Skip to content

Kecerdasan Roh

 

Ada prinsip penting dalam hidup yang kita harus tahu, bahwa dalam kenyataan hidup ini kita diperhadapkan kepada dua hal: yang pertama, surga atau neraka, Tuhan atau setan, terang atau gelap, sempurna atau tidak sempurna. Kehidupan kita sebagai orang percaya harus diukur dari hal ini. Dan ini adalah pilihan. Misalnya, ketika kita bangun tidur minggu pagi, apakah kita memilih ke pusat perbelanjaan untuk makan atau pergi ke gereja mendengarkan firman Tuhan? Ketika kita berkata, “Aku mau ke gereja, aku mau mendengar firman,” itu sempurna. Ketika kita dimusuhi, kita dijahati dan punya kesempatan membalas kejahatan itu, tetapi kita berkata, “Kumaafkan dia,” itu sempurna. Ingatlah, segala keputusan yang kita lakukan itu menjadi irama jiwa yang permanen. Berkodrat ilahi artinya berkeadaan diri di mana kita tidak berbuat suatu kesalahan pun di hadapan Tuhan, bukan karena tidak mau, tetapi karena tidak bisa lagi melakukan kesalahan, dan itu lewat sebuah proses dari perkara kecil. Jadi, setiap perkara itu harus diurai.

Itu sebabnya kita sering berdoa, “Tuhan, aku mau sempurna, aku mau serupa dengan Tuhan Yesus. Kalau Engkau tanya padaku, ‘apa yang aku boleh minta,’ aku hanya meminta, aku mau sempurna Engkau.” Kita yang harus memilih, mau sempurna atau tidak sempurna. Kita yang harus mengurai dari perkara-perkara sederhana sampai nanti Tuhan izinkan hal-hal yang lebih pelik dan perkara-perkara yang lebih besar. Untuk itu, kita harus memiliki yang namanya kecerdasan roh. Bagaimana kita bisa menganalisa sesuatu itu kehendak Tuhan atau tidak, kalau kita tidak memiliki kecerdasan roh? Dan untuk memiliki kecerdasan roh, seseorang harus belajar firman. Belajar firman itu bukan belajar ilmu agama seperti yang dipahami agama-agama Samawi, antara yang boleh dan tidak, yang halal dan yang haram. Kebenaran itu tidak demikian. 

Jangan-jangan kita tidak pernah menemukan sentuhan kebenaran sehingga tidak pernah merasa kecanduan atau addict. Kita juga tidak pernah lapar dan haus akan kebenaran karena tidak pernah menikmati atau merasakan kebenaran itu. Kalau kita sudah mendengar, mendengar, mendengar, maka kita akan bisa mengerti betapa luar biasanya firman itu. Hal itu membuat kita bisa menganalisa setiap kejadian. Jadi, kalau kita tidak belajar kebenaran, maka kita tidak akan menjadi cerdas. Lewat peristiwa kehidupan setiap hari kita dapat memperoleh kecerdasan roh, dengan bermodalkan kebenaran yang kita pelajari, sehingga kita bisa menemukan apa yang Tuhan kehendaki. Jika kita lakukan terus-menerus, menjadi irama permanen, maka di situlah kodrat ilahi kita kenakan.

Hidup ini adalah sekolah kehidupan. Namun di banyak gereja, tidak diajarkan begitu. Gereja malah jual jasa. Misalnya, jemaat berkata, “Pak Pendeta, suami saya belum bertobat, doakan supaya bertobat.” Itu tidak ada ayatnya. Suami bisa bertobat oleh kelakuan istri, bukan karena doa pendeta. Kalau ada masalah, minta didoakan supaya selesai. Padahal hidup ini adalah sekolah kehidupan dimana masalah-masalah yang kita alami merupakan kesempatan untuk kita menemukan kodrat ilahi. Itulah sebabnya gereja harus menyampaikan kebenaran firman yang murni. Jika tidak, maka gereja seperti rumah sakit yang memberi obat palsu atau racun. Jadi, kalau kita tidak memiliki kecerdasan roh, maka peristiwa-peristiwa yang terjadi itu seperti sampah, padahal itu punya arti yang tinggi untuk perubahan kodrat kita.

Dalam hal ini, betapa berharganya waktu hidup kita. Kita hanya punya tujuh puluh sampai delapan puluh tahun. Berharganya waktu kita ada momentum-momentum yang disebut kairos (καιρός). Tuhan tahu bagaimana memberikan kepada kita masalah, perkara, kejadian yang kita lihat, dengar, dan alami yang akan dapat membangun kodrat ilahi. Dan Tuhan membuat susunan peristiwa demi peristiwa itu semacam kurikulum yang namanya khronos (χρόνος) atau kronologi. Kalau kita sekolah atau kuliah, semua punya kurikulum yang sama. Tetapi dalam kehidupan setiap individu, kita punya kurikulum yang khusus, yang tidak sama dengan yang lain.

Jadi, ketika kita berkata, “Aku mengasihi Engkau, Tuhan,” Tuhan akan bikin kurikulum untuk masing-masing kita. Kita menjadi begitu berharga di mata Tuhan. Begitu kita mengasihi Dia, Tuhan meteraikan dengan Roh Kudus. Lalu, Tuhan membuat kurikulum, mengatur situasi demi situasi. Itulah sebabnya pada kesempatan ini, mari kita ambil keputusan untuk mengasihi Tuhan. Nanti, dari kadar yang rendah, karena masalahnya masih masalah kecil, sampai kadar yang tinggi, karena masalah-masalah mulai besar. Masalah besar karena menyangkut uang banyak, menyangkut nyawa, menyangkut harga diri, menyangkut perasaan, kita diajar untuk menyangkal diri lalu mengenakan pikiran dan perasaan Tuhan. Dan kalau itu berlangsung terus-menerus, kodrat ilahi menjadi permanen dalam kita.