususkan bagi Tuhan. Namun, kenyataan dalam hidup banyak orang—termasuk kita dulu—kita memberikan ruangan yang sangat terbatas untuk Tuhan, yang sangat sempit. Tuhan sering ditinggalkan di ruang gereja, sehingga pada dasarnya kita beragama Kristen, tapi tidak bertuhan. Padahal bertuhan itu setiap saat.
Jadi, kalau Alkitab berkata di 1 Korintus 10:31, “Baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah,” itu artinya bahwa di dalam seluruh perjalanan hidup, kita harus berjalan dengan Tuhan dan melakukan segala sesuatu untuk kepentingan-Nya. Betapa berharganya waktu yang Tuhan berikan. Jadi, ketika Tuhan memberi kita waktu, Tuhan juga menyertakan berkat kekal-Nya, yaitu penyertaan-Nya dan kehadiran-Nya. Di dalam waktu itu ada dinamika hidup yang kita jalani dan Tuhan hadir di situ dan mestinya kita berselancar dengan Tuhan. Di sinilah kita baru bisa mengerti apa artinya Tuhan sebagai satu-satunya dunia kita. Karena seluruh ruangan hidup—jiwa dan hati kita adalah milik Tuhan, bejana Tuhan yang tidak boleh diisi yang lain.