Kita benar-benar bersyukur kepada Tuhan, berterima kasih kepada Tuhan untuk anugerah-Nya, di mana sebelum kita menutup mata dan menghadap takhta pengadilan Tuhan, kita masih diberi kesempatan untuk membaca dan mendengarkan firman agar kita berubah. Kehidupan Kristen itu adalah organisme, di mana organisme adalah habitat kehidupan. Jadi, kita bukan hanya ada di suatu kegiatan organisasi, namun kita adalah organisme yang hidup dan memiliki dinamika. Di zaman ini sering kita jumpai pohon, daun dan buah buatan yang tidak natural atau alami. Mereka dibuat dari plastik atau kain. Teknologi dapat membuat daun dan buah yang sangat mirip dengan aslinya. Kalau dari jauh, kita tidak akan bisa membedakan itu daun hidup atau buatan.
Ini bisa menjadi ilustrasi atau gambaran banyak orang Kristen yang ke gereja. Bahkan mungkin juga melayani pekerjaan gereja atau menjadi aktivis dan pendeta. Sulit untuk membedakan apakah dia hanya ada di lingkungan organisasi, atau dia organisme ilahi; artinya anak-anak Allah yang mengalami proses pertumbuhan. Kita baru bisa tahu kalau kita hidup bersamanya. Itu pun juga belum tentu. Kalau orang hatinya bengkok, memang dasarnya jahat—masih mencintai dunia—maka kalau dia hidup bersama orang benar, dia tidak akan mengenali kebenaran dari orang tersebut. Dia akan memandang orang dari kacamata yang salah, dari hatinya yang bengkok.
Kristen artifisial memang bisa bertambah bijaksana, bertambah cakap mengatur organisasi, tetapi tidak mengalami pertumbuhan rohani yang benar. Hati-hati, kita yang mengambil bagian dalam aktivitas gerejawi sebagai pelayan atau bahkan pendeta. Kita harus selalu mempersoalkan, apakah kita benar-benar mengalami proses pertumbuhan atau tidak. Proses pertumbuhan seseorang itu bisa dibagi dalam tiga tahap, dan ini sekaligus bisa menjadi parameter untuk mengukur diri atau sebuah indikator.
Tahap pertama, tahap orang Kristen yang memuji-muji kebaikan Tuhan karena berkat, pemeliharaan, pertolongan serta pembelaan-Nya atas masalah hidup. Namun bukan berarti kalau orang yang memuji-muji kebaikan Tuhan lewat pertolongan dan pembelaan-Nya itu sudah pasti belum dewasa. Masalahnya adalah apa yang dibela? Pertolongan Tuhan dalam bentuk apa, atau apa isi pertolongan Tuhan tersebut? Kita akan selalu memuji-muji kebaikan Tuhan serta mengakui pembelaan dan pertolongan-Nya. Namun berbeda, orang Kristen yang tahap mula-mula—yang orientasinya hanya pada perkara-perkara lahiriah atau sementara—pertolongan Tuhan baginya adalah untuk hidup sehari-hari. Seperti pergumulan dan persoalan yang pada umumnya dialami orang. Namun orang Kristen yang dewasa, ia akan mengucap syukur atas pembelaan Tuhan atas masalah pada kesucian hidup dan kesempatan melayani. Orientasinya bukan lagi pada berkat jasmani; sudah tidak lagi bicara mengenai persoalan sehari-hari seperti yang dialami oleh orang pada umumnya.
Tahap kedua, orang Kristen yang mulai bicara mengenai proses. Melalui semua hal Dia membuat kita lebih mengenal Pribadi-Nya. Bukan berarti tahap terakhir tidak ada proses. Ada. Ini prosesnya pasti lebih tinggi dan orientasinya berbeda. Tahap kedua ini, orientasinya pada karakter. Dari kodrat dosa, lalu dientaskan atau mulai dientaskan ke kodrat ilahi. Biasanya pada tahap kedua ini, seseorang masih punya kedagingan, masih bisa jatuh dalam dosa, masih bisa melakukan hal-hal yang tidak patut. Herannya, pada waktu mula-mula jadi Kristen, tidak mudah berbuat dosa, karena Tuhan menghindarkan dari pencobaan-pencobaan. Di tahap kedua, orang percaya diperhadapkan pada pilihan-pilihan, apakah memilih kesempatan untuk memuaskan kenikmatan daging, atau mematikannya.
Fakta ini terjadi dalam kehidupan orang percaya. Dan melalui semua ini, Tuhan mendewasakan kita. Jadi, tidak heran kalau ada orang-orang Kristen pada tahap ini yang bertanya-tanya, “mengapa dulu saya tidak mengalami keadaan sulit seperti ini?” Sekarang mulai mengalami. Gereja kemakmuran itu sering ada di tahap pertama. Pada tahap kedua, gereja mulai dewasa. Dulu gereja-gereja kharismatik sudah pernah masuk ke proses ini, ke kelompok atau tahap kedua ini. Dulu. Tetapi arus dunia dan teologi kemakmuran yang begitu kuat, menarik gereja-gereja Kharismatik Pentakosta sehingga kembali ke tahap pertama—tentu tidak semua. Ironis