Skip to content

Laboratorium Kehidupan

 

Tahap ketiga, orang Kristen yang hanya mempersoalkan urusan Tuhan. Pada tahap ini orang kristen tidak lagi mempersoalkan urusannya sendiri. Orang-orang Kristen yang sudah berhenti dari urusannya sendiri, tidak lagi sibuk dengan dirinya sendiri, tapi sibuk dengan urusan Tuhan. Jadi ketika ada di tahap kedua, mereka masih sibuk dengan diri sendiri, “kenapa mengalami begini, mengapa mengalami begitu,” terjadi proses. Padahal waktu di tahap pertama, tidak banyak masalah, semua running well. Itu sebabnya di tahap kedua ini, banyak orang Kristen bingung, “kenapa?” Proses penyempurnaan masih berlangsung. Biasanya, ada saat-saat yang sangat menyakitkan. Sebab, ada karakter dosa kita yang tidak mudah dihilangkan, maka harus digosok keras. 

Oleh sebab itu, masalah dihadap makin menyakitkan. Ada karakter atau sifat buruk yang masih melekat, belum terekspresi dalam tindakan. Tidak seorangpun tahu, namun Tuhan tahu. Maka sebelum hal itu terejawantahkan, terbentuk, terwujud, terekspresi atau membuahkan dan menelurkan tindakan, Tuhan habisi. Dan biasanya, Tuhan luar biasa menggarap orang-orang ini yakni mereka yang pikirannya hanya pada pekerjaan Tuhan. Jadi harus lulus dulu. Ada saatnya, orang-orang kharismatik, Pentakosta sudah di ambang ini, mereka sudah serius menginjil, serius memenangkan jiwa, akan tetapi teologi kemakmuran menyeret kembali. 

Memang mereka masih tetap menginjil, karena itu merupakan service product. Sebab produk-produk begitu memang harus ada seperti produk diakonia, penginjilan dan sebagainya. Itu harus dilakukan. Kalau tidak begitu, dia tidak punya jualan. Dia tidak nampak gerejaniah. Namun yang jadi pertanyaan, apa tujuan penginjilannya? “Supaya orang kenal Yesus.” Kenal Yesus itu bagaimana? “Ya, tahu Kabar Baik.” Baik menurut siapa? Dia belum matang mengenal apa yang baik, bagaimana mau mengajar orang apa yang baik? Bisa bikin sekolah Alkitab, untuk apa? “Supaya banyak gereja.” Lalu setelah banyak gereja, untuk apa? Padahal yang Tuhan kehendaki adalah sempurna seperti Bapa.

Puji Tuhan kalau gereja-gereja seperti ini terus dibawa Tuhan kepada proses, asal pendetanya tidak mencintai dunia. Jika hamba-hamba Tuhannya rela kehilangan dunia, maka mereka bisa diproses. Ketika Tuhan Yesus berkata di Yohanes 4:34, “Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya;” berarti ada pekerjaan yang Yesus harus tunaikan sampai selesai. Tetapi pertanyaan untuk kita hari ini, “Apakah kita sudah tahu pekerjaan apa yang kita harus kerjakan?” Karena ketika Yesus berkata, “ikut Aku,” berarti “kamu harus hidup seperti Aku hidup.” Kemudian, ketika Yesus berkata, “seperti Bapa mengutus Aku, Aku memutus kamu,” ini juga menunjukkan bahwa pasti ada pekerjaan Bapa yang setiap individu miliki. Setiap individu punya bagian. 

Jangan sampai kita terjebak dengan urusan yang tidak perlu kita urus. Urusan orang lain kita urus padahal urusan kita sendiri belum tahu dan kita tidak berbuah. Tidak berdampak sama sekali. Tuhan berkata di Yohanes 9:4 bahwa kita harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang Bapa berikan selagi hari siang. Jadi ada saat di mana kita harus mengerjakan pekerjaan Bapa. Pertanyaannya, pekerjaan apa yang kita miliki dari Bapa dan harus kita tunaikan? Alkitab mengatakan kita ini seperti anggota tubuh Kristus, masing-masing punya fungsi. Pertanyaannya, apa fungsi kita dalam pekerjaan Tuhan? Dan ini untuk orang yang ada di tahap ketiga. 

Biasanya, pada tahap ketiga orang-orang Kristen sudah selalu fokus Langit baru bumi baru. Tahap ketiga ini, orang lebih bisa merindukan Tuhan Yesus. Bukan fantasi, tetapi sebuah hubungan yang berlangsung. Dari hubungan yang berlangsung, lahir formula. Mereka sudah menyerahkan hidupnya, nyawanya, hartanya dan kesenangan-kesenangannya. Kita tidak akan merindukan Tuhan, kalau kita belum mengabdi sepenuhnya atau belum habis-habisan. Dan cinta kasih itu tidak bisa dibangun dalam satu hari, namun dibangun lewat laboratorium kehidupan.  Ada obat yang sekali tusuk satu ampul seharga Rp40.000.000. Mungkin bahannya tidak mahal. Mungkin tidak sampai puluhan juta hanya belasan ribu. Tapi yang mahal itu penemuannya, karena itu riset itu mutlak. Yang mahal itu biaya risetnya, bagaimana menemukan formula itu. Harus ada laboratorium untuk menemukan formula obat atau formula untuk makanan.

Hidup ini adalah laboratorium, bukan hanya sekadar bergereja. Untuk menemukan formula perjumpaan dengan Tuhan, hati yang mengasihi-Nya dan rela kehilangan seluruh hidup demi pekerjaan-Nya, tidak bisa terbangun dalam satu hari. Karena itu, laboratorium kita bukan hanya pendidikan di Sekolah Tinggi Teologi. Di sana kita bisa mengenal Tuhan dari pengetahuan secara nalar. Itu baru hanya formula fantasi, masih di nalar. Kalaupun menyentuh, hanya sedikit. Jadi untuk membangun formula yang riil, harus lewat pergaulan hidup setiap hari. Oleh sebab itu, seseorang tidak bisa menjadi pendeta atau hamba Tuhan yang mengubah, kalau hanya punya formula fantasi. Kita harus punya formula riil, hati yang pecah mengasihi Tuhan.