Skip to content

Keharuman yang Permanen

Saudaraku sekalian yang kekasih,

Tema kita pada hari ini mengenai pengharapan kehidupan di balik kubur kita. Firman Tuhan dalam Wahyu 14:13 berbunyi: “Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: “Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.” “Sungguh,” kata Roh, “supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.” Kebenaran ini terkait dengan bagaimana kita membangun kehidupan yang berbau harum di hadapan Allah. Kelakuan kita, perilaku kita, baik yang ada di dalam pikiran, batin kita, setiap ucapan kita dan perilaku kita yang kelihatan, itu bisa menjadi suatu keharuman di hadapan Allah, yaitu jika kita melakukan segala sesuatu sesuai dengan apa yang diingini oleh Allah atau sesuai dengan hakikat Allah. Hakikat Allah yang kasih, yang adil, yang kudus.

Jadi ketika perbuatan kita itu sesuai hakikat Allah, atau mengekspresikan hakikat Allah, maka ada keharuman yang dicium oleh Allah. Namun tentu saja Allah tahu, apakah kita melakukan itu dengan sikap hati yang benar, artinya kita melakukan sesuatu dengan hati yang mengasihi Allah atau tidak. Hal ini dapat terjadi setelah seseorang diproses lewat perjalanan panjang, dibentuk oleh Allah, didewasakan oleh Tuhan melalui karya Roh Kudus, sehingga berkeadaan berkodrat ilahi. Di mana segala sesuatu yang dilakukan memang sesuai dengan hakikat Allah tersebut. Hakikat yang kasih, yang kudus, yang adil, yang pasti tidak melukai orang. Dan keharuman seperti itu menyukakan hati Allah.

Sebaliknya, perbuatan yang melukai orang, yang membuat dendam, kebencian, gila hormat, mencari sanjungan pujian manusia, kepuasan daging, kepuasan jiwa yang keruh, itu mendukakan hati Allah; bau busuk. Nah, bau ini merupakan bau kekal, bau abadi. Ketika seseorang meninggal dunia, apakah ia memiliki keharuman ataukah ia memiliki kebusukan, itu adalah akhir hasil yang akan dibawa di hadapan pengadilan takhta Kristus. Jadi, jangan berpikir nanti setelah mati ada semacam proses, kalau di dunia baunya busuk nanti setelah mati bisa diproses, lalu menjadi harum, tidak begitu! Kalau sudah di hadapan Allah nanti pasti orang gemetar, lalu meminta ampun, itu adalah permintaan ampun yang palsu. Mestinya permintaan ampun itu sejak sekarang, sejak hari ini. Yaitu ketika seseorang menghadapi kenyataan dunia yang jahat, tetapi kita memilih untuk taat, menaati Firman Tuhan, hidup suci.

Dan ketika kita salah kita mengakui dosa itu dan bertobat minta ampun, walaupun Allah tidak kelihatan, dan kadang-kadang seperti tidak ada, sementara orang di sekitar kita hidup suka-suka sendiri, tetapi kita memilih untuk taat kepada Allah, itu baru pertobatan yang benar, yang sejati. Dan itu yang sebenarnya dikehendaki oleh Allah. Mari kita bebenah mulai sekarang, sejak kita hidup di dunia. Kita benahi hidup kita supaya kita memiliki keharuman. Dan ketika kita meninggal dunia maka keharuman yang kita capai sejak kita di dunia ini menjadi keharuman di hadapan Allah. Itu tidak ada rekayasa, tidak ada kamuflase, tidak mungkin ada kemunafikan. Oleh sebab itu kita memeriksa diri kita hari ini, apakah kita memiliki keharuman di hadapan Allah atau bau busuk.

Oleh sebab itu kesempatan di mana kita ada di hadapan Tuhan merupakan kesempatan untuk kita mengoreksi diri dengan baik. Apakah jalan hidup kita benar-benar bersih atau tidak? Mari kita perhatikan setiap langkah kita, setiap menit ke menit, setiap jam ke jam. Kalau ada sesuatu yang buruk atau busuk, kita akui di hadapan Allah, minta pengampunan-Nya, lakukan penyelesaian di hadapan Allah. Keharuman itu tidak bisa kita bangun dalam satu hari. Tetapi lewat waktu panjang dan pergumulan. Tuhan akan memberi kita kesempatan untuk melakukan hal-hal yang memuaskan daging dan jiwa kita. Allah mengizinkan kesempatan-kesempatan untuk berbuat dosa, untuk melakukan apa yang memuaskan hati kita. Tetapi di kesempatan-kesempatan tersebut kita melihat peluang untuk membuat keharuman, yaitu ketika kita menolak berbuat dosa.

Dan jika keharuman seperti itu dibiasakan terus, maka kita menjadi orang yang sepikiran dan seperasaan dengan Allah dan itu berarti kita mengenakan kodrat Allah. Dan kalau kita mengenakan kodrat Allah, di situlah kita memiliki keharuman yang permanen. Jadi orang harus memilih, apakah ia memiliki keharuman yang permanen, atau hidup suka-suka sendiri yang akan menciptakan kebusukan yang permanen juga. Karenanya marilah kita membenahi diri agar kita dapat memiliki keharuman yang permanen. Sehingga di hadapan Allah kita bisa tahan berdiri, karena ada keharuman yang mengalir memancar. Indah sekali, keharuman yang kita bawa di hadapan Allah. Seperti pedupaan yang berbau harum. Mari, mulai hari ini kita bertekad untuk memiliki keharuman di hadapan Allah.

Ketika seseorang meninggal dunia, apakah ia memiliki keharuman ataukah ia memiliki kebusukan, itu adalah akhir hasil yang akan dibawa di hadapan pengadilan takhta Kristus.