Skip to content

Manusia yang Berkualitas

Saudaraku,

Doa kita akan menjadi lebih berkualitas kalau kita menjadi manusia-manusia yang menyembah Allah. Manusia yang menyembah Allah itu bukan hanya bisa berbahasa roh; ingat banyak bahasa roh palsu. Manusia yang berkualitas itu bukan seorang yang cakap menyanyi, hafal syair lagu-lagu rohani, bisa mengucapkan kalimat penyembahan dengan fluktuasi nada. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang benar-benar mengasihi Allah. Pertanyaannya, rindukah kita menjadi manusia yang mencintai Allah? Sampai Bapa itu merasa kalau kita mencintai Dia dengan sungguh-sungguh.

Betapa beruntungnya kita menjadi orang yang mengasihi Allah melebihi cinta kita kepada siapa pun dan apa pun. Sesuai dengan firman-Nya dalam Matius 22:37-40, “Kasihlah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan.” Ingat, identitas kita adalah sebagai anak-anak Allah yang juga mempelai wanita Tuhan Yesus, seperti yang dikatakan dalam 2 Korintus 11. Kita juga menjadi sahabat dan menjadi kekasih-Nya. Kalau sampai kita bisa mencintai Tuhan lebih dari mencintai apa pun dan siapa pun dan Allah merasakan itu, maka kita tidak perlu mengeluh minta ini dan itu, Bapa tahu apa yang kita butuhkan, Allah tahu apa yang kita perlukan.

Namun, tanpa kita sadari, sering kita membawa diri kita di luar pagar, di luar rumah. Mestinya kita ada dalam rumah dan masuk hati Allah. Kita mungkin punya banyak masalah, tetapi kalau kita datang kepada Tuhan, maka kita tidak akan sibuk membawa masalah hidup kita, tetapi sibuk memperkarakan bagaimana kita bisa masuk di hati Tuhan. Dan ini harus menjadi sebuah pengalaman nyata, bukan fantasi yang diteorikan, bukan hanya sesuatu yang dipercakapkan. Menjadi mempelai itu sebuah realitas dimana kita bisa memiliki hubungan dengan Dia.

Kita bisa tidak memiliki siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa, tetapi kalau kita menjadi mempelai Tuhan Yesus, kita punya pegangan. Punya pegangan itu bukan hanya beragama Kristen, ke gereja, menjadi aktivis, atau menjadi seorang pendeta tetapi hati yang melekat sehingga nama kita diukir di telapak tangan Tuhan. Dan kalau sampai nama kita terukir di telapak tangan Tuhan, mau apa? Siapa yang bisa lawan Tuhan, Saudaraku? Tetapi kalau kita memiliki banyak kekasih, kita membangkitkan kecemburuan hati Allah karena berarti kita menghargai harta, pangkat, kehormatan, lebih dari menghargai Tuhan. Dan kita merasa tidak cukup dengan apa yang ada pada kita. Orang yang menjadi kekasih Tuhan, yang menjadi mempelai-Nya, akan berkata, “Yesus cukup bagiku.”

Pasti bukan hanya satu orang, melainkan ada banyak juga yang berpikir bahwa dirinya tidak dipedulikan Tuhan. Mereka tidak terus terang marah kepada Tuhan, tapi mulai kurang ajar, dan menganggap Tuhan itu tidak ada atau tidak perlu ada. Biasanya mereka menjadi sembarangan hidup, tidak benar-benar mau hidup suci, bergantung pada kekuatan manusia. Sejujurnya, semua kita mengalami kebodohan-kebodohan seperti itu, namun sekarang jangan lagi. Kita tidak mau sama seperti kemarin. Oleh sebab itu perhatikan kualitas hidup kita ini; bagaimana kita mengasihi Allah. Dengan hati yang mengasihi Allah, kita akan bisa menemukan hubungan sebagai kekasih, dan kita bisa hidup suci karena kita membutuhkan hidup suci. Bukan karena terpaksa, melainkan karena kebutuhan.

Kalau kita mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh, kita bisa ledakkan dalam diri kita, goreskan dalam diri kita, dan berkata, “aku mencintai Engkau Tuhan, aku mau mencintai Engkau Tuhan.” Dan Tuhan akan merasa bahwa kita mencintai Dia. Dia akan membuat berbagai masalah dalam hidup kita supaya cinta kita menjadi bulat, tapi Dia akan melindungi kita dari semua bahaya. Dia tidak akan memanggil kita pulang sebelum kita siap, karena kita adalah kekasih-Nya.

Ketika kita meninggal dunia, hati kita yang mencintai Tuhan secara utuh, akan kita bawa. Kita tidak membawa harta, pangkat, gelar, kedudukan, penampilan, apa pun, tapi hati yang mencintai Tuhan akan kita bawa dan Tuhan akan berkata, “ini yang Kutunggu.” Bukan hanya kita yang ingin memandang wajah Tuhan Yesus, Dia pun rindu memandang wajah kita. Betapa berbahagianya kita ketika Tuhan Yesus membawa kita di antara orang-orang saleh di surga dan para malaikat yang perkasa dan agung. Kita masih punya kesempatan, jangan sia-siakan kesempatan ini.

Teriring salam dan doa,

Pdt. Dr. Erastus Sabdono

Manusia yang berkualitas adalah manusia yang benar-benar mengasihi Allah.