Skip to content

Kegelisahan yang Kudus

Saudaraku,

Kalau kita memperhatikan sejarah gereja, gereja mula-mula pada abad 1, gereja yang mengalami penganiayaan yang hebat, dan itu berlangsung bukan belasan tahun, juga bukan puluhan tahun, tetapi ratusan tahun. Jadi, banyak orang Kristen yang sejak lahir sampai meninggal ada di dalam penganiayaan, hidup dalam penderitaan. Sebab dengan percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, mereka harus mempertaruhkan harta, keluarga, bahkan nyawa mereka. Kita patut merenungkan hal ini dan mengaguminya. Mereka melihat kenyataan seakan-akan Yesus tidak berdaya, seakan-akan kalah terhadap dewa Zeus yang disembah oleh orang-orang Roma, tetapi mereka tetap meyakini bahwa Tuhan mereka hidup.

Dan salah satu yang membuat orang Kristen teraniaya adalah keyakinan mereka bahwa Yesus adalah Tuhan, atau “Kurios.” Kurios adalah gelar yang disandang oleh Alexander Agung, Alexander the great, yang pernah berkuasa di wilayah Eropa sampai Asia Kecil, Palestina, dan itu bisa membangun kecurigaan orang-orang Roma terhadap orang-orang Kristen yang memiliki Tuhan, tuan, majikan yang diakui sebagai penguasa. Ditambah lagi, orang-orang Kristen yang tidak mau menyembah Kaisar. Padahal, mereka hanya disuruh melempar bunga sebagai tanda penyembahan di depan patung atau kuil-kuil Kaisar, dan menundukkan diri. Orang Kristen tidak mau menyembah.

Sebaliknya, mereka begitu memercayai Yesus Tuhan yang akan datang kembali sebagai Raja. Orang-orang Kristen mengikuti jejak rasul Paulus yang begitu maniak terhadap kedatangan Tuhan, sampai dikatakan “Eskomaniak.” Mereka begitu percaya bahwa Yesus akan datang kembali dan menjemput mereka. Jadi, tidak heran kalau Paulus di dalam suratnya mengatakan, “Aku ingin kamu sama seperti aku yang belum menikah, tidak perlu menikah, karena kedatangan Tuhan sudah dekat.” Mereka begitu yakin, Yesus akan datang pada masa itu atau zaman itu.

Saudaraku,

Bagaimana dengan orang-orang Kristen hari ini? Berapa banyak kita yang sungguh-sungguh merindukan kedatangan Tuhan, merindukan perjumpaan dengan Tuhan? Tidak mungkin kita tergolong sebagai orang percaya yang setia atau mempelai Tuhan yang setia, kalau kita tidak merindukan Tuhan. Kita yang sudah melewati tahun-tahun panjang, yang sudah mengalami tragisnya hidup, mestinya kita dapat merindukan dunia lain. Sebab hidup ini bukan saja singkat, namun juga tragis. Manusia datang silih berganti; betapa tidak berdayanya manusia itu. Orang waras akan memikirkan kebutuhan yang lebih dari segala kebutuhan pemenuhan jasmani; yaitu kebutuhan akan kekekalan.

Mestinya kita gelisah kalau sudah bicara tentang kekekalan dan kebutuhan untuk kekekalan kita. Tetapi banyak orang tidak gelisah. Sebab mereka tidak menganggap anggap itu hal penting. Dan gelisah hatinya digantikan untuk hal-hal yang mestinya tidak perlu menggelisahkan kita. Kalau sampai kita tidak gelisah, maka kita pasti tidak mempersiapkan diri menghadapi kekekalan. Hal ini paralel atau simetris dengan pernyataan Tuhan Yesus, “Jangan takut terhadap apa yang dapat membunuh tubuhmu, tapi yang tidak berkuasa membunuh jiwamu. Takutlah akan Allah yang berkuasa, bukan hanya membunuh tubuhmu, tapi juga jiwa di kekekalan.” Jangan takut terhadap kematian jasmani, tapi takutlah terhadap kematian kedua, yaitu ketika seseorang terpisah dari hadirat Allah.

Ketika kita bicara mengenai langit baru dan bumi baru, sebenarnya kita mau menyampaikan pesan bahwa lebih dari rumah domisili di bumi ini, kita lebih memikirkan Rumah Abadi kita. Rumah di bumi bisa dibangun oleh para kontraktor, developer, tapi rumah kekal hanya bisa dibangun oleh Tuhan. Dan kita bersyukur kita punya Tuhan Yesus yang berkata, “Jangan gelisah hatimu. Percayalah kepada Allah. Percayalah juga kepada-Ku.” Kegelisahan yang kudus, kegelisahan yang benar membuat kita lebih merapat kepada Tuhan. Lebih dari membawa persoalan-persoalan jasmani—apakah itu masalah pekerjaan, jodoh, keturunan, ekonomi, kesehatan, dan lain-lain—kita mempersoalkan agar kita layak masuk ke dalam Rumah Abadi. Sebab bukan tanpa syarat, hanya orang-orang kudus yang diperkenan masuk Yerusalem Baru.

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono

 Kegelisahan yang kudus membuat kita lebih merapat kepada Tuhan.