Ketekunan kita harus bertambah, dan semakin bertambah, dan Roh Kudus yang bisa memberi tahu apakah kecepatan pertumbuhan rohani kita itu sudah normal di mata Allah atau belum; bukan normal di mata manusia. Kita harusnya merasa ‘takut’ kalau kita kurang percaya kepada Tuhan, meragukan Tuhan, dan yang paling mengerikan kita takut kalau kita berbuat dosa. Maka kita berseru meminta perlindungan-Nya supaya kita bisa hidup suci, supaya kita bisa memercayai-Nya walaupun tanpa ada jaminan. Bukan suatu jaminan kalau seseorang sibuk dan aktif di lingkungan gereja berarti dia tidak kendur. Seseorang bisa saja aktif dalam kegiatan gereja, tapi rohaninya mati atau tidak bertumbuh. Cirinya antara lain adalah ia tidak suka berdoa, tidak tahan berdoa, sembarangan bicara, dan biasanya menjadi tidak cerdas. Kalau itu adalah pendeta, maka khotbahnya jadi tidak cerdas.
Maka, untuk hamba Tuhan yang berkelas, dia akan dibawa ke pantai Laut Kolsom, ke perapian yang menyala dan gua singa, harus menanti anak selama 25 tahun. Hamba Tuhan yang besar juga akan dikhianati, seperti Daud dikhianati oleh masyarakat yang pernah dia tolong. Dia harus menjadi seperti orang gila atau pura-pura gila demi menyelamatkan nyawanya. Dia pernah dibawa kepada keadaan di mana orang-orang yang beserta dia nyaris melemparinya dengan batu. Dia menjadi raja tanpa takhta dan mahkota. Hamba Tuhan yang besar akan masuk lubang sumur, pencobaan berat, tapi dia menolak berbuat dosa sehingga harus masuk ke dalam penjara dengan tuduhan palsu.
Hidup cuma sekali, kenapa kita tidak menjadi besar di Allah? Allah memiliki banyak jalan untuk membuat kita menjadi agung dan mulia sebagai anak-anak Allah. Berpikirlah besar. Walau kita bukan orang berpendidikan tinggi, atau tingkat sosial ekonomi kita lemah, namun Tuhan tidak akan terpengaruhi oleh keadaan kita ini, karena Ia kuat untuk mengubah kita menjadi orang hebat bagi Dia. Biar dunia tidak memandang kita—dan sejatinya kita tidak perlu dipandang dunia—tapi kita mau dipandang oleh Allah. Jangan kerajinan kita kendur, jangan kecepatan bertumbuh kita berkurang. Makin hari, harus makin cepat. Tuhan akan memberi tahu apakah kecepatan kita belum memadai, belum tepat, belum benar, belum baik atau sudah. Jadi, kita harus terus melekat dan mendekat kepada Tuhan.
Jangan lihat lingkungan kita, sebab kalau kita melihat keadaan sekitar, maka Tuhan seakan-akan tidak nyata. Karena keadaan makin memburuk. Lagi pula, kita sedang berjalan di jalan sepi; artinya, kita memilih jalan yang orang tidak pilih. Sedikit sekali orang yang memilih jalan yang kita pilih. Tidak apa-apa kita memilih jalan ini, sebab kita tahu ini jalan yang benar. Allah akan menjadi nyata dalam hidup kita. Pengalaman indah bersama Tuhan, tidak bisa kita ceritakan ke orang lain, dan memang tidak boleh. Bisa jadi tidak boleh karena ini rahasia iman, tetapi buah-buah hidup kita akan nampak merekah. Orang tidak tahu apa yang terjadi dalam hidup kita di tempat sepi, tapi orang akan melihat cahaya hidup kita.
Mengapa kerajinan orang menjadi kendur? Karena tidak memandang Tuhan itu sebagai berharga. Ini bukan soal ilmu teologi. Banyak orang bisa punya ilmu teologi yang tinggi, tapi dia tidak pernah bisa memandang Tuhan itu berharga. Ia tidak mengalami Tuhan, makanya sekolah Alkitab harus menjadi sekolah perjumpaan dengan Tuhan. Kalau tidak, kita hanya mendidik orang untuk cari uang. Kalau orang sudah mulai tidak menghargai Tuhan, ia pasti tidak akan tekun. Ketika kita menganggap sesuatu lebih berharga dari Tuhan, tidak mungkin kita menghormati Tuhan. Tidak mungkin kita memandang Dia berharga. Hormati Tuhan, pandang Dia lebih bernilai dari apa pun dan siapa pun!
Jangan merasa malang karena keadaan ekonomi, pendidikan, atau apa pun. Jangan merasa minder, malang, dan miskin. Kita punya Tuhan, kita punya segalanya. Dia lebih berharga dari diri kita sendiri. Apalagi uang, harta, pangkat, gelar, kedudukan tidak ada artinya dibanding Tuhan. Tidak dibutuhkan pendidikan tinggi untuk mengerti ini. Hanya hati yang tulus dan berkata, “Aku mau menghormati-Mu, Tuhan, Engkau lebih berharga dari nyawaku.”
Mengapa orang kerajinannya kendur? Karena dia masih menikmati dunia. Pasti ada yang dinikmati dan membahagiakan dirinya. Ketika kecepatannya bertumbuh, mulai berkurang, dan dia kendur, seiring dengan itu dunia makin menarik. Dia bangga dengan apa yang dia miliki. Dia menyenangi keinginan daging. Setan membuat kecepatan kita berkurang sedikit demi sedikit. Dan malangnya, ketika kecepatan kita sudah 10 Km, kita tidak bisa langsung melaju di 100 Km. Kita harus mulai lagi dan membutuhkan ketekunan untuk mencapai 100 Km, dan biasanya lebih berat dari sebelumnya. Belum lagi kalau daging kita ada ikatan dosa, selera jiwa kita sudah terarah kepada perkara-perkara dunia.
Tapi apa pun keadaan kita, Tuhan bisa menyembuhkan, dan memperbarui kita. Hanya, jangan kita kehilangan kesempatan, karena kita mungkin tidak punya kesempatan lagi. Hidup hanya satu kali.