Skip to content

Ketaatan yang Kokoh

Saudaraku,

Dalam Filipi 2:5-8, firman Tuhan mengajarkan agar kita memiliki pikiran dan perasaan Kristus. Dalam teks bahasa Inggris diterjemahkan attitude (sikap, pendirian). Pada mulanya saya agak menolak terjemahan ini, tetapi kemudian saya mengerti bahwa terjemahan ini benar juga. Sebab pikiran dan perasaan Kristus pasti terekspresi dalam sikap. Tuhan Yesus menunjukkan sikap hati-Nya dengan mati di kayu salib. Sikap seperti Tuhan Yesus adalah sebuah ketaatan tak bersyarat. Bahkan ketika Ia merasa Bapa meninggalkan diri-Nya, Ia tetap menaruh percaya kepada Bapa (Mat. 27:46-50; Luk. 23:46). Tuhan harus mengalami tekanan yang sangat tinggi. Dalam derajat panas tertentu barulah teruji apakah Ia setia atau tidak. Dan ternyata Ia tetap setia, sampai mati di kayu salib.

Orang percaya harus memiliki ketaatan yang kokoh, dimana dalam ujian yang sangat berat, kita tetap menaruh percaya kepada Tuhan. Seperti Stefanus, di tengah penderitaan yang hebat, Ia melihat Tuhan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah, tetapi tidak berbuat apa-apa terhadap dirinya—artinya tidak menolongnya—tetapi Stefanus tetap menaruh percaya yang teguh kepada Tuhan (Kis. 7:55-60). Ia menyerahkan rohnya ke dalam tangan Tuhan (Kis. 7:59). Berbeda dengan Yohanes Pembaptis yang sangat menakjubkan dalam tindakan pelayanannya, tetapi dalam derajat panas pencobaan tertentu ia nyaris patah dan kecewa. Sementara ia dipenjara, Tuhan Yesus seakan-akan melupakan dirinya, sehingga mengirim utusan untuk menanyakan apakah Tuhan Yesus adalah Mesias (Mat. 11:1-6). Di balik pertanyaan tersebut bisa ada harapan atau tuntutan yang tidak terpenuhi oleh Tuhan Yesus.

Bagaimanapun, pasti ada ujian untuk membuktikan kualitas iman seseorang (1Ptr. 1:3-7). Ujian ini menunjukkan bahwa kualitas iman seseorang tergantung dari masing-masing individu, yaitu bagaimana ia memeliharanya. Paulus mengatakan bahwa ia sudah memelihara iman sampai akhir (2Tim. 4:6-8). Inilah perlombaan iman yang diwajibkan, yaitu bagaimana seseorang memiliki ketekunan sampai ketaatan yang tidak bersyarat, sebuah ketaatan yang teruji (Ibr. 12:2-4; Yak. 1:2-4). Juga pada zaman penganiayaan, Tuhan seakan-akan membiarkan orang Kristen teraniaya tanpa pertolongan Tuhan. Seakan-akan Tuhan tidak berdaya. Di sini terkesan Tuhan juga tidak bertanggung jawab melindungi umat-Nya. Keadaan seperti ini sering kita alami. Dalam hal ini Tuhan hendak menguji sejauh mana kita memiliki nilai kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan.

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono

Orang percaya harus memiliki ketaatan yang kokoh, dimana dalam ujian yang sangat berat, kita tetap menaruh percaya kepada Tuhan.