Baptisan adalah lambang kematian. Jadi, orang yang dibaptis adalah orang yang harus berani mati terhadap dunia dan hidup untuk Allah. Jangankan jemaat, pendeta pun banyak yang belum mati terhadap dunia, masih hidup bagi dunia, masih punya kesenangan-kesenangan dunia dan kebanggaan-kebanggaan dunia. Itu merupakan hasil dari salah asuh yang panjang dari orang-orang Kristen pendahulu kita yang mewarisi kekristenan yang telah sangat merosot. Alkitab mengatakan, “Kristus telah mati untuk kita semua supaya kita yang hidup tidak lagi hidup untuk diri sendiri, tapi untuk Dia yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.” Orang yang hidup bagi Tuhan dan mati terhadap dunia, tidak bisa berbuat dosa lagi. Dan itu memang ekstrem. Fanatik kepada Tuhan Yesus. Nanti cinta kita akan menyala.
Ironis, banyak di antara kita hanya mengucapkan kalimat doa, tapi tidak berdoa. Kita tidak sungguh-sungguh memohon, tapi mengucapkan kalimat permohonan. Banyak orang yang tidak menyembah Tuhan, hanya mengucapkan kalimat penyembahan karena masih mencintai dagingnya, mencintai dunia. Padahal Bapa berkenan memberikan Kerajaan itu bagi kita, istana kemuliaan. Kristen yang sesungguhnya, Kristen yang sejati, itu tidak hanya membuat orang beragama. Agama Kristen telah menggelapkan kebenaran, menggelapkan kemurnian pengiringan kepada Tuhan Yesus. Agama Kristen telah menipu dengan mengajarkan kehidupan berliturgi, bergereja. Kekristenan yang sejati tidak hanya mengajarkan orang ke gereja. Kekristenan sejati mengajarkan orang mematikan seluruh kedagingannya dan manusia lamanya. Jika agama Kristen yang hanya mengajarkan berliturgi, kebaktian, ke gereja, tapi tidak mengajarkan kematian terhadap dunia, itu menipu.
Banyak jiwa terhilang. Sudah hidup dalam kemiskinan di dunia ini, susah hidup, lalu mati pun tidak punya pengharapan. Dan sebagian kita yang sudah setia seperti ini, masih belum sampai pada puncak kesucian, puncak keberkenanan di hadapan Allah. Kita tidak serius untuk meraih sebanyak-banyaknya berkat rohani, sehingga menjadi orang yang dikategorikan saleh di mata Tuhan, dikategorikan orang suci di hadapan Tuhan. Jangan sampai kita seperti yang lain, tidak tertarik lagi ada surga. Apalagi, kalau sudah melihat pelanggaran moral yang dilakukan pendeta atau ketidakpatutan gereja dalam soal uang dan lain-lain. Orang merasa punya pembenaran untuk tidak perlu mencari Tuhan dan surga. Kita harus meninggalkan dunia, harus memisahkan diri dari dunia. Buat rutinitas kita berubah. Pisahkan diri, urusan kita hanya pekerjaan, keluarga, dan Tuhan, kegiatan rohani. Jangan ada yang lain. Kalau masih kumpul-kumpul dengan orang yang tidak takut akan Tuhan, masih punya hobi-hobi tertentu, kita membinasakan diri sendiri. Apakah harus seekstrem itu? Kalau ada yang lebih ekstrem, kita lakukan, karena ini menyangkut nasib kekal.
Kita harus berani meninggalkan dunia dengan kehidupan yang ekstrem untuk Tuhan. Kita tidak bisa bersama Tuhan kalau kita masih mencintai dunia, sebab Tuhan mau hati kita bulat untuk Dia. Kalau sekarang belum bulat, maka kita harus belajar terus sampai bisa bulat. Apalagi kita yang sudah berumur, kita mau cari apa? Lupakan semua kesenangan, kebanggaan dunia dan lain-lain. Persiapkan diri kita pulang ke langit baru, bumi baru. Apa yang Alkitab ajarkan, kita harus mengenakannya dengan serius. Dan Roh Kudus akan menolong kita untuk menjadi seperti Yesus. Ingat, kalau kita masih menghormati harta benda, senang dipuji, kedudukan, berarti kita tidak bisa menghormati Tuhan, dan kita belum bisa menjadi perawan suci. Perawan suci artinya hati yang tidak terbagi oleh siapa pun dan apa pun.
Kalaupun kita mencintai istri, anak-anak, keluarga kita, bukan karena mereka darah daging kita, melainkan karena Tuhan. Sehingga ketika kita dikecewakan oleh keluarga, kita tidak akan kecewa, karena kau tidak menuntut mereka mencintai kita. Sebaliknya, kita mencintai dan memelihara, merawat mereka karena Tuhan. Kita bersyukur, dan kita menyongsong langit baru, bumi baru, di mana kita memiliki rumah yang sempurna, Kerajaan Tuhan kita, Yesus Kristus. Jangan memberi diri diisi oleh teman, sahabat, atau apa pun yang membuat kita tidak bisa mencapai kesucian Allah. Jangan takut kehilangan teman, karena Tuhan pasti akan memberi teman-teman yang baik. Coba kita membayangkan ada di hadapan Allah Bapa. Kira-kira, apa sikap Bapa terhadap kita? Kita tidak bisa tiba-tiba cinta dan hormat, karena kita tidak bisa mencintai dan menghormati orang mendadak tanpa kenal orang atau pribadinya. Maka, sejak di bumi, kita menyembah Allah, menghormati Dia, dan mencintai Dia. Kita hidup di tengah-tengah dunia, tapi tidak hidup seperti anak dunia, tidak hidup dalam kewajaran dunia.