Skip to content

Kekristenan yang Luar Biasa

Hampir semua orang Kristen atau sebagian besar orang Kristen menjadikan kekristenan sekadar keberagamaaan, sehingga kualitas hidup orang Kristen tidak lebih dari orang-orang beragama lain, dan itu menyedihkan hati Tuhan. Ada dua peristiwa besar di dalam sejarah gereja. Yang pertama, runtuhnya Israel. Mereka adalah umat pilihan, tetapi mereka menempati negerinya tidak lebih 700-1000 tahun. Tahun 586 sM, Israel Selatan ditaklukkan oleh Babel, dan sejak itu mereka tidak pernah punya tanah yang mereka kuasai sendiri. Negeri mereka jatuh ke tangan Babel, Media-Persia, Mesir, jatuh ke tangan Yunani (ketika Alexander the Great menguasai Palestina), lalu jatuh ke tangan Roma. 

Dan yang paling mengerikan dalam sejarah bangsa Israel adalah pada tahun 70 Yerusalem diruntuhkan. Bukan hanya itu, Bait Allah juga diruntuhkan. Orang-orang Roma memiliki mitos bahwa di landasan atau fondasi bait Allah ada lempengan emas yang disimpan, sehingga mereka menggalinya. Sejak itu, mereka tidak memiliki tanah air sampai tahun 1948 (selama 2500 tahun). Mereka terbuang dan terlunta-lunta. Allah merelakan kemuliaan-Nya dijatuhkan. Itu peristiwa yang pertama yang membuat miris.

 Yang kedua, runtuhnya Bynzantium, kota yang dibangun oleh Konstantin, sehingga disebut Konstantinopel/Konstantinpolis. “Polis” artinya kota; kota yang dibangun oleh Konstantin. Pusat pemerintahan, sekaligus menjadi pusat kekristenan di dunia. Kekristenan Timur dengan bangunan gereja yang termegah di dunia, yang disebut Hagia Sophia. Hagia artinya kudus; hagios. Sophia itu hikmat, hikmat suci. Sekarang, bangunan tersebut menjadi Ayasofya. Kekristenan di Bynzantiun habis total. Ketujuh jemaat yang kita baca di kitab Wahyu, menjadi puing. 

Gereja Hagia Sophia, yang ketika zaman Ottoman berubah menjadi masjid lalu Presiden Kemal Ataturk merubahnya menjadi museum, tahun lalu dijadikan masjid kembali oleh pemerintah Turki. Kalau kita mengunjungi Turki, kita bisa melihat betapa megahnya gereja ini. Tuhan membiarkan kemuliaan-Nya dijatuhkan. Kenapa? Sebab, percuma punya umat pilihan tapi tidak dengar-dengaran, sehingga Tuhan membuang mereka. 

 Orang-orang Kristen yang bisa menguasai pemerintahan Roma tetapi menjadikan kekristenan sekedar agama, diruntuhkan. Sisi ini tidak pernah diperhatikan dengan serius. Orang sering melihat wajah Tuhan hanya satu aspek, tapi tidak melihat aspek-aspek yang lain, sehingga tidak mengenal Allah secara utuh. Allah itu absolut. Allah itu mutlak. Allah bukanlah Allah yang bisa kompromi. Dia Allah yang tidak bisa kompromi, dan tidak mengizinkan umat-Nya kompromi dengan dunia atau konformistis atau menyesuaikan. 

Allah tegas berkata di dalam Firman Tuhan, “Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa,” 2 Korintus 6:17-18.

Kita melihat kenyataan, Tuhan seakan-akan tidak terganggu dengan perilaku kita yang sembarangan. Tuhan seakan-akan tidak terganggu oleh perilaku pendeta, orang Kristen, aktivis, yang tidak sesuai dengan kekudusan-Nya. Seakan-akan Allah diam. Ini bahaya sekali. Jangan sampai kita mengalami seperti yang dialami bangsa Israel atau seperti yang dialami orang-orang Kristen di abad ke-3, ke-4, ke-5 yang mengalami degradasi.

Kisah-kisah ini memang terdengar tragis dan konyol, tapi tidak sedikit di antara kita yang tidak menikmati dan tidak mengalami kekristenan yang luar biasa karena kompromi dengan dunia, dan itu menyedihkan hati Tuhan. Lebih tepatnya, memuakkan. Kalau Tuhan sekarang seakan-akan diam, seakan-akan Tuhan tidak terganggu, itu bukan karena Tuhan bisa diajak kompromi dan membiarkan umat pilihan-Nya hidup dalam penyesuaian dengan dunia. Tapi karena Tuhan sendiri terikat dengan tatanan-Nya. Tuhan bisa ingatkan umat-Nya melalui khotbah, melalui peristiwa-peristiwa kehidupan yang kita alami, tetapi Tuhan tidak memaksa.  Roh Kudus pasti berbicara kepada kita. Tapi kalau kita menganggap itu sepi, Tuhan akan membiarkan dan seakan-akan, ‘everything is ok. Running well.’ Kekristenan kita jadi tidak berbeda dengan umat agama lain yang memeluk agamanya. 

Kekristenan itu luar biasa, jika kita menjalaninya dengan benar. Dalam lingkungan Sekolah Teologi, ternyata pengetahuan Alkitab tidak mengubah orang, tidak membuat orang menjadi Kristen yang baik. Malah, tidak jarang yang menjadi sombong, lalu makin penuh kepalsuan. Kalau lulusan STT seperti itu, sungguh tidak terbayang bagaimana nasib jemaat ke depannya. Hidup kekristenan harus dipahami sebagai hidup yang luar biasa. Tetapi, apakah dia percaya dengan benar lalu selamat, ataukah jadi orang Kristen yang akhirnya dibuang oleh Tuhan, itu tergantung individu. 

Kekristenan itu luar biasa, jika kita menjalaninya dengan benar.