Skip to content

Lawan dengan Kesucian

Allah kita kuat. Allahnya Abraham, Ishak, dan Yakub itu kuat. Bagaimana Allah Abraham mengobrak-abrik Mesir, ketika istri Abraham, Sarah, mau diambil Firaun. Juga Raja Gerar yang mau mengambil Sara sebagai istrinya. Tuhan mengobrak-abrik dengan perkasa-Nya. Mesir diobrak-abrik dengan 10 tulah. Israel dilepaskan, Kolsom dibelah. Allah kita perkasa. Masalahnya adalah kalau Allah tidak bertindak menolong kita, yang seakan-akan Allah tidak ada atau tidak peduli terhadap masalah yang kita hadapi, kesulitan yang kita hadapi. Padahal sejatinya, masalah-masalah itu mendewasakan, menyelamatkan kita. Menyelamatkan dari api kekal. 

Misalnya ibu-ibu memiliki suami yang jahat, menyiksa, memperlakukan tidak adil. Lalu melawan suami dengan apa? Lawanlah dengan kehidupan yang bergaul dengan Allah; artinya lawanlah suami dengan kesucian. Dia kasar, KDRT, menyakiti; lawanlah dengan kesucian. Kita sebagai bawahan di kantor, lalu ditekan atasan; mau disingkirkan oleh kolega, oleh teman kerja karena cemburu atau karena memang orang lain jahat. Jangan lawan dengan kekuatan manusia. Ingat, firman Tuhan: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia.”

Sedangkan di Yeremia 17:7 dikatakan, “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan.” Jangan lawan orang yang menyakiti kita, mengupayakan kejatuhan dan kehancuran kita. Jangan lawan dengan perkataan atau dengan kekuatan fisik. Jangan lawan dengan apa-apa, tetapi dengan satu: kesucian. Kesucian membuat kita menjadi umat Allah, kekasih Allah, dan sahabat Allah. Kesucian bukanlah hanya tidak berbuat dosa, tetapi kesediaan melakukan apa pun yang Allah perintahkan. Bukan hanya tidak melanggar hukum, tetapi apa pun yang Allah kehendaki untuk kita lakukan, rencana-Nya untuk dipenuhi, kita penuhi. 

Sekarang kita sudah memiliki kiat yang hebat bagaimana menaklukkan pasangan yang kejam. Menaklukkan pasangan yang jahat, yaitu: lawan dengan kesucian. Jangan pakai tangan, pakai kekerasan, nanti malah KDRT. Bisa masuk penjara 2-4 tahun, sampai 5 tahun. Bagaimana melawan orang-orang yang menjahati, mem-bully kita, mengupayakan kejatuhan dan kehancuran kita? Lawan dengan kesucian! Jangan lawan dengan perkataan atau dengan perdebatan. Diam, karena itu menunjukkan martabat kita sebagai anak-anak Allah yang mengandalkan Allah dan berharap pertolongan-Nya. 

Hal ini akan membuat kita tangguh menghadapi segala keadaan. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi hari esok. Tetapi kita percaya, apa pun yang terjadi di depan, kalau Allah yang membela kita, tidak ada lawan. Sementara kita menghadapi orang-orang yang menjahati kita, kita memandang ke atas. Kita berkata, “Ya, Tuhan, ajar aku tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Tolong aku Tuhan, tidak menggunakan kekuatanku sendiri menghadapi masalah ini, tetapi aku menyerahkan ke dalam tangan-Mu.” Kita akan melihat kemuliaan Tuhan. Tetapi, jangan membuat jadwal sendiri. Jangan mengatur Tuhan. Pasti Tuhan menolong pada waktunya. 

Mari kita memandang Tuhan, dan berharap pertolongan-Nya. Untuk itu, kita harus hidup suci. Harus menjadi sahabat, kekasih Tuhan. Kalau kita menolak atau merasa tidak bisa hidup suci, maka jangan menjadi manusia. Lebih baik jadi binatang, hewan, yang tidak perlu kesucian. Sebab, hewan hari ini hidup, besok mati; selesai. Manusia hari ini hidup, besok mati, masih ada kesadaran. Itu masalahnya. Jangan berkata, “Suci itu tidak bisa, tidak mungkin, mustahil.” Jangan menuduh Tuhan berdusta atau Tuhan berbohong. Jangan menuduh Tuhan sebagai Tuhan yang kejam, yang sewenang-wenang, yang memberikan perintah yang tidak bisa dilakukan. 

Kapital, modal kita adalah Tuhan. Maka, kita harus menjadi kekasih Tuhan, sahabat Tuhan, umat Tuhan yang benar agar dapat berjalan dengan Tuhan. Untuk berjalan dengan Tuhan, kita harus hidup tidak bercacat, tidak bercela. Kesannya, kita ini dianggap sombong; tidak apa-apa. Kita akan mati. Nanti di hadapan pengadilan Tuhan, baru tahu, siapa kita masing-masing, bagaimana keadaan kita masing-masing. Tunggu pengadilan Tuhan. Tuhan itu Tuhan yang hidup dan nyata. Tuhan pasti menolong kita. Tidak mungkin Tuhan tidak menolong kita. Jadi, lewati saja dari hari ke hari. Biar Tuhan yang bertindak. Ada satu jurus untuk bisa lolos dari persoalan: izinkan Tuhan berperkara. Jangan kita yang berperkara. 

Jangan banyak mulut, jangan melawan. Diam, biar Tuhan yang “ribut” dengan orang yang menyakiti kita. Diam saja, beri kesempatan Tuhan berurusan dengan dia. Jangan kita yang meributkan, biar Tuhan yang meributkan. Biar Tuhan berperkara dengannya sesuai waktu-Nya Tuhan dan sesuai hak-Nya. Kita hanya perlu diam, menanti campur tangan Tuhan. Tetapi, kita jangan mengharapkan pembalasan dari Tuhan agar kita merasa dipuaskan. Kita jangan meminta Tuhan untuk mengadakan pembalasan dan perhitungan karena kita memendam perasaan ingin melihat orang lain tersakiti atau terkena musibah. Kita serahkan semuanya hanya ke dalam tangan Tuhan saja.

Jangan lawan orang yang menyakiti kita, mengupayakan kejatuhan dan kehancuran kita dengan perkataan atau perbuatan, lawan dengan kesucian.