Skip to content

Ketegasan Allah

Firman Tuhan mengatakan di 2 Petrus 2:6, “… dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian …” Ada pelajaran penting dari ayat itu. Allah tidak menyayangkan orang-orang yang tidak mendengar peringatan-peringatan-Nya. Maka, kita harus terus bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan, sampai kita bisa merasakan kegentaran akan Allah. Allah adalah Allah yang bisa bersikap tegas. Jadi kalau Allah belum bersikap tegas, bukan berarti tidak; “belum” itu bukan “tidak.” Perhatikan juga apa yang dikatakan di dalam 2 Petrus 2:4, “… menyerahkan mereka ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman.” Jadi, ada hari di mana Tuhan akan mendatangkan penghukuman. 

Allah bersikap tegas kepada mereka yang tidak memperhatikan, tidak menghargai peringatan-peringatan-Nya. Di ayat yang lain, 2 Petrus 3:9, dikatakan, “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya…” Di dalam ayat sebelumnya dikatakan orang-orang mengolok, mengejek Tuhan dengan ejekan-ejekan yaitu hidup menuruti hawa nafsu. Mereka berkata, “Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu?” Dengan kata lain, “Mana sikap tegas Allah? Mana penghukuman yang katanya akan didatangkan?” Selanjutnya, “… sekalipun ada orang-orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu karena Allah menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Allah akan bersikap tegas pada waktunya. 

Jangan kita hanya melihat satu aspek—kasih, kesabaran, belas kasihan, kemurahan, dan kebaikan-Nya saja—tetapi juga ketegasan Allah yang akan dinyatakan pada waktunya. Dan itu sungguh-sungguh mengerikan. Kalau malaikat-malaikat yang berbuat dosa Dia lemparkan ke dalam neraka, demikian pula dengan orang-orang yang tidak memperhatikan peringatan-peringatan-Nya. Dan kenyataannya, seperti yang difirmankan Tuhan, kita lihat orang yang mengolok-olok Tuhan dengan tindakan, di dalam 2 Petrus 3:3, “Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa nafsunya.” Jadi kalau kita hidup menuruti hawa nafsu, kita termasuk kelompok ini. 

Sekalipun kita rajin pergi ke gereja, menjadi aktivis gereja, bahkan menjadi pendeta, namun kalau masih menuruti hawa nafsu, maka kita termasuk kelompok pengejek-pengejek. Sejujurnya, ada di antara kita yang termasuk orang yang menganggap remeh janji Tuhan. Di kedalaman hatinya, ia berkata, “Semua baik-baik saja, tuh. Aman-aman saja.” Jangan main-main. Maka, kalau kita menyadari masih hidup di dalam hawa nafsu, jangan kita teruskan. Kalau kita tetap teruskan, berarti kita melawan Tuhan. Kita ke gereja belumlah sebagai bukti atau pernyataan kalau kita tidak mengejek Tuhan. Daging kita ini harus dimatikan. Jangan pura-pura tidak tahu apalagi tidak peduli. Hawa nafsu daging, ambisi dan segala keinginan dalam jiwa yang tidak sesuai dengan Roh Kudus, harus dimatikan. Maka, kita harus banyak berdoa dan puasa supaya kita peka terhadap kehendak Allah. Kita harus merendahkan diri di kaki Tuhan, seakan-akan kita mau mencium dan menjilat kaki Tuhan dan berkata, “Tuhan, aku mengasihi-Mu.” 

Kita mematikan daging kita dengan tekad itu, bisa. Kalau kita mau dan nekat, bisa. Jangan anggap remeh. Tuhan tidak menghendaki seorang pun binasa. 2 Petrus 3:10-11 mengatakan, “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat, dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup.” Memang kita dipanggil untuk suci; kudus, seperti Bapa adalah kudus. Tuhan pasti memberi peringatan-peringatan. Berbahagialah kita yang mendengar dan menuruti peringatan Tuhan ini. 

Setan dalam kelicikannya bisa berbicara kepada kita, bahwa kita tidak mengejek, hanya menunda saja. Menunda itu menghina atau mengejek juga. Karena kita bisa mati mendadak. Setan itu menipu. Kalau kita mau bertobat hari ini, jangan kita keraskan hati. Jangan menunda. Kita tidak bermaksud mau jadi jahat, tetapi karena kita menunda, kita jadi jahat. Ingat, kita akan menuai apa yang kita tabur, dan itu mengerikan karena kita berhadapan dengan Tuhan semesta alam. Kita tidak bisa menghindarkan anak cucu kita dari dunia yang gelap. Dunia sudah terlalu jahat. Di rumah bisa dijagai, di luar belum tentu bisa dijagai. Maka, kita harus memiliki terang yang sekuat-kuatnya, agar anak cucu kita bisa diselamatkan. Kita harus seekstrem mungkin; tanpa batas. 

Jangan kita hanya melihat satu aspek kasih, kesabaran, belas kasihan, kemurahan, dan kebaikan-Nya saja tetapi juga ketegasan Allah yang akan dinyatakan pada waktunya.