Skip to content

Melawan Dunia

 

Filipi 1:20-22

“Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus — itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.”

Banyak orang Kristen yang belum sampai pada tingkat pertaruhan, atau dengan kalimat lain yang lebih mudah dimengerti, banyak orang Kristen belum ada di pihak yang jelas. Mereka belum punya positioning, karena tidak sepenuh hati mengasihi Tuhan, tidak sepenuh hati mengiring Yesus, tidak sepenuh hati memilih Tuhan. Memang memerlukan proses, ada unsur prosesnya. Seiring dengan pertumbuhan rohani dan iman kita, maka gaya hidup kita pasti berubah, sehingga kita tentu makin tidak sama dengan dunia. Sebab, pada akhirnya kita harus memilih: serupa dengan Yesus atau serupa dengan dunia. Serupa dengan Yesus, artinya menjadi seorang yang modelnya Yesus yang adalah model Anak Allah. Tidak ada model lain yang kita contoh, yang menjadi teladan kita, kecuali Yesus. Seiring dengan pertumbuhan iman kita lalu perubahan gaya hidup kita maka cara berpikir kita berubah dan semakin serupa dengan Yesus atau berkeadaan sebagai anak-anak Allah.

Kalau kita di posisi Tuhan, kita melawan dunia. Perbuatan kita akan menelanjangi orang. Di lingkungan pertemanan, kalau bercanda kotor, kita tidak ikutan. Karena kita punya positioning. Sampai akhirnya mereka tidak becanda kotor kalau ada kita. Kalau dulu pulang kantor kita ikut pergi ke tempat-tempat yang tidak patut. Sekarang, kita tidak mau ikutan lagi. Kita melakukan yang namanya ‘unjuk perasaan’ atau demonstrasi secara tidak langsung. Seperti apa yang dikatakan Paulus di ayat di atas, berbicara mengenai hal itu, Kristus yang ada di surga, diperagakan oleh kita di bumi. Jadi, dalam segala hal, di mana pun, kapan pun, kita memiliki warna ini. Bukan hanya di gereja, di gereja jadi Kristen, seakan-akan serupa dengan Yesus, nanti di kantor berbeda lagi. Paulus mengatakan di sini, “… baik oleh hidupku maupun oleh matiku…” Di mana pun.

Sebagai pendeta, jika mau menjadi pembicara yang diurapi, maka persiapannya tiap detik, tiap menit, tiap jam. Mulai jaga kesucian dari menit pertama, menit kedua, menit ketiga untuk persiapan pertemuan nanti. Dan semua hamba-hamba Tuhan juga harus begitu, supaya setiap orang yang hadir itu merasakan kehadiran Tuhan. Demikian juga sebagai worship leader, singer dan pemain musik persiapan itu setiap hari, setiap saat. Sejujurnya, kemungkinan berdosa masih ada, tapi jangan memberi peluang. Sehingga kita berani berkata, “Aku tidak akan pernah berbuat dosa lagi.” Kenapa? Karena setiap kita adalah hamba Tuhan, maka kita harus seekstrem-ekstremnya dalam mempertahankan positioning kita. 

Oleh sebab itu, Kristus harus nyata di dalam hidup kita, karena hidupku bukan aku lagi, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Ini sama dengan: bagiku hidup adalah Kristus. Kalau dulu yang kita pahami adalah ketika kita sudah “melayani” pekerjaan Tuhan berarti bagiku hidup adalah Kristus. Ternyata itu belum cukup. “Bagiku hidup adalah Kristus,” artinya seluruh hidup kita ini harus memperagakan hidup-Nya, ada pada positioning-Nya. Dan semua kita harus berani seperti itu. Jadi, waktu kita pulang ke surga, kita sudah bukan hanya yakin, namun kita tahu bahwa kita ada di pihak Tuhan. Malaikat-malaikat di surga juga tahu bahwa kita di pihak Kerajaan Surga.  Maka kita harus bisa dan berani berkata, “Hidupku ini pekerjaan Tuhan, bukan hanya aktivitasku yang merupakan pekerjaan Tuhan. Hidupku, tubuh, jiwa rohku dan seluruh kegiatanku adalah pekerjaan Tuhan.”

Oleh sebab itu, ke mana pun kita melangkah pasti akan memiliki positioning yang jelas. Karena, kalau Alkitab berkata “Kamu terang dunia, kota yang terletak di atas bukit mustahil tersembunyi,” artinya mau tidak mau, surga kelihatan itu benar adanya. Ada banyak bukit-bukit di Israel, namun hanya bukit di mana ada kota Yerusalem yang berbeda. Bedanya apa? Ada pelita-pelita rumah penduduk. Jadi, saat seorang musafir kemalaman dan dia mau mencari tempat di mana ada penduduk, kota Yerusalem kelihatan karena lampu-lampu yang menyala. Itu maksudnya. Orang harus melihat surga saat melihat hidup kita.

Ayat 22, “Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” Kita harus bermanuver aktif, bagaimana menghasilkan buah. Buah itu ada dua dan ini tidak terpisah: buah kehidupan kekudusan dan buah kehidupan yang indah. Buah kehidupan ini akan menghasilkan orang-orang yang terbawa untuk memiliki pola hidup yang sama. Namun kalau hanya menjadi anggota gereja, itu belum berbuah. Itu baru buah membership, itu buah keanggotaan. Akan tetapi kalau sampai mereka melihat surga dan menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga yang kelakuannya baik, itu baru benar.