Kalau jujur, kita dapat menimbang, sedikit sekali orang yang mencari Tuhan. Sebab kalau seseorang masih mencari sesuatu, dia belum bisa dikatakan mencari Tuhan dengan benar. Sesuatu itu bisa kehormatan, pujian, sanjungan, harta, nilai diri, apa pun. Padahal firman Tuhan yang mengatakan, “Baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Kalau seseorang tidak sungguh-sungguh melakukan kehendak Allah, ia tidak bisa dikatakan mencari Tuhan. Kita pagi bangun, kita berdoa, bagus. Tetapi setelah berdoa, apa yang kita lakukan? Apakah kita masih menujukan seluruh kegiatan hidup kita ini kepada Tuhan atau tidak? Itu masalahnya.
Irama hidup kita yang sudah salah selama bertahun-tahun, belasan tahun, bahkan puluhan tahun membuat kita terjebak dalam satu kubangan yang namanya kewajaran. Kalau menjadi pendeta, menjadi pelayan Tuhan dan memanfaatkan pelayanan itu untuk kepentingan diri sendiri dan keluarga, memang tidak jahat sekali. Memang seorang pelayan Tuhan juga layak hidup dari pelayanan. Tetapi, apakah kita memiliki sikap hati yang benar-benar ditujukan kepada Tuhan? Tuhan saja. Bersyukur kita dihajar Tuhan, diproses, sampai akhirnya kita berkata, “Hanya Engkau yang kuingini.” Yang sudah mengerti ini, sudah berkomitmen untuk ini, masih saja kita bisa meleset. Apalagi kalau orang tidak sungguh-sungguh.
Tidak bermaksud mencela siapa pun, mari kita berkaca kepada diri sendiri. Sekarang kita terus belajar untuk tidak memiliki kehidupan bagi kesenangan diri sendiri. Itu pun juga tidak mudah. Kita harus sungguh-sungguh mau mengarahkan diri kita kepada Tuhan, dan selalu mempertimbangkan apakah yang kita lakukan itu menyenangkan Tuhan atau tidak. Perkarakan, apa yang Dia ingini untuk kita lakukan? Apa yang Allah kehendaki untuk kita perbuat? Apa yang Dia rencanakan untuk kita penuhi? Itu yang terus menjadi pergumulan kita. Tidak ada hal besar dalam hidup kita kecuali Tuhan. Hanya Tuhan.
Persoalan hidup kita adalah bagaimana kita menyenangkan Dia dalam segala hal. Memikirkan diri sendiri juga sudah berat. Bagaimana kita bisa fokus terus kepada Tuhan, tidak menyimpang sekecil dan sehalus apa pun, fokus kepada Tuhan untuk hidup dalam kekudusan dan kesucian. Itu berat. Lalu kita harus memikirkan orang lain. Memang berat, tapi kita bersemangat. Mari kita bersama-sama memiliki spirit dan gairah yang sama untuk menyenangkan, menyukakan hati Tuhan. Dalam segala hal yang kita lakukan selalu berkenan di hadapan Tuhan. Jangan banyak bicara, jangan bicara yang tidak perlu. Kadang-kadang bicara kepada orang-orang tertentu supaya baik-baik, ternyata itu hanya sikap cerdik, politis, diplomatis yang kita lakukan. Kita tertipu oleh diri kita sendiri.
Kalau kita takut akan Allah, kita tidak peduli siapa pun, apa pun sebab yang penting adalah yang kita lakukan berkenan kepada Tuhan. Terserah orang mau menilai apa terhadap kita. Kita mempersiapkan diri ada di hadapan pengadilan Tuhan dan saat itulah baru Tuhan bisa memberikan kita satu pengakuan di depan umum, berapa nilai kita, seberapa kita berkenan di hadapan Tuhan. Tuhan yang tahu dan kita menunggu, menanti pengadilan Tuhan. Supaya tahu, siapa kita masing-masing nanti. Kita bejat atau tidak bejat, bagaimana keadaan kita munafik atau tidak; nanti kita akan lihat di pengadilan Tuhan. Kita pikirkan jiwa-jiwa yang terhilang. Kita pikirkan sungguh-sungguh, bagaimana kita bisa berkarya bagi Tuhan. Sekarang yang penting, kita mau sungguh-sungguh, benar-benar mencari Tuhan