Skip to content

Masuk dalam Rencana Tuhan

 

Kita baru bisa berdoa kalau terus-menerus berdoa. Kita baru bisa menyembah Tuhan kalau terus-menerus menyembah. Di titik tertentu, kita baru bisa mengerti apa artinya menyembah. Kita tidak akan pernah bisa menghormati Tuhan kalau tidak terus-menerus belajar menghomati Tuhan. Sama dengan kita tidak pernah mengenali kesucian Allah sampai kita terus belajar menanggalkan semua dosa dan kelicikan dalam diri kita. Tidak ada pilihan lain kecuali duduk diam di kaki Tuhan, mencari wajah-Nya. Terus-menerus, setiap hari memandang Tuhan. Kelicikan-kelicikan seperti ini kalau tidak ditanggulangi, akan jadi kejahatan yang pasti melukai, merugikan, menyakiti sesama, merusak nama baik orang, dan menghancurkan orang. Itu kendaraan setan. 

Ada pangkalan (foothold) di dalam diri kita yang kalau kita biarkan, maka kita bisa menggeser atau menjatuhkan orang. Tidak bermaksud mau mengatakan bahwa kita paling baik atau sudah sempurna, tentu belum, tapi kita menemukan kelicikan-kelicikan seperti ini dalam kehidupan pendeta dan para hamba Tuhan. Mereka tidak sadar ularnya belum mati; ular kesombongan, ular kebengisan, ular nafsu seks, ular materialisme, dll. Belum mati, hanya menunggu momentum, dan setan akan memakai itu untuk menjatuhkan dia. Kesucian itu dahsyat. Tidak ada yang lebih dahsyat dari kesucian. Tetapi orang lebih takut miskin, takut rugi, takut tidak puas lalu berzina, takut kehilangan hormat kemudian menyingkirkan atau merusak nama baik orang, takut kurang puas maka menindas orang lain. Perbuatan-perbuatan seperti ini benar-benar jahat. 

Kaum muda, harus berhati-hati. Ada ular di dalam diri kalian yang belum mati. Tapi suatu kali kalau punya kesempatan, kalian akan berbuat dosa. Jika kalian tidak mulai takut akan Allah sejak sekarang dari perkara-perkara kecil—bagaimana menyingkirkan orang, bagaimana mencari kedudukan di gereja—maka kalian akan menjadi orang-orang baik yang jahat. Potensi itu ada, tetapi harus betul-betul ditinggalkan. Tidak ada orang yang bisa mengalami Tuhan tanpa kesucian. Tuhan tidak bisa berjalan dengan orang yang masih punya kelicikan, dosa, dan nafsu-nafsu yang tidak patut. Maka kita berkata, Jaga aku, Tuhan. Tolong aku, Tuhan.” 

Yang ketiga, untuk dapat mengalami kedahsyatan Allah, kita harus masuk dalam rencana Allah. Musa tidak akan mengalami kedahsyatan Allah kalau ia masih di Midian. Kita bisa membayangkan siapa Firaun, seberapa kuatnya Firaun. Kalau badai pertama yaitu menyempurnakan dan mendewasakan supaya kita memercayai Allah, tapi badai kedua, kita berjalan bersama Allah. Musa diremukkan dengan cara ia harus menjadi seorang pelarian. Kalau tidak, ia bisa sombong, sebab dia seorang pangeran. Musa harus jadi nothing dulu. Yusuf tidak akan pernah menjadi Zafnat-Pa’aneah (pemegang kuasa atas seluruh tanah Mesir), kalau tidak difitnah lalu masuk penjara. Tapi di situ, Yusuf baru diangkat. Badai kedua adalah pekerjaan Tuhan yang mustahil; kemustahilan pekerjaan Tuhan yang diizinkan kita pikul. Rata-rata kita tidak masuk wilayah ini. Badai untuk hidup yang pertama saja, kita mengeluh, apalagi badai yang kedua. 

Mengatasi badai yang kedua ini, kita hanya punya satu cara, yaitu menutup mata. Ketika kita menutup mata, maka kita melihat Tuhan yang besar. Ketika kita melihat ombak, kita takut tenggelam. Kalau masih belum mustahil, kita belum melihat Allah hadir dalam badai pelayanan. Bagaimana Allah membuat nama-Nya dimuliakan? Bangsa Israel diselamatkan seorang Ester, yang mana ia menghadapi Haman, orang kuat. Mungkin orang terkuat setelah raja. Tapi di situ Ester menjadi kawan sekerja Allah. Kita masih dalam perjalanan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi hari esok, tapi kita mau berjalan terus bersama Tuhan. Dia menyertai kita. 

Badai persoalan, badai dosa, lalu badai pelayanan; semua badai. Kalau kita membaca Alkitab, “Dia berjalan dalam puting beliung.” Jangan banyak bicara, monster kita harus dimatikan, sebab banyak monster yang belum mati. Sekolah Tinggi Teologi tidak membuat monster kita mati, justru hidup dengan bentuk berbeda. Seseorang yang jadi pendeta bukan berarti monsternya mati, melainkan hidup dalam bentuk lain. Menjadi mutasi atau varian baru yang bisa jadi lebih ganas. Waktu belum jadi pendeta, masih jadi pedagang, ia licik. Tapi setelah jadi pendeta, licik juga, tapi varian baru yaitu lebih cerdik dan lebih besar korbannya. Bersyukur kita bersama dengan Tuhan di sini.