Skip to content

Kerinduan akan Tuhan

 

Satu hal yang penting untuk kita ingat dan ketahui bahwa ciri atau indikator orang yang sehat rohaninya, dan ada di puncak kedewasaan atau mendekati puncak kedewasaan, ditandai dengan kerinduan akan Allah. Kerinduan akan Allah merupakan satu-satunya kenikmatan di dalam dirinya. Ini ciri dari kehidupan rohani yang sehat atau metabolisme kehidupan rohani yang sehat, sekaligus menunjukkan kedewasaan rohani, dan bisa merupakan puncak dari kematangan iman. Dan orang yang sungguh-sungguh memiliki kerinduan akan Allah adalah orang yang benar-benar siap dipertemukan dengan Tuhan atau siap meninggal dunia. Tentu kerinduan akan Allah ini, didorong oleh rasa haus akan Tuhan, rasa butuh akan Tuhan, bukan karena kebutuhan lain. 

Banyak orang Kristen yang belum dewasa—sejujurnya, sebagian kita belum dewasa—seakan-akan merindukan Tuhan, seakan-akan membutuhkan Tuhan, tapi sebenarnya yang dibutuhkan bukan Tuhan, melainkan sesuatu yang mana Tuhan dijadikan sebagai sarana untuk memperoleh sesuatu tersebut. Di sini, Tuhan dijadikan alat, sarana, dan diperdaya atau Tuhan sekadar menjadi pelengkap. Yang dalam percakapan umum kita pernah dengar atau sering dengar sebagai pegangan; Tuhan itu pegangan. Hal ini seiring atau paralel atau sama dengan agama sebagai pegangan. Kalau tidak punya agama berarti tidak bertuhan; bertuhan dalam pengertian pendek, singkat, naif, dangkal, hanya sebagai pegangan. 

Belum tentu mereka sungguh-sungguh merindukan Tuhan. Tuhan hanya menjadi semacam tempat pembuangan yang indah, tempat pembuangan yang nyaman. Jadi, di dunia menikmati apa saja yang bisa dia nikmati, sebisa-bisanya menjadikan dunia ini Firdaus, lalu meninggal dunia masuk surga. Orang seperti ini licik dan tidak menghormati Tuhan secara pantas. Jadi, ada orang-orang yang seakan-akan membutuhkan Tuhan, tapi Tuhan hanya menjadi alat atau sarana untuk meraih sesuatu atau sekadar pegangan. Secara ekonomi dia sudah baik, aspek kesehatan dia sudah baik, tetapi perlu pegangan juga. Ya, kalau-kalau nanti dalam hidup ini ada persoalan, maka Tuhan bisa menjadi perlindungan, naungan, penolong, dan terutama kalau mati supaya tidak masuk neraka, tapi bisa masuk surga. 

Dan tentu, orang-orang seperti ini belum bisa memenuhi yang dikatakan firman Tuhan, “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan kekuatan.” Tuhan harus menjadi kebahagiaan dan sukacita kita, sehingga kita selalu merindukan Dia. Dan ternyata, untuk memiliki hati yang merindukan Allah, untuk mencapai level atau tingkat rohani di mana seseorang memiliki kerinduan akan Allah yang benar, itu tidak mudah. Namun, Tuhan pasti menolerir orang-orang yang baru menjadi Kristen, juga orang-orang yang masih muda, di mana mereka belum bisa mencapai kerinduan akan Allah yang ideal, karena belum punya pengalaman. Jadi bisa dimaklumi. Namun demikian, bukan berarti orang-orang muda—baik usia biologis, umur, maupun belum dewasa dalam usia pengiringannya kepada Tuhan—tidak bisa merindukan akan Allah. Bisa, dan ini luar biasa. 

Orang-orang Kristen yang benar-benar punya komitmen bertobat, ikut Tuhan Yesus, itu diberi Tuhan semacam uang muka atau semacam bonus, yaitu yang disebut Alkitab sebagai cinta mula-mula. Rasanya sebagian besar kita pernah mengalami ini, kecuali yang belum pernah bertobat dan punya komitmen mengikut Yesus. Cinta mula-mula kepada Tuhan, walaupun baru menjadi Kristen, walaupun masih muda usia biologis, usia rohaninya, tapi bisa mengecap kerinduan akan Allah pada waktu ia mengalami cinta mula-mula. Tidak tertarik dengan film, atau jalan-jalan ke mana-mana, tapi punya keinginan untuk datang ke gereja, ikut pendalaman Alkitab, baca Alkitab, berdoa. Seharusnya, cinta mula-mula itu dipelihara sampai menjadikan kita matang. 

Sehingga kerinduan akan Allah, kehausan akan Allah dalam bentuk kerinduan untuk membaca Alkitab atau datang kebaktian setiap ada kebaktian itu menjadi permanen dan tidak pernah terhapuskan. Maka, kerinduan akan Allah itu harus kita miliki. Dan untuk membangunnya memang membutuhkan waktu. Maka, kalau orang Kristen yang masih baru bisa dimaklumi. Tapi mestinya kita yang sudah berusia lanjut, di atas 50 tahun, harus sudah memiliki selera akan Tuhan itu. Kita harus jadi organisme rohani yang hidup, memiliki metabolisme rohani yang sehat. Tuhan adalah kebutuhan kita, karena kita memiliki sambungan dengan pribadi-Nya. Seperti ikatan hati orang tua terhadap anak. Bukan karena membutuhkan apa-apa dari sang anak, demikian pula anak terhadap orang tua. Bukan lagi menghampiri mama karena butuh sesuatu, tetapi karena ada frekuensi hubungan anak dan orang tua. Terhadap Allah mestinya kita juga begitu.