Skip to content

Masuk Dimensi Ilahi

 

Telah bertahun-tahun kita menjadi orang Kristen, tetapi masih berada di wilayah atau di dimensi manusia pada umumnya; dimensi keduniawian, dimensi hidup wajar, dimensi duniawi. Sekarang kita harus melepaskan diri dari dimensi ini, lalu masuk ke dimensi kehidupan anak Allah. Seperti yang kita tahu bahwa ‘Doa Bapa Kami’ itu sebenarnya bukan sekadar formula kalimat doa, melainkan formula kehidupan. Jadi kalau kita berkata, “Berilah kami makanan kami pada hari ini secukupnya,” itu berarti kita harus pergi bekerja. Kalimat selanjutnya, “Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,” artinya agar kita tidak mendekatkan diri pada situasi, kondisi, di mana kita akan mudah jatuh ke dalam dosa. 

Jadi ketika kita berdoa: “Datanglah Kerajaan-Mu,” sebenarnya kita harus berusaha keluar dari dimensi hidup duniawi, dimensi hidup manusia wajar, masuk ke dimensi kehidupan warga Kerajaan Allah atau dimensi hidup keluarga Kerajaan Surga. Kita tidak sadar bahwa kita telah terbelenggu dalam dimensi hidup yang salah, atau ‘hidup dalam habitat dunia.’ Jadi kalau Paulus mengatakan, “Kamu telah mati, hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah,” itu berarti ada habitat baru yang kita harus miliki; Kolose 3:3, “Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.” 

Kalau seseorang terus dibentuk sejak muda, maka akan lebih mudah baginya untuk bisa masuk ke dimensi itu. Tapi kalau sudah telanjur tua, sekalipun pendeta, akan sangat sulit bahkan tidak bisa. Jadi ketika ia sadar bahwa ia hidup dalam kehidupan yang salah, lalu ia mulai bertobat, bahkan masuk sekolah Alkitab, bisa jadi semua hanya dalam aktivitas kegiatan gerejawi. Orang-orang seperti ini tidak pernah dientaskan untuk masuk ke dimensi kehidupan anak Allah. Orang-orang baik yang melayani “pekerjaan Tuhan,” tetapi jika dia masih punya dimensi hidup anak dunia, pasti suatu kali dia akan melukai orang, atau dia akan memanfaatkan kesempatan itu untuk kepentingan dan kesenangan pribadi. Karena pasti ada agenda pribadi, sekecil apa pun, dan itu mengganggu pekerjaan Tuhan. 

Jadi sedikit sekali orang yang benar-benar akan masuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah, sedikit sekali orang yang masuk ke habitat anak Allah. Jadi kalau kita mengerti hal ini, kita jadi setengah putus asa melihat pekerjaan Tuhan di tangan orang baik, namun yang di belakangnya ada kebengisan-kebengisan karena memang belum dientaskan. Kalau menggunakan kalimat yang Yesus katakan, mereka adalah orang-orang yang masih menyelamatkan nyawa, belum kehilangan nyawa. Orang yang masuk habitat baru, habitat anak Allah, pasti kehilangan nyawa. Sadar atau tidak, di dalam diri kita itu ada ‘manusia lama.’ Pada waktu Yesus berkata kepada Petrus, “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (Mat. 16:23), ‘pikiran Iblis’ untuk konteks ini artinya sesuatu yang menghalangi pekerjaan Allah. 

Sejujurnya, pada waktu kita dalam situasi tertentu—tersinggung, ingin barang ini dan itu, mau terhormat, kedagingan—itu adalah pikiran Iblis yang bertentangan dengan kesucian Allah. Dan kita merasa wajar karena kita bisa membungkam atau menindas atau membuatnya tidak berdaya, tetapi sejatinya kita masih berada di dimensi anak dunia, yang menunggu kejatuhannya; dan pasti tidak bisa sempurna. Kita harus segera keluar. Dalam dimensi ilahi nanti kita tidak bisa berbuat dosa, tidak bisa. Sering kali Tuhan menghajar kita dengan kesulitan-kesulitan, kepahitan, kepedihan, kekecewaan, yang sebenarnya mau membawa kita naik ke dimensi ini. Dan Iblis betul-betul tidak akan berkuasa kalau kita masuk dimensi ilahi. 

Orang yang masuk ke dimensi ini bisa mewakili Tuhan, artinya kita melihat orang yang masuk ke dimensi ini menjadi seperti Tuhan dalam lemah lembutnya, rendah hatinya, kepeduliannya terhadap orang, kerelaannya berkorban. Pasti luar biasa, karena dia menghadirkan Tuhan dalam hidupnya. Jadi, kalau kita masih suka mengecap manisnya dunia, berarti kita tidak bisa masuk ke dimensi ini. Sebab pasti kalimat-kalimat ini tidak terjadi dalam hidup kita: “Kamu sudah mati, hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus” atau “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Dan kalau kita hidup, kita hidup untuk Dia.” 

Sejatinya, kita harus gentar, “Masih ada waktukah untuk saya memperbaiki diri?” Maka ketika kita di hadapan Tuhan, kita harus berusaha untuk mengenali diri. Tuhan itu mahal, surga itu mahal, tidak bisa dibayar murah; tapi harus dengan segenap hidup kita tanpa batas.