Skip to content

KEHIDUPAN ANAK ALLAH

Ketika Yesus menjalani hidup di bumi, Ia memiliki gaya hidup “tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.” Dalam 1 Petrus 2:23 tertulis, “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.” Sebagai orang percaya, kita juga harus meneladani gaya hidup Yesus sebab inilah ini kekristenan yaitu “mengikut jejak-Nya.” Tentu saja memiliki hati seperti Yesus bukan sesuatu yang mudah. Sebab, sebagaimana umumnya manusia, kita juga memiliki kecenderungan untuk membela diri, membalas dendam, dan memiliki gairah untuk melukai sesama, khususnya melukai orang yang melukai kita. Sangat mudah muncul kecenderungan peristiwa atau seseorang yang melukai kita. Tetapi, orang percaya harus mengikuti jejak Yesus. Itulah sebabnya dalam 1 Petrus 3:9 tertulis: “…dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.” Sesungguhnya, dengan memaafkan orang yang bersalah kepada kita dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, kita sedang membiasakan diri mengenakan gaya hidup Yesus. Tetapi hal yang membuat kita sulit melakukan hal ini adalah harga diri

Harga diri bertalian dengan perasaan, sebab ketika nilai yang diberikan orang kepada dirinya tidak seperti yang diharapkan, ia akan tersinggung atau terluka karena merasa direndahkan. Harga diri inilah yang membuat seseorang menuntut orang memperlakukan dirinya sedemikian rupa sesuai dengan keinginannya. Kalau seseorang merasa dirugikan dan dilukai, itu berarti harga dirinya direndahkan. Biasanya, orang menuntut untuk dihargai dengan tidak merendahkan dirinya melalui sikap perbuatan yang tidak melukai hatinya. Kalau seseorang sudah merasa dirinya direndahkan, perasaannya biasanya menjadi tersinggung. Dalam kehidupan, sering hal ini menjadi awal dari sebuah bencana. Banyak orang Kristen yang memanjakan perasaannya sehingga tidak belajar mengenakan gaya hidup Yesus. Orang-orang seperti ini tidak bisa bertumbuh, dan tidak akan pernah bisa dipercayai untuk dapat mengambil bagian bagi pekerjaan Allah.

Sejatinya, orang yang mudah tersinggung ketika harga dirinya direndahkan menunjukkan bahwa dirinya belum dewasa rohani. Orang-orang seperti ini akan selalu menuntut lingkungannya untuk menghargai dirinya sesuai dengan keinginannya sendiri. Orang percaya harus berani melakukan penyaliban diri. Bukan hanya bersedia menolak perbuatan yang bertentangan dengan hukum, melainkan juga kesediaan dan kerelaan untuk direndahkan dan dianggap tidak penting; harus rela disakiti dan dikhianati. Orang percaya yang sungguh-sungguh mau mengenakan gaya hidup Yesus, pasti tidak memanjakan perasaan demi kepuasan diri. Orang percaya harus rela tidak memiliki harga diri di mata manusia, dan mencari kehormatan serta harga diri di mata Allah. Dengan sikap ini, seseorang dapat hidup hanya untuk mempermuliakan nama Allah dan kepentingan Kerajaan Surga.

Meneladani gaya hidup Kristus bertujuan agar orang percaya menjadi berkat bagi orang lain dalam hidup bersama. Jadi, di mana pun orang percaya berada, mestinya mendatangkan keuntungan bagi orang lain dalam rangka pelayanan pekerjaan Tuhan. Kalau seseorang mematok harga dirinya seperti seorang pedagang memasang bandrol harga, ia tidak akan dapat hidup dalam persekutuan secara dengan benar dengan sesama dan tidak bisa menjadi pelayan bagi orang lain. Secara langsung atau tidak langsung; secara terang-terangan atau terselubung, orang seperti itu akan menuntut orang membayar harga sesuai dengan bandrol yang dipasangnya. Jika tidak, ia akan merasa direndahkan dan tersinggung. Orang seperti ini selamanya tidak dapat menjadi pelayan Tuhan dengan benar.

Hidup dalam gaya hidup Yesus yang agung merupakan representasi dari karakter Bapa. Yesus adalah pribadi Anak Allah yang merepresentasikan Bapa. Melalui Tuhan Yesus Kristus, Bapa menyatakan diri dan kehendak-Nya. Kalau Yesus berkata agar orang percaya sempurna seperti Bapa, tentu saja diri-Nya sendiri harus menampilkan kehidupan seperti Bapa tersebut terlebih dahulu. Dalam percakapan Yesus dengan murid-murid-Nya dalam Yohanes 14:1-11, murid-murid ingin melihat Bapa secara fisik, tetapi Yesus menunjukkan bahwa yang penting bagi mereka adalah mengerti semua yang diajarkan oleh Yesus, dan tentu saja yang juga diperagakan oleh Yesus. Keselamatan dalam Yesus adalah memahami jalan hidup dalam kebenaran, sehingga kebenaran dapat terperagakan dalam hidup secara konkret. Orang yang memiliki keselamatan dalam Tuhan Yesus pasti memiliki gaya hidup yang berbeda dengan mereka yang tidak memiliki keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus. Hanya orang-orang yang sempurna seperti Bapa dan serupa dengan Yesus yang akan menetap di Rumah Bapa. Jalan menuju Rumah Bapa adalah jalan yang sukar. Itulah sebabnya, kekristenan adalah jalan yang sukar untuk mencapai Rumah Bapa. Dituntut perjuangan yang sangat berat bagi orang percaya untuk sampai memiliki keistimewaan hidup seperti yang dijalani oleh Yesus.