Skip to content

Kedewasaan Rohani

 

Kalau kita percaya Allah itu hidup, mengapa kita tidak berusaha untuk mengenal Dia lewat firman yang kita dengar dari hamba Tuhan yang benar, yang membuka pikiran dan pengertian kita terhadap kebenaran? Yang membuat mata kita tercelik, bisa mengerti dan merasakan kemuliaan Allah. Jangan kita menginvestasikan diri kepada orang yang salah atau gereja yang salah. Kalau seorang wanita menikah dengan pria yang salah, dia investasikan dirinya kepada pria yang salah itu. Bagi wanita, jangan investasikan hidupmu untuk pria yang salah, atau sebaliknya. Untuk konteks gereja, jangan investasikan dirimu kepada gereja yang salah atau pendeta yang salah. 

Mulai hari ini, hargailah Tuhan secara patut. Sering kali Tuhan memberi anugerah kepada seseorang untuk menghargai Dia dengan cara memberi persoalan yang tak terselesaikan dengan kekuatannya sendiri, yang mendesak dan memaksa orang itu mencari Tuhan, berdoa, dan menghampiri Tuhan. Dan ketika dia menghampiri Tuhan, dia menemukan keberhargaan Allah itu. Allah bisa menolong kita dalam masalah tersebut, tapi jangan setelah ditolong lalu kita tidak mencari Tuhan lagi. Itu berarti masalah kita lebih berharga daripada Tuhan. Ketika Tuhan menstimulasi kita untuk bertemu dengan Dia dan menghargai Dia lewat persoalan hidup, berlabuhlah pada Tuhan dan berkata, Tuhan, sekarang aku sudah tidak lagi mempersoalkan masalahku. Masalahku selesai atau tidak, yang penting aku mendapatkan Engkau.” 

Gereja tidak boleh hanya mengarahkan jemaat untuk berurusan dengan Tuhan demi masalah-masalah fana dunia ini, tetapi harus mengajak jemaat berurusan dengan Allah dalam rangka bisa menempatkan diri secara benar di hadapan Allah dan menempatkan Allah secara patut di dalam hidupnya. Dan tidak ada cara lain untuk menempatkan Allah secara patut dalam hidup kecuali kita menjadi dewasa rohani. Sebab kalau kita tidak dewasa rohani, maka kita tidak bisa menempatkan Tuhan secara patut. Seperti anak-anak yang belum dewasa, dia tidak menempatkan orang tuanya secara patut. Jadi bagaimana kita bisa menempatkan Allah secara patut dan menghormati, menghargai Dia secara pantas? Kalau kita dewasa rohani; kalau karakter kita benar-benar diubah. Dan standar perubahan karakter adalah Yesus, karena Yesuslah model manusia sempurna yang menghormati Allah. 

Masih panjang perjalanan hidup kita. Kita harus mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, harus bertumbuh dengan sungguh-sungguh. Dan itu adalah harta kekal, harta abadi kita. Kedewasaan rohanilah yang bisa menempatkan diri kita secara patut dan benar di hadapan Allah. Jadi, bertumbuhlah dewasa. Jangan tidak bertumbuh. Setan akan membuat kita sibuk dengan banyak hal dan tidak memikirkan kita bertumbuh dewasa atau tidak. Kalau kita tidak dewasa rohani, maka kita tidak bisa menghargai Allah secara patut. Kalau kita tidak menghargai Allah secara patut, maka kita tidak layak hidup di hadirat Tuhan. Jadi sebenarnya bisa menghormati Allah itu tidak dalam sekejap, tidak dalam sesaat kita berkata, “Aku menghormati Engkau, Tuhan” tetapi lewat pertumbuhan rohani, di mana seseorang bisa menempatkan Allah secara benar. 

Kalau nilai tertinggi 100, dan Yesus mencapai nilai tertinggi untuk menghormati Allah, berapa nilai kita hari ini? Itu tergantung kedewasaan rohani kita. Semakin kita dewasa rohani, semakin kita menghormati Allah secara benar. Sebab ketika seseorang dewasa rohani, maka dia bisa mematikan, menyangkal, membunuh keinginan-keinginan dagingnya. Ketika seseorang dewasa rohani, maka dia tidak punya kebahagiaan dunia, tapi hanya Tuhan sebagai kebahagiaannya. Dia bisa memenuhi yang Alkitab katakan: “Kecaplah Tuhan.” Maka kalau Allah itu hidup, mestinya kita memiliki pengalaman adikodrati; pengalaman supranatural. Dukun saja bisa bercengkerama dengan setan, Iblis, genderuwo, atau yang melayani dia. Tentu kita juga bisa secara supranatural menikmati Allah yang supranatural itu. Tapi banyak di antara kita yang ada di kawasan kedagingan, jauh dari suasana supranatural itu. 

Kita bisa ada di dalam dimensi itu, namun tidak bisa dengan mudah dicapai. Itu harus orang yang sungguh-sungguh melekat dengan Tuhan, bisa mendengar suara Tuhan, bisa bercengkerama dengan Tuhan, bermesraan dengan Tuhan. Kalau pemazmur bisa berkata, “Seperti rusa merindukan sungai yang berair, demikian jiwaku merindukan Engkau,” sesuatu yang dirasa, bukan fantasi. Belajarlah membakar emosi dan perasaan untuk mengasihi Tuhan. Tuhan pasti memperhatikan kesetiaan kita. Tuhan tahu betapa kita mencari Dia. Kita tidak akan dipermalukan. Tuhan membuat kejutan supaya kita mencari Dia, bukan untuk menyengsarakan, menyakiti. Tuhan menolong kita untuk kita dapat mengasihi dan menghargai Tuhan dengan benar.