Saudaraku,
Dalam 2 Korintus 6:17 dikatakan, “Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu.” Anugerah itu memuat tanggung jawab. Kalau Adam dan Hawa dilarang makan buah pengetahuan yang baik dan jahat, standar mereka adalah hukum; apa yang baik dan jahat. Namun standar kita sebagai umat Perjanjian Baru adalah memiliki pikiran dan perasaan Allah. Standar kita ini bukan sekadar baik dan jahat, melainkan kesucian Tuhan. Maka semua kita harus terbang tinggi, meraih kesucian setinggi-tingginya. Kita harus membawa diri kita ke puncak kekristenan, setinggi-tingginya keberkenanan, kesucian. Kalau tidak, kita akan menyesal, sebab ini adalah anugerah Tuhan yang besar.
1 Korintus 6:17, “Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia.” Satu roh dengan Tuhan. Wah! Bagaimana itu bisa terjadi? Alkitab berkata di Yohanes 17:20-21, “Engkau tinggal dalam Aku, Aku dalam Engkau, dan mereka tinggal di dalam Kita supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Masalahnya, rata-rata tubuh kita belum menjadi Bait Allah yang benar. Meninggalkan dosa itu sakit, meninggalkan kebiasaan kesenangan daging kita itu sakit.
Tapi kita harus memilih menjadi Bait Allah. Semua kita, apalagi hamba-hamba Tuhan; jaga mata, jaga mulut, jaga telinga, jaga makan, jaga segala hal yang kita lakukan. Jadi, sebelum kita menutup mata, Allah sudah berdiam di dalam tubuh kita. Nanti, setelah kita meninggal dunia, baru kita memiliki tubuh baru, yaitu tubuh kebangkitan. Maka bangsa Israel diperintahkan untuk membunuh semua orang-orang kafir yang hidup di tengah-tengah mereka pada waktu penaklukan Kanaan, agar mereka tidak tercemar.
Saudaraku,
Cepat atau lambat, sengaja atau tidak, ketika tubuh kita menjadi Bait Allah, ketika tidak ada unsur kekafiran di dalam hidup kita, baru nampak kecemerlangan anggota keluarga Kerajaan Allah, baru kelihatan kelas bangsawan hidup kita. Sejujurnya, kita masih menjumpai unsur-unsur kekafiran yang membuat kita tidak elegan, tidak unggul sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah, yang membuat kita merasa tidak pantas menjadi anggota keluarga Kerajaan. Dulu kita licik, kalau sedang dalam masalah dan memerlukan pertolongan Tuhan, kita jaga kesucian karena takut tidak ditolong. Tapi setelah masalah selesai, kita sembrono lagi, atau paling tidak kita tidak waspada. Maka kecepatan kita bertumbuh jadi rendah.
Tapi sekarang kita tidak sama seperti dulu, sudah beda. Kita diberi kesempatan untuk menjadikan tubuh kita Bait Allah. Ayo kita berubah! Roh Kudus akan membantu dan menolong kita secara bertahap. Kehidupan kita nanti akan menjadi display Tuhan. Kita akan jadi contoh luar biasa. Namun kita harus berjuang. Maka kita harus mengambil tindakan konkret. Jadi, bukan hanya setuju dan mengaminkan apa yang kita baca, tapi memberi respons. Kalau tubuh kita menjadi Bait Allah, maka kita akan masuk Rumah Bapa. Tetapi, orang yang tidak menjadikan tubuhnya Bait Allah, dia tidak layak masuk Rumah Bapa. Pertanyaannya, apakah Saudara mau pulang ke rumah Bapa di surga? Jangan amin dulu, apakah tubuh Saudara sudah menjadi Bait Allah?
Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono
Cepat atau lambat, sengaja atau tidak, ketika tubuh kita menjadi bait Allah, ketika tidak ada unsur kekafiran di dalam hidup kita, baru nampak kecemerlangan anggota keluarga Kerajaan Allah.