Dalam mengiring Tuhan, kita harus berani melepaskan segala sesuatu, supaya bisa menggali sebanyak-banyaknya, dan mencari tingkat setinggi-tingginya standar kekristenan yang harus kita pahami dan kita kenakan. Dengan demikian, kita bisa mengumpulkan sebanyak-banyaknya kekayaan surgawi dan itu tidak akan pernah kita sesali selama-lamanya. Ironi, banyak orang nanti akan menyesal setelah melewati jalan panjang hari hidupnya, dan ternyata jalan yang dilalui itu adalah jalan hidup tanpa tujuan yang benar. Tujuannya hanya punya duit, bisa jalan-jalan, beli barang dan mencapai apa yang menurut dia memuaskan. Dan semua itu sia-sia. Tujuan hidup kita harus Tuhan saja, sebab Tuhanlah kekayaan dan harta abadi kita.
Kalau kita datang ke gereja hanya sekadar mengikuti sebuah liturgi, dan pulang tidak mengalami perubahan, untuk apa? Kita harus serius berubah, serius mau meninggalkan dunia dan serius mau hidup suci. Memang hal ini tidak mudah, sebab betapa sulitnya orang berubah. Sangat sedikit orang menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Firman Tuhan katakan, “Sebab, bukan orang yang berseru ‘Tuhan, Tuhan’ masuk Kerajaan Surga, tetapi orang yang melakukan kehendak Bapa.” Pertanyaannya, “Apakah kita sudah melakukan kehendak Allah?” Sejujurnya belum, karena interest, niat atau minat kita untuk perkara rohani masih begitu kecil, dibanding minat, interest kita untuk perkara dunia.
Dan bahayanya, kita masih bisa merasa tenang karena kita kuat, punya relasi pejabat, dan kaya. Jangan sombong! Jangan sampai nanti kalau kita diseret malaikat maut, mendengar Tuhan bicara, “Aku tidak kenal kamu,” baru kita menggeletar. Ironis, banyak orang tidak sungguh-sungguh memberi porsi yang cukup untuk meraih kekayaan yang Allah sediakan. Dari sekian banyak orang yang datang ke gereja, belum tentu masuk Rumah Bapa. Matius 22:14 mengatakan, “banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih.” Bukan untuk menakut-nakuti atau mengancam, namun jangan anggap sepele. Kiranya apa yang kita baca hari ini membangkitkan perasaan gentar, takut dan hormat kita kepada Tuhan, sekaligus membangkitkan kecintaan kepada Tuhan. Sebab, kita mau menyelesaikan hari umur hidup kita dengan baik, jadi tidak boleh ada satu kata atau kalimat pun yang kita ucapkan salah. Mumpung kita masih hidup, kita mau menjadi saluran berkat. Untuk itu ada harga yang harus kita bayar.
Kita mau memperoleh kekayaan surgawi, yaitu karakter yang diubahkan, sukacita surgawi serta terlepas dari ikatan-ikatan dosa dan percintaan dunia. Itu tidak bisa dibahasakan, tapi masing-masing kita akan menghayatinya. Baca firman Tuhan, dengarkan khotbah, datang ke gereja sebanyak yang bisa kita hadiri, ikut Doa Pagi, belajarlah merenungkan Tuhan siang dan malam, serta menghayati bahwa Allah itu hidup. Hidupkan Dia dalam hidupmu, dan Roh Kudus pasti menolong kita. Namun jangan kita menunda. Jangan berkata, “masih ada waktu.” Kita berpikir harus terbalik, “akan tidak ada waktu lagi untuk itu.” Dan memang setiap saat kita bisa meninggal dunia. Maka kita harus memetakan hari hidup kita dalam hitungan detik ke detik, bukan hanya di hari ke hari.
Satu hari yang Tuhan berikan kepada kita memuat porsi berkat rohani. Tidak ada hari tanpa berkat rohani. Dan itu kita mesti raih. Seperti bangsa Israel, begitu buka mata, selalu ada manna yang disediakan, dan mereka harus mengambilnya hari itu. Besok ada manna yang baru lagi dan mereka juga harus ambil. Karenanya, dalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus berkata, “berikanlah kami makanan pada hari ini,” bukan “minggu ini,” juga bukan “bulan ini,” tetapi “dari hari ke hari.” Mengapa “hari ini?” Supaya besok kita datang lagi dan menerima berkatnya. Setiap hari ada berkatnya. Ini bukan omong kosong. Kalau kita membiasakan bangun pagi, berdoa, dan melakukan itu secara konsisten dalam beberapa bulan, maka pasti kita berkata, “aku berubah.” Karena kita tidak bisa mengukur pertumbuhan rohani hanya dari beberapa hari.
Ingat, 5 gadis yang bodoh yang tidak menyiapkan minyak. Akibatnya, saat mereka baru mencari minyak dalam kondisi krisis atau injury time, mereka gagal dan tidak bisa masuk lagi. Setiap hari ada porsi berkat yang tidak bisa terulang. Harus diambil pada hari itu. Karenanya, setiap hari kita berkata, “Kuperlu Kau, Tuhan. Hari ini aku perlu Tuhan.” Keesokannya lagi, “aku perlu Tuhan.” Sejujurnya, sebagian dari kita tidak interest secara proporsional untuk Tuhan. Padahal dalam Kolose 3:1 tertulis, “pikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Carilah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” Kita belum sempurna, tetapi kita harus punya tekad, niat, dan fokus untuk menjadi sempurna.