Saudaraku,
Kita membutuhkan kehidupan yang setiap hari bergantung kepada Tuhan. Maka setiap hari kita harus menghadap Tuhan. Setiap hari—bahkan setiap saat—karena kita tak dapat hidup tanpa Tuhan. Dengan tidak tahunya kita apa yang akan terjadi ke depan, kita bergantung kepada Tuhan. Kita tidak menjadi sombong dan berkata, “aku bisa hidup tanpa siapa-siapa, bahkan aku bisa hidup tanpa Tuhan.” Tapi sebaliknya, kita harus mengatakan, “Aku tidak bisa hidup tanpa Tuhan. Aku membutuhkan Tuhan.”
Inilah kerendahan hati yang benar. Rendah hati dibangun oleh kesadaran bahwa kita tak dapat dan tak berani berjalan sendiri. Pasti ada orang-orang yang sekarang ini sedang menghadapi kesulitan dan kesulitannya tidak kunjung selesai. Mungkin juga bertambah buruk atau memburuk. Dan mulai timbul pikiran-pikiran negatif, “nanti jadi beginilah, nanti jadi begitulah,” akhirnya membuat ia tertekan, stres, bahkan depresi.
Mari kita bulatkan hati untuk percaya bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi, Allah yang hidup, Allah yang nyata, Allah yang Mahaadil, Allah yang memelihara kehidupan. Dan berbahagialah orang yang berlindung kepada-Nya, demikian firman Tuhan. Walau Dia tidak kelihatan, tapi Dia hidup Dia nyata, Dia ada.
Jadi kalau kita sedang menghadapi masalah berat, keadaan yang sulit bahkan kelihatannya memburuk, jangan mendesain, memfantasikan sesuatu yang lebih buruk, yang akhirnya membuat kita jadi tertekan, lemah, depresi. Apa pun yang akan terjadi di depan, Tuhan pasti tetap menyertai dan menopang kita. Di sini kita harus percaya Firman Tuhan, yakin apa yang dikatakan Firman Tuhan bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami tidak melebihi kekuatan kita. Dan Tuhan menyertai kita dalam segala keadaan yang kita alami.
Saudaraku,
Inilah yang membuat kita jadi nyaman, Saudara. Ketenangan kita menghadapi hari esok menunjukkan kepercayaan kita kepada Tuhan. Kalau kita sungguh-sungguh percaya ada Allah yang hidup, Allah yang nyata, yang Mahadir yang mengasihi, mencintai kita, pasti Dia tidak akan meninggalkan kita. Dan kita menjadi tenang. Dan sikap tenang ini adalah sikap menghormati Allah, sikap memercayai Allah.
Kita menyerahkan perjalanan hidup kita dalam tangan Tuhan, karena hidup kita ini adalah pekerjaan Tuhan; tubuh kita milik Tuhan, kita serahkan di dalam tangan Tuhan. Oleh sebab itu, jangan memaksa kita tahu hari esok. Tidak perlu. Kita percaya kapan pun di mana pun Tuhan beserta, dan Tuhan tidak akan memberikan kita pencobaan melampaui kekuatan kita. Jangan punya fantasi negatif.
Tidak salah kita ini memiliki sikap bersiap-siap menghadapi hari esok, tetapi kita tidak boleh membuat fantasi negatif yang membuat kita kecut, kecil hati, dan menjadi lemah. Maka, yang pertama yang kita harus ingat adalah bahwa hidup kita milik Tuhan. Namun selama kita masih merasa memiliki diri sendiri, kita ada di pihak luar Tuhan. Kita harus pahami ini, supaya kita menjadi kuat menghadapi hari esok.
Yang kedua, apa pun yang terjadi di hari esok—selain kita dalam penjagaan Tuhan karena memang hidup kita milik Tuhan—Tuhan mau bimbing kita ke dalam Kerajaan Surga. Dan Tuhan memakai segala keadaan untuk menuntun kita kepada kebenaran, agar kita sampai Kerajaan Surga. Lewat semua peristiwa hidup, Tuhan mau kita melihat kemuliaan-Nya. Kasih Tuhan kepada kita melampaui yang kita pikirkan.
Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono
Ketenangan kita menghadapi hari esok menunjukkan
kepercayaan dan penghormatan kita kepada Tuhan.