Kalau kita mengatakan bahwa Allah tidak berubah dan kita percaya Allah yang ditulis di dalam Alkitab—baik di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru—adalah Allah yang sama, Allah yang tidak berubah, maka mestinya kita juga dapat mengalami apa yang dialami oleh tokoh-tokoh iman Perjanjian Lama. Mungkin kasusnya tidak sama persis, tetapi esensi dari kasus itu sama, esensinya sama. Mereka pernah ada di dalam bahaya dan ancaman, kita juga bisa dalam keadaan bahaya dan ancaman. Mereka bisa mengalami pertolongan Tuhan dalam keadaan kritis dan krisis, kita mestinya juga mengalaminya. Memercayai Allah dalam pikiran itu mudah. Membicarakan mengenai Allah dengan perkataan dan dalam tulisan itu sangat mudah. Membuat rumusan, definisi mengenai Allah dan tindakan-tindakan-Nya dalam ucapan lisan dan tulisan itu juga tidak sulit.
Tetapi untuk mengalami sungguh-sungguh Allah yang ditulis di dalam Alkitab, bukan sesuatu yang mudah. Karenanya jangan tergoda, terpancing bicara, menulis apa pun yang itu sia-sia semata-mata. Berbicara, menulis hanya karena mau dianggap tahu, mengerti, pintar, bergelar; itu kesombongan dan Allah menentang orang sombong. Jangan banyak bicara baik secara lisan maupun tulisan yang itu ternyata hanya sebuah usaha untuk mengangkat diri. Kita semua memiliki godaan seperti itu. Kalau Saudara seorang pembicara, berbicaralah di tempat yang tepat. Berbicaralah kebenaran, bukan menyerang orang atau membicarakan orang lain.
Mengalami Allah itu indah sekali dan luar biasa. Kalau kita benar-benar mengasihi Tuhan dan punya komitmen mengasihi Tuhan dan kita benar-benar ingin bertumbuh dalam pengenalan akan Allah—seperti yang dikatakan dalam firman Tuhan agar kita bertumbuh dalam pengenalan akan Allah—maka Allah akan mengizinkan kita mengalami berbagai persoalan yang menjadi sarana Allah, menjadi ruangan di mana Allah mau kita mengalami Dia. Jadi pertumbuhan pengenalan akan Allah tidak cukup dengan membaca buku, membaca Alkitab. Membaca Alkitab itu sudah mesti, harus. Yang kita baca dalam Alkitab harus kita alami. Memang tidak semua pengalaman yang dialami tokoh-tokoh iman di dalam Alkitab kita alami, tetapi pasti ada pengalaman hidup kita yang sama atau bersentuhan dengan mereka. Kalau kasusnya tidak sama persis, substansinya, esensi dari pengalaman itu pasti ada.
Kalau kita benar-benar mengasihi Allah, kita mau bertumbuh dalam pengenalan akan Dia, maka Tuhan menyediakan ruangan, Tuhan menyediakan laboratorium. Laboratorium Tuhan adalah pengalaman-pengalaman hidup yang kita alami di dalam hidup kita. Jadi kalau kita mau bertumbuh dalam pengenalan akan Allah, bersiaplah untuk dimasukkan ke dalam laboratorium Tuhan; yaitu pengalaman-pengalaman hidup. Kalau kita mau mengikut jejak Tuhan Yesus dan mau menjadi seperti Yesus, tidak bisa tidak kita harus mengalami apa yang juga dialami oleh Tuhan Yesus. Firman Tuhan mengatakan, “Bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juru Selamat kita Yesus Kristus, bagi-Nya kemuliaan sekarang dan sampai selama-lamanya” (2 Ptr. 3:18).
Jadi apa yang kita alami hari ini adalah berkat. Itu adalah ruangan atau laboratorium yang Tuhan berikan untuk kita mengalami proses perubahan. Sebab pengenalan akan Allah yang bertumbuh akan meningkatkan kualitas kehidupan rohani kita; meningkatkan spiritualitas, meningkatkan kesucian, meningkatkan keberkenanan di hadapan Allah. Jadi bukan hanya sekadar kita tahu hal ikhwal mengenai Allah. Sebab kalau hanya itu, kita cukup membaca buku, masuk ruang perpustakaan. Laboratorium kita hanya perpustakaan yang berisi buku-buku. Sekarang yang penting adalah bagaimana kita menerima setiap proses perubahan yang Allah berikan kepada kita. Melalui pengalaman hidup yang merupakan laboratorium Tuhan, kita diubah untuk mengenal Allah.
Kita harus mengalami Tuhan. Ingat, pendidikan teologi bukan tidak penting, tapi bukan segalanya. Pendidikan teologi dan usia tidaklah jaminan seseorang mengenal Allah. Ironis, banyak orang yang telah melewati tahun-tahun umur hidupnya tidak dalam pengenalan yang benar akan Allah. Jangan sampai kita didapati Tuhan seperti mereka. Pergunakan waktu yang ada untuk mengenal dan mengalami Dia.