Skip to content

Kompromi yang Merusak

Ketika kekristenan menjadi agama yang mudah dipeluk oleh manusia, maka kekristenan telah kehilangan jiwanya atau nyawanya atau esensinya. Agama Kristen seperti ini pasti dimodifikasi dengan mencari rujukan sesuai semangat hidup yang ada pada kebanyakan orang, supaya bisa menjadi kontekstual dengan kebutuhan manusia yang ada pada zamannya. Menurut mereka, rujukan itu harus dibuat supaya kekristenan tidak kehilangan pengaruh dan pengikut. Rujukan itu juga memuat usaha menaruh unsur-unsur yang bernuansa agamani dalam kekristenan, seperti dalam seremonial, hukum-hukum serta tradisi dan lain sebagainya. 

Hal ini sebenarnya merupakan usaha untuk bisa mensejajarkan kekristenan dengan agama lain, supaya agama Kristen bisa berdampingan secara harmoni dengan berbagai agama, kepercayaan dan filsafat hidup manusia pada umumnya. Menurut mereka, kekristenan tidak boleh diajarkan sebagai sesuatu yang tidak wajar atau “aneh” yang sukar diterima masyarakat modern atau masyarakat pada zaman tertentu. Hal itu dimaksudkan agar kekristenan menjadi konsumtif bagi masyarakat luas dan eksis; tidak tersingkir dari kehidupan manusia. Inilah yang terjadi sekarang ini. Sehingga Injil yang diajarkan Tuhan Yesus tidak dikenal lagi oleh banyak orang yang beragama Kristen. 

Injil yang murni telah dimodifikasi supaya bisa kontekstual dengan kebutuhan manusia modern hari ini, sehingga Injil telah kehilangan esensinya. Injil yang tidak berkuasa menyelamatkan manusia. Orang-orang Kristen yang mengenal Injil yang palsu tersebut sangat merosot nilainya, sehingga pada dasarnya mereka tidak berbeda dengan orang yang tidak percaya. Sebenarnya mereka bukanlah orang yang masuk dalam proses keselamatan. Bertalian dengan hal ini, patut kita mengingat fakta sejarah, ketika kekristenan menjadi agama negara di Roma pada abad ke-4, ternyata kekristenan tidak mampu lagi menghalangi kemerosotan moral pusat kekaisaran Roma khususnya dan Eropa pada umumnya. 

Sehingga akhirnya Roma jatuh dan ekspansi kekuatan agama besar dari Timur Tengah yang menggantikan tempatnya. Walaupun gereja-gereja menjadi megah, para pemimpin agama Kristen atau para uskupnya berpakaian sutera dan terhormat di mata masyarakat, seremonial agama atau liturgi disusun begitu anggun dan megah, tetapi semua itu tidak mengantar orang percaya kepada kebenaran yang memerdekakan. Kekristenan telah menjadi ajaran manusia yang memperkenalkan Yesus yang lain (2 Kor. 11:4-5). Kekristenan haruslah mengajarkan Injil yang murni yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Walaupun dunia menolak atau sukar menerimanya, tetapi gereja harus tetap berdiri di pihak Tuhan dan mengajarkan apa yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus untuk diajarkan. 

Dewasa ini telah terjadi kompromi-kompromi yang merusak orisinalitas Injil Tuhan Yesus Kristus. Padahal kekristenan yang orisinal tidak mengenal rujukan sama sekali. Tuhan Yesus memberitakan kebenaran pada zaman-Nya, di mana Ia harus berhadapan dengan semangat agama Yahudi yang menentang Injil-Nya. Tetapi Tuhan Yesus tidak mengurangi bobot kebenaran yang disampaikan-Nya. Tuhan Yesus tidak takut kehilangan pengikut, bahkan ketika murid-murid meninggalkan Dia, Ia juga menantang 12 murid yang dekat dengan diri-Nya untuk menentukan sikap tanpa membujuk untuk tetap setia mengikut diri-Nya (Yoh. 6:66-71). 

Kalau dikatakan tubuh-Nya benar-benar makanan dan darah-Nya benar-benar minuman, maka hal itu hendak mengisyaratkan sesuatu yang aneh atau asing untuk didengar. Hal itu sungguh-sungguh tidak bisa dimengerti pendengarnya. Mereka menanggapi sebagai perkataan yang keras. Kata “keras” dalam teks aslinya adalah skleros (σκληρός), yang memiliki beberapa pengertian, di antaranya harsh, rough, stern, hard dan juga berarti intolerable (tak tertahankan, tidak toleransi atau tidak peduli kalau orang lain tidak menerima). 

Tuhan Yesus tidak memiliki hasrat untuk memuaskan pendengar-Nya dengan berita yang menyenangkan mereka atau yang sesuai dengan selera dan apa yang mereka anggap sebagai kebutuhan. Tuhan menyampaikan apa yang mendatangkan kebaikan bagi mereka menurut pandangan atau perspektif Tuhan. Tetapi karena kebodohan mereka, mereka tidak mengerti apa yang baik menurut Tuhan itu (Luk. 19:42). Mereka mengharapkan Tuhan Yesus memuaskan keinginan mereka berkenaan dengan apa yang mereka anggap sebagai kebutuhan utama dan mendesak. Tetapi Tuhan tidak toleransi sama sekali. 

Tuhan Yesus tetap memberitakan Injil Kerajaan Surga yang murni dari Bapa yang tekanannya adalah dikembalikannya manusia pada rancangan semula Allah. Walaupun untuk itu Ia harus ditolak bahkan dianiaya hebat. Tuhan Yesus tidak akan berkhianat terhadap kebenaran yang dibawa dari Bapa. Dengan integritas-Nya yang tinggi Ia tetap mengajarkan kebenaran dan mengenakan kebenaran yang diajarkan. Hal ini harus mutlak kita teladani, dan untuk itu kita harus berani untuk memilih jalan yang lain dari jalan kebanyakan orang.